Makassar (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat melansir petani di Sulawesi Selatan lebih memilih menyimpan hasil panennya dalam bentuk emas dibandingkan uang tunai.
"Ini menjadi pertanyaan apakah mereka belum percaya kepada bank atau justru memang lebih senang menyimpan dalam bentuk emas atau dalam bentuk komoditas saja,” kata Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan (LJK) OJK Sulselbar, Budi Susetiyo di Makassar, Sabtu.
Sebagai gambaran, lanjut dia, sejumlah petani cengkeh di Kabupaten Bulukumba lebih memilih menyimpan hasil panennya dalam bentuk olahan cengkeh kering yang diawetkan yang disimpan dalam karung.
Dengan demikian, saat panen petani tidak langsung menjual hasil cengkehnya, namun dikeringkan clalu disimpan dalam karung. Sementara hasil penjualannya lebih cenderung dibelikan emas daripada disimpan dalam bentuk rupiah di bank.
Menurut Budi, paradigma di lingkup petani adalah menyimpan cengkeh dalam jangka waktu lama bisa memberi keuntungan lebih karena harga jual dapat menyesuaikan kondisi pasar.
Kondisi tersebut dinilai menyebabkan kinerja perbankan di Sulsel tidak mencerminkan pertumbuhan ekonomi Sulsel di lapangan.
"Tentu ini jadi pekerjaan rumah untuk kita agar bisa menarik masyarakat sektor pertanian menyimpan uangnya di perbankan ke depannya,” kata Budi.
Sebelumnya, OJK merilis laporan bahwa kinerja perbankan di Sulsel per Maret 2025 masih mencatat pertumbuhan moderat, baik dari sisi aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), maupun penyaluran kredit.
Aset perbankan di Sulsel tercatat sebesar Rp204,99 triliun, tumbuh 5,91 persen secara tahunan (yoy). DPK tercatat sebesar Rp137,34 triliun dengan pertumbuhan 6,55 persen (yoy), dan penyaluran kredit sebesar Rp165,78 triliun atau tumbuh 3,76 persen (yoy).
Namun pertumbuhan tersebut dinilai belum sebanding dengan laju pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan I/2025 yang mencapai 5,78 persen, lebih tinggi dari rata-rata nasional sebesar 4,87 persen.
Padahal, sektor pertanian menjadi kontributor utama dengan lonjakan produksi padi yang meningkat hingga 139 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, serta peningkatan hasil dari subsektor pertanian lainnya.