Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menyebut pentingnya revitalisasi bahasa daerah untuk mencegah kepunahan bahasa tersebut di Indonesia.
"Merdeka Belajar episode ke-17, revitalisasi bahasa daerah adalah hal yang sangat penting karena dilandasi adanya kepunahan bahasa daerah yang terjadi di Indonesia," kata Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Hafidz Muksin dalam acara Festival Tunas Bahasa Ibu di Jayapura Papua, Rabu.
Ia mengatakan bahasa daerah adalah salah satu kekayaan yang dimiliki Indonesia.
Sebanyak 718 bahasa daerah telah teridentifikasi dan menjadi bukti kekayaan bangsa Indonesia yang bhinneka.
Namun, di sisi lain, ancaman kepunahan terhadap bahasa-bahasa tersebut juga makin kuat terjadi.
"Dari 718 bahasa daerah, ada yang kondisinya rentan, ada yang kritis, dan ada yang hampir punah. Bahkan 11 bahasa sudah punah, di antaranya ada di Papua," kata Hafidz Muksin.
Karena itu, program revitalisasi bahasa daerah harus dilaksanakan untuk menyelamatkan bahasa daerah dari kepunahan.
"Kondisi kepunahan bahasa daerah ini tidak boleh kita biarkan terus berlanjut. Bahkan UNESCO juga mengatakan dalam 30 tahun terakhir ada 200 bahasa daerah di dunia yang punah. Artinya ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga terjadi di seluruh dunia," katanya.
Program Revitalisasi Bahasa Daerah merupakan program Merdeka Belajar Episode 17 yang diluncurkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada 22 Februari 2022.
Salah satu tahapan dari program Revitalisasi Bahasa Daerah yang menjadi pendorong semangat menggelorakan kembali penggunaan bahasa daerah adalah Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI).
Program ini telah mencetak para Tunas Bahasa Ibu yang akan menjadi contoh generasi muda lainnya untuk menggunakan bahasa daerahnya.
"Fokus utama revitalisasi bahasa daerah adalah para penutur muda. Mereka diharapkan akan mewarisi bahasa daerah di masing-masing kabupaten kepada generasi berikutnya," kata Hafidz Muksin.