Makassar (ANTARA) - Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Kota Makassar bersama Portal Kesehatan Masyarakat (Portkesmas) dan Unicef memperkuat edukasi terkait imunisasi Human Papillomavirus (HPV) pada anak usia 9-14 tahun sebagai upaya mencegah kanker serviks sejak dini.
Edukasi diberikan kepada sejumlah peserta dari berbagai lintas sektor, mulai dari guru, kepala sekolah, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Kementerian Agama, dan lainnya.
"Masih ada sekitar 10 persen anak yang belum memperoleh imunisasi HPV. Imunisasi ini menjadi hak anak. Jadi ini bukan kewajiban untuk diimunisasi, tetapi menjadi hak anak," ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) Andi Mariani di Makassar, Jumat.
Sementara itu, katanya, masih ada yang belum terjangkau pada anak usia sasaran. "Anak-anak yang belum kami jangkau ini rata-rata tidak sekolah atau putus sekolah," ujarnya.
Dia menekankan manfaat dan keamanan vaksin HPV yang diberikan. Imunisasi HPV ini cukup diberikan satu kali pada anak perempuan berusia kelas 5 SD, yang mampu melindungi mereka dari kanker serviks hingga dewasa.
"Ini adalah langkah pencegahan yang sangat efektif dan aman bagi masa depan kesehatan anak-anak kita. Hanya saja, masih ada orangtua yang enggan anaknya divaksin," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar Achi Soleman menegaskan peran penting sekolah dalam membangun pemahaman orangtua tentang pentingnya imunisasi bagi anak.
Menurut Achi, guru adalah ujung tombak dalam edukasi kesehatan. Kerja sama antara sekolah dan puskesmas akan memperkuat kepercayaan orang tua terhadap imunisasi. "Kami siap memperkuat peran sekolah agar makin banyak anak perempuan terlindungi dari kanker serviks," ujar dia.
Direktur Eksekutif Portkesmas, Basra Ahmad Amru menggarisbawahi bahwa kegiatan edukasi sebelum layanan imunisasi sangat menentukan keberhasilan program.
Menurut dia, semua pihak perlu hadir lebih awal untuk membangun kepercayaan masyarakat. Maka dari itu, edukasi dengan metode Komunikasi Antar-Pribadi (KAP) digunakan oleh para komunikator yang telah dilatih untuk meningkatkan komunikasi dengan sasaran.
"Metode ini sangat tepat, karena sesuai dengan kebudayaan masyarakat kita. Selain mudah dicerna, metode KAP juga mengutamakan proses yang menyenangkan dan partisipasi aktif dalam kegiatan edukasi,” ujarnya.
Sejak 2024, lanjutnya, bersama United Nations Children's Fund (Unicef) Indonesia, Portkesmas sebagai organisasi non-pemerintah yang berfokus pada penguatan layanan kesehatan primer di Indonesia mengimplementasikan Jaga Bersama untuk meningkatkan cakupan imunisasi anak lewat edukasi yang praktis bagi tenaga kesehatan, guru, tokoh agama, dan masyarakat.
Program Jaga Bersama dimulai tahun 2024. Pada tahap pertama, puluhan komunikator lokal, terdiri atas guru, tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, dan remaja telah dilatih untuk melakukan kegiatan edukasi imunisasi HPV di Makassar.
Kepala Kantor Perwakilan Unicef Wilayah Sulawesi dan Maluku Henky Widjaja menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah daerah, Unicef, LSM, akademisi, media, dan perorangan untuk memenuhi hak anak, termasuk hak untuk hidup sehat dan berkembang secara optimal.
“Inisiatif Jaga Bersama ini adalah wujud konkret dari komitmen kami untuk memastikan setiap anak mendapatkan haknya untuk terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya yang mengancam jiwa,” katanya.
Selain imunisasi HPV, Unicef Indonesia juga mendukung program imunisasi rutin bagi anak sejak bayi hingga usia sekolah, pendidikan, gizi anak, perlindungan anak dari kekerasan, serta sanitasi, dan air bersih.