Makasar (ANTARA Sulsel) - Kalau ada yang bertanya, kota manakah di Indonesia yang bersih, indah, tertib, dan beradab? Mungkin banyak yang setuju jika di peringkat pertama adalah Kota Surabaya.
Selain bersih dan taman-tamannya indah, lalu lintas di Surabaya juga relatif tertib. Selain karena kebijakan pemerintah kota yang berhasil mengubah wajah Surabaya, partisipasi warga untuk mendukung menjadi kota layak huni dan layak dikunjungi ikut berkontribusi mengubah wajah ibukota Jawa Timur ini menjadi seperti sekarang.
"Ya dibandingkan kota lain di Indonesia, Surabaya memang lebih bagus. Di sudut-sudut kota tamannya rindang. Lalu lintas juga tertib, lihat saja di lampu merah, jalur mobil dan motor dipisahkan. Dan gak ada yang berani berhenti melewati garis,†kata Norman, warga Jakarta.
Saya dan sejumlah teman pekan lalu berkunjung ke Kota Pahlawan ini. Tidak hanya melintasi jalan-jalan protokol utama di Surabaya, tetapi juga menjelajah ke wilayah pinggiran. Sungai-sungai di Surabaya juga relatif bersih. Seperti misalnya sepanjang Kalimas, ditata sangat indah. “Ini bisa dipakai untuk wisata air juga Pak,†kata Mahmud, driver rombongan kami.
Jalan Darmo, Basuki Rahmat, dan Tunjungan juga tampak apik. “Hanya saja, cuaca di Surabaya panas banget ya, hehehe…†kata Norman lagi.
Tak hanya keindahan kotanya. Surabaya juga menarik sebagai wisata kuliner. Saat tim Nasionalisme.co berkunjung ke kota tersebut, pagi dari bandara langsung menikmati sarapan pecel di daerah Ketabang Kali. Pagi itu, suasana rumah makan di dekat Monumen Kapak Selam itu sangat ramai. Menu pecel dengan berbagai lauk pauk seperti telor mata sapi, dadar telor, otak, juga empal, sangat nikmat. “Enak sekali, perlu diulang lagi nanti,†kata Ari, seorang pelajar dari Bogor yang sedang berlibur ke Surabaya.
Setelah menikmati pecel, siang hari menikmati Lontong Balap Cak Gendut di daerah Kranggan. Dengan sate kerang dan bumbu terasi udang yang khas, lontong balap ini sayang kalau dilewatkan. “Minumnya kelapa muda murni ya Bu,†kata kami kepada penjaga warung.
Puas dengan pecel dan lontong balap, malam hari kegiatan kuliner ditutup dengan makan nasi sambel Wonokromo. Meski lokasinya relatif jorok di dekat DTC (Darmo Trade Center/ dulu: Pasar Wonokromo), namun sego sambel ini juga jadi jujugan wisatawan di Surabaya. Untuk bisa menikmati sego sambel iwak pe, tempe, dan dadar telor ini, pengunjung harus sabar. Antreannya bisa lebih setengah jam.
*Arzaky Rizky Muhammad
Siswa SMA Sampoerna Academy Bogor
Berita Terkait
OIKN menerapkan sistem transportasi cerdas dengan prinsip keberlanjutan
Minggu, 28 April 2024 11:23 Wib
BMKG sebut mayoritas kota besar berpotensi turun hujan ringan hingga lebat
Minggu, 28 April 2024 6:49 Wib
Gempa Garut magnitudo 6,5 dirasakan hingga Sukabumi
Minggu, 28 April 2024 6:28 Wib
Bawaslu Sulsel berharap KPU profesional dalam perekrutan PPK dan PPS
Sabtu, 27 April 2024 23:51 Wib
AHY-DPR komunikasikan 2.086 Ha lahan IKN bermasalah
Sabtu, 27 April 2024 21:37 Wib
LKBN ANTARA memulai pembangunan gedung kantor di Kalimantan Utara
Sabtu, 27 April 2024 20:24 Wib
Wali Kota Makassar menerima penghargaan penyelenggara pemda terbaik
Jumat, 26 April 2024 18:40 Wib
Diskominfo Kota Makassar dorong pembentukan KIM promosikan Lorong Wisata
Jumat, 26 April 2024 17:55 Wib