PT Bomar kekurangan pasokan udang untuk penuhi kebutuhan ekspor
Kami akui, selama ini sudah dapat udang. Kami kewalahan untuk menyiapkan 30-50 ton udang olahan per hari
Kabupaten Pangkep, Sulsel (ANTARA) - PT Bomar hingga saat ini masih kekurangan pasokan udang jenis Vannamei untuk memenuhi permintaan pasar ekspor ke Jepang, Amerika, dan Eropa.
"Kami akui, selama ini susah dapat udang. Kami kewalahan untuk menyiapkan 30-50 ton udang olahan per hari," kata General Manager PT Bomar Rirhy Jumeri disela pendampingan Kelompok Budi Daya Perikanan "Sahabat Solo" yang panen perdana di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, Selasa.
PT Bomar selaku perusahaan ekspor komoditi tidak hanya mengumpulkan dan membeli produksi dari petambak di lapangan, tetapi juga melakukan pendampingan dan pembinaan untuk mengajak petambak memelihara lingkungan di sekitarnya agar bisa berproduksi secara optimal.
Dalam upaya memelihara lingkungan itu, pihaknya bekerja sama dengan organisasi nonprofit dunia yang bergerak di bidang lingkungan, yakni WWF dan lembaga lingkungan nasional, Walhi.
"Selama ini, produksi udang di lapangan kurang optimal, karena lingkungannya kurang dijaga. Karena itu, kami hadir untuk memberikan pendampingan dan pembinaan dalam memelihara lingkungan," katanya.
Ia mengatakan bahwa negara tujuan ekspor menuntut kepastian asal-usul komoditi dan keramahan lingkungan di wilayah pengembangan komoditi tersebut.
Untuk menjaga kebersihan lingkungan, pihaknya membangun jamban di kawasan tambak sehingga orang-orang di sekitar tambak tidak buang air besar (BAB) sembarangan.
Selain itu, pihaknya mencanangkan penanaman 60 ribu bibit pohon mangrove di sepanjang pesisir Kabupaten Maros (Sulsel) hingga Majene (Sulawesi Barat).
"Ditargetkan awal 2020 semua bibit pohon mangrove itu ditanam dengan melibatkan LSM, pemda, dan masyarakat setempat," ujarnya.
"Kami akui, selama ini susah dapat udang. Kami kewalahan untuk menyiapkan 30-50 ton udang olahan per hari," kata General Manager PT Bomar Rirhy Jumeri disela pendampingan Kelompok Budi Daya Perikanan "Sahabat Solo" yang panen perdana di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, Selasa.
PT Bomar selaku perusahaan ekspor komoditi tidak hanya mengumpulkan dan membeli produksi dari petambak di lapangan, tetapi juga melakukan pendampingan dan pembinaan untuk mengajak petambak memelihara lingkungan di sekitarnya agar bisa berproduksi secara optimal.
Dalam upaya memelihara lingkungan itu, pihaknya bekerja sama dengan organisasi nonprofit dunia yang bergerak di bidang lingkungan, yakni WWF dan lembaga lingkungan nasional, Walhi.
"Selama ini, produksi udang di lapangan kurang optimal, karena lingkungannya kurang dijaga. Karena itu, kami hadir untuk memberikan pendampingan dan pembinaan dalam memelihara lingkungan," katanya.
Ia mengatakan bahwa negara tujuan ekspor menuntut kepastian asal-usul komoditi dan keramahan lingkungan di wilayah pengembangan komoditi tersebut.
Untuk menjaga kebersihan lingkungan, pihaknya membangun jamban di kawasan tambak sehingga orang-orang di sekitar tambak tidak buang air besar (BAB) sembarangan.
Selain itu, pihaknya mencanangkan penanaman 60 ribu bibit pohon mangrove di sepanjang pesisir Kabupaten Maros (Sulsel) hingga Majene (Sulawesi Barat).
"Ditargetkan awal 2020 semua bibit pohon mangrove itu ditanam dengan melibatkan LSM, pemda, dan masyarakat setempat," ujarnya.