Makassar (ANTARA) - Sebanyak 453 haji asal tiga kabupaten di Sulawesi Selatan yakni Kabupaten Gowa, Pangkep dan Sidrap yang tergabung dalam Kelompok Terbang (Kloter) 40 merupakan kloter terakhir atau menutup untuk Debarkasi Makassar.
"Jamaah haji dari tiga daerah ini merupakan kloter penutup atau terakhir pada musim haji 2019 ini, dan Alhamdulillah jamaah Kloter 40 ini kembali semua ke tanah air dengan selamat," kata Kakanwil Kemenag Sulsel H Anwar Abubakar di sela penerimaan jamaah haji Kloter 40 di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Minggu.
Menurut dia, pada musim haji 2019 Embarkasi Debarkasi PPIH Makassar memberangkatkan 18.075 orang calon haji. Sementara dari jumlah itu terdapat empat orang di antaranya yang masih di rawat di RS Arab Saudi untuk memulihkan kesehatannya.
Dia mengatakan, setelah dinyatakan sehat dan bisa diterbangkan kembali ke tanah air, maka keempat haji yang terdiri dari tiga orang haji asal Sulsel dan satu orang dari Maluku akan dikembalikan ke Debarkasi Makassar dengan menggunakan pesawat reguler dan masih menjadi tanggungan Kemenag.
Sementara haji yang meninggal di tanah suci, kata dia, sebanyak 29 orang. Jumlah tersebut relatif lebih sedikit dibandingkan jumlah yang wafat pada musim haji 2018.
Mengenai calon haji yang masuk kategori Risiko tinggi (Risti) , Anwar mengimbau untuk pemberangkatan musim haji tahun berikutnya agar lebih optimal menjaga kesehatannya sebelum pemberangkatan.
Sementara itu Wakil Bupati Pangkep Syahbang Sammana mengatakan pihaknya sangat bersyukur karena jamaah haji asal Pangkep semuanya dapat kembali.
"Karena itu, kami imbau agar menjaga kemabruran hajinya dengan prilaku dan sikap yang dapat menjadi contoh yang baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat," katanya.
Salah seorang haji asal Kabupaten Pangkep, Hj Hartina mengatakan, semua perjalanan ibadahnya di tanah suci meninggalkan kesan yang mendalam, khusus pada saat wukuf di Arafah memberikan pengalaman spiritual yang luar biasa.
Menurut dia, secara umum semua pelayanan jamaah haji dari asrama hingga ke tanah suci dan kembali ke tanah air, berjalan dengan baik. Begitu pula dengan kondisi kesehatannya selama berada di tanah suci.
Hal senada dikemukakan haji termuda di Kloter 40 , Hj Hijriani Hijar (22) asal Kabupaten Pangkep, Sulsel. Dia mengatakan dengan menunaikan ibadag haji pada usia muda, akan lebih memudahkan untuk menjalankan semua syarat dan rukun haji.
"Saya sudah didaftarkan pada saat masih duduk di bangku SD dan setelah 10 tahun menunggu baru berangkat haji," kata alumni Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar yang baru diwisuda pada Juli 2019.
Berkaitan dengan hal itu, dia mengimbau agar muslim yang sudah mampu secara finansial agar mendaftar pada usia yang masih belia, agar pada saat mendapatkan giliran berhaji, masih kuat dan sehat secara fisik. Hal ini mengigat ibadah ke tanah suci selain harus siap mental juga perlu didukung oleh kesehatan fisik.