Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti di masing-masing fasilitas di lingkungan kampus Unhas, Makassar, Jumat.
"Bagi saya pribadi ini sangat luar biasa kemajuannya, ini contoh yang bagus bagi universitas-universitas lain dan harusnya belajar ke sini," kata menteri.
Pusat fertilitas dan laboratorium riset seperti yang diresmikan tersebut baru dimiliki oleh 16 kampus di Indonesia. "Tapi untuk Indonesia timur, ini yang pertama," ujarnya.
Ia menambahkan, berdasarkan laporan dari Rektor Unhas Idrus Paturusi, kunjungan masyarakat ke fasilitas tersebut sangat luar biasa, bahkan dari daerah di luar Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).
"Hasil kunjungan ini akan menjadi bahan bagi saya bagi universitas-universitas lainnya dan mempertemukan perguruan tinggi dengan pihak-pihak lainnya untuk menunjang dunia pendidikan," jelasnya.
Menurutnya, Unhas sebelumnya telah bekerjasama dengan Singapura melakukan program bayi tabung pertama pada 2004, sebelum akhirnya membangun fasilitas mandiri dalam waktu tujuh tahun.
Ia mengatakan, biaya program bayi tabung berkisar antara Rp50-Rp60 juta dan merupakan jalan terakhir dari upaya yang dapat ditempuh bagi pasangan untuk memiliki keturunan.
Tingkat keberhasilan dari program ini diperkirakan mencapai 40 persen atau sekitar empat orang dari 10 orang yang menjalani program.
Program lain yang dapat dilakukan adalah menyuntikkan hormon ke sel telur wanita atau inseminasi sperma.
(T.KR-RY/B012)