Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Hery Gunardi merespons positif adanya prediksi Bank Sentral AS atau The Fed yang bakal memangkas suku bunga acuan pada Rabu (17/9/2024) waktu AS atau Kamis (18/9/2024) dini hari waktu Indonesia.
Menurutnya, penurunan suku bunga AS akan diikuti penurunan suku bunga acuan BI atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).
"Nah, kita sih senang saja ya. Karena, pasti BI rate di Indonesia juga akan turun. Artinya DPK (dana pihak ketiga) juga pricing-nya akan turun," kata Hery usai peluncuran Indonesia Islamic Financial Center (IIFC) di Jakarta, Selasa.
Pada Kamis (19/9/2024) dini hari waktu Indonesia, bank sentral AS The Fed akan merilis hasil Federal Open Meeting Committee (FOMC) termasuk suku bunga acuan The Fed dan Summary Economic Projections (SEP) yang berisi dot plot matrix.
Saat ini, pelaku pasar berekspektasi bahwa The Fed akan 100 persen memangkas suku bunga acuannya antara 25 basis poin (bps) atau 50 bps, dan apabila The Fed benar-benar memangkas suku bunganya, hal ini cenderung disambut positif oleh pelaku pasar khususnya dalam jangka panjang.
Sementara itu, bursa saham AS Wall Street ditutup ditutup bervariasi pada Senin (17/9/2024) karena investor menunggu pertemuan kebijakan Federal Reserve.
Selain itu, prospek ekonomi Amerika Serikat (AS) membaik selama dua bulan berturut-turut pada September 2024, didukung oleh harga yang lebih rendah untuk barang-barang tahan lama seperti mobil dan furnitur, serta prospek penurunan suku bunga oleh The Fed.
Indeks Sentimen Konsumen yang diterbitkan oleh University of Michigan naik menjadi 69 pada pembacaan awal, level tertinggi sejak Mei dan naik dari angka 67,9 pada Agustus. Kenaikan ini didorong oleh persepsi konsumen bahwa harga-harga barang tahan lama telah membaik, menurut laporan dari universitas tersebut.
Survei konsumen itu mencapai titik terendah pada Juni 2022, ketika inflasi mencapai puncaknya pada 9,1 persen, dan sejak itu telah meningkat sekitar 40 persen, meskipun masih jauh di bawah tingkat sebelum pandemi. Rata-rata jangka panjang untuk indeks ini hampir mencapai 85, menurut Capital Economics.