Trump mengancam Hamas agar bebaskan sandera paling lambat 20 Januari
Washington (ANTARA) - Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, Senin (2/11), mengeluarkan peringatan keras tentang konsekuensi yang parah di Timur Tengah jika para sandera yang ditawan Hamas tidak dibebaskan sebelum pelantikannya, yang tinggal beberapa minggu.
Trump akan dilantik sebagai Presiden AS pada 20 Januari 2025.
"Semua orang membicarakan para sandera yang ditawan dengan sangat kejam, tidak manusiawi, dan bertentangan dengan keinginan seluruh dunia, di Timur Tengah," kata Trump.
"Tapi itu semua hanya omong kosong, dan tidak ada tindakan!" katanya di platform media sosialnya, Truth Social.
"... kalau para sandera tidak dibebaskan sebelum 20 Januari 2025, tanggal saya dengan bangga memangku jabatan sebagai Presiden Amerika Serikat, akan ada KONSEKUENSI BESAR di Timur Tengah, dan bagi mereka pelaku kekejaman terhadap kemanusiaan ini," ujarnya.
"Mereka yang bertanggung jawab akan menerima hukuman lebih berat daripada siapa pun yang pernah menerima hukuman dalam sejarah Amerika Serikat yang panjang. BEBASKAN PARA SANDERA SEKARANG!" katanya lagi.
Israel memperkirakan saat ini masih ada 101 warga Israel yang ditahan di Gaza.
Angka tersebut tercatat hampir 14 bulan setelah Israel melancarkan perang hingga menewaskan lebih dari 44.000 orang serta melukai 105.000 lainnya, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan membuat Jalur Gaza luluh lantak.
Kalangan aktivis di Israel telah mendesak Benjamin Netanyahu untuk menyetujui kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera dan tahanan, tetapi mengeluh bahwa perdana menteri Israel itu malah dengan sengaja menghalangi kemungkinan kesepakatan apa pun.
Banyak kalangan menuduh bahwa Netanyahu ingin memperpanjang perang demi kelangsungan politiknya dengan mengutamakan kepentingannya sendiri di atas kepentingan Israel.
Kelompok Palestina Hamas mengatakan pada Senin (2/11) bahwa 33 sandera Israel yang ditahan di Gaza telah tewas, sebagian besar akibat serangan udara Israel sejak 7 Oktober 2023.
Dalam sebuah video yang diunggah di Telegram, kelompok perlawanan terhadap Israel tersebut mengatakan "33 tahanan Israel tewas, dan beberapa dari mereka masih belum diketahui keberadaannya akibat tindakan dan sikap keras kepala Benjamin Netanyahu."
Kelompok tersebut memperingatkan bahwa agresi Israel yang terus berlanjut akan meningkatkan jumlah korban jiwa di antara para sandera Israel.
Netanyahu, arsitek serangan Israel yang berlangsung selama 14 bulan di Gaza, dikatakan mendukung pemilihan Trump ke Gedung Putih baru-baru ini.
Dalam masa jabatan pertama sebagai presiden, sebelum dia digantikan oleh Joe Biden, Trump mengambil langkah-langkah seperti memindahkan Kedubes AS di Israel ke Yerusalem yang diduduki.
Pemindahan itu membuat marah Palestina, yang menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Negara Palestina di masa depan.
Sumber: Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Trump ancam Hamas agar bebaskan sandera paling lambat 20 Januari 2025
Trump akan dilantik sebagai Presiden AS pada 20 Januari 2025.
"Semua orang membicarakan para sandera yang ditawan dengan sangat kejam, tidak manusiawi, dan bertentangan dengan keinginan seluruh dunia, di Timur Tengah," kata Trump.
"Tapi itu semua hanya omong kosong, dan tidak ada tindakan!" katanya di platform media sosialnya, Truth Social.
"... kalau para sandera tidak dibebaskan sebelum 20 Januari 2025, tanggal saya dengan bangga memangku jabatan sebagai Presiden Amerika Serikat, akan ada KONSEKUENSI BESAR di Timur Tengah, dan bagi mereka pelaku kekejaman terhadap kemanusiaan ini," ujarnya.
"Mereka yang bertanggung jawab akan menerima hukuman lebih berat daripada siapa pun yang pernah menerima hukuman dalam sejarah Amerika Serikat yang panjang. BEBASKAN PARA SANDERA SEKARANG!" katanya lagi.
Israel memperkirakan saat ini masih ada 101 warga Israel yang ditahan di Gaza.
Angka tersebut tercatat hampir 14 bulan setelah Israel melancarkan perang hingga menewaskan lebih dari 44.000 orang serta melukai 105.000 lainnya, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan membuat Jalur Gaza luluh lantak.
Kalangan aktivis di Israel telah mendesak Benjamin Netanyahu untuk menyetujui kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera dan tahanan, tetapi mengeluh bahwa perdana menteri Israel itu malah dengan sengaja menghalangi kemungkinan kesepakatan apa pun.
Banyak kalangan menuduh bahwa Netanyahu ingin memperpanjang perang demi kelangsungan politiknya dengan mengutamakan kepentingannya sendiri di atas kepentingan Israel.
Kelompok Palestina Hamas mengatakan pada Senin (2/11) bahwa 33 sandera Israel yang ditahan di Gaza telah tewas, sebagian besar akibat serangan udara Israel sejak 7 Oktober 2023.
Dalam sebuah video yang diunggah di Telegram, kelompok perlawanan terhadap Israel tersebut mengatakan "33 tahanan Israel tewas, dan beberapa dari mereka masih belum diketahui keberadaannya akibat tindakan dan sikap keras kepala Benjamin Netanyahu."
Kelompok tersebut memperingatkan bahwa agresi Israel yang terus berlanjut akan meningkatkan jumlah korban jiwa di antara para sandera Israel.
Netanyahu, arsitek serangan Israel yang berlangsung selama 14 bulan di Gaza, dikatakan mendukung pemilihan Trump ke Gedung Putih baru-baru ini.
Dalam masa jabatan pertama sebagai presiden, sebelum dia digantikan oleh Joe Biden, Trump mengambil langkah-langkah seperti memindahkan Kedubes AS di Israel ke Yerusalem yang diduduki.
Pemindahan itu membuat marah Palestina, yang menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Negara Palestina di masa depan.
Sumber: Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Trump ancam Hamas agar bebaskan sandera paling lambat 20 Januari 2025