Makassar (Antara Sulsel) - Mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) kembali memperingati momentum April Makassar Berdarah atau dikenal dengan `Amarah` terkait dugaan pelanggaran HAM atas penyerbuan oknum aparat di kampus itu pada 24 April 1996, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin.
Mereka menggelar aksi damai dengan melakukan teatrikal mengunakan jubah hitam, satu dari empat orang mahasiswa membawa papan bertuliskan "Diam = Takut, Melawan = Mati" di tugu Amarah persis di depan areal kampus muslim setempat. Meski dilarang birokrasi kampus, mahasiswa tetap jalan.
Usai melakukan teatrikal, ratusan mahasiswa kemudian berkumpul di depan kampusnya, kemudian bergerak ke Pemakaman Islam Panaikang, jalan Perintis Kemerdekaan, dimana korban kekerasan aparat terhadap mahasiswa tersebut dikebumikan.
Peserta aksi kemudian berziarah di makam Tashrif, mahasiswa yang tewas terkena peluru tajam aparat kala itu. Mereka kemudian berkumpul dan berdoa di pusara korban untuk mendoakan agar diberikan kelapangan dalam kuburnya.
Saat prosesi ziarah, terlihat pasukan Sabhara menggunakan motor trail memasuki area pekuburan, mahasiswa tidak ingin tergangu atas kehadiran aparat, selanjutnya bergeser menuju jembatan layang sambil berorasi menggunakan microphone di mobil bak terbuka.
Kendati mendapat pengawalan ketat hingga ancaman sanksi dari pihak kampus agar tidak melakukan aksi besar-besar, namun ratusan aktivis itu tidak gentar, dan malah mempertanyakan ada apa dengan birokrasi kampus melarang mereka, sebab ini jelas pelanggaran HAM.
"Kenapa kami dilarang, ada apa?. Padahal ini bukti pelanggaran HAM oleh aparat dan sampai sekarang penuntasan kasusnya belum selesai. Kami akan tetap melaksanakan momen ini setiap tahun sebagai pengingat kepada seluruh mahasiswa jangan pernah takut menegakkan kebenaran," papar Korlap Aksi, Syam.
Aksi ratusan mahasiswa ini juga sempat menimbulkan ganguan lalulintas, beruntung hari libur sehingga kendaraan tidak terlalu banyak beraktivitas. Secara silih berganti aktivis mahasiswa menyampaikan orasinya di bawah jembatan layang Makassar.
Usai menyampaikan pendapat dimuka umum, mahasiswa kemudian bergerak ke Pekuburan Islam Dadi, jalan Lanto Daeng Pasewang Makassar untuk untuk berziarah ke makam Sultan Iskandar, korban tewas lainnya untuk didoakan agar dilapangkan kuburnya.
Aksi mereka tetap mendapat pengawalan dari pihak kepolisian meski masuk ke dalam Pekuburan setempat. Usai berziarah, peserta aksi kemudian membubarkan diri, dan sebagian kembali menggelar orasi di Monumen Mandala, jalan Sudirman.
Diketahui, Amarah merupakan peristiwa saat aparat militer bersenjata lengkap dengan kendaraan lapis baja menyerbu ke dalam kampus UMI Makassar pada 24 April 1996. Itu dilakukan aparat untuk melumpuhkan aksi demonstrasi mahasiswa, kala itu memprotes kenaikan harga BBM, tarif angkot, hingga masalah ekonomi bangsa.
Dalam peristiwa itu, tiga mahasiswa masing-masing, Syaiful Bya, Sultan Iskandar, dan Tashrif, tewas terkena peluru tajam hingga meninggal mengenaskan akibat luka tembak.
Tidak hanya mereka, sejumlah mahasiswa lainnya mengalami luka berat dan ringan akibat penganiayaan aparat saat masuk di dalam kampus itu dengan memukuli dan menembak secara membabi buta kepada mahasiwa.
Dua korban tewas saat yakni Tashrif dan Sultan Iskandar di makamkan di Makassar, sedangkan jenazah Syaiful diterbangkan ke Gorontalo untuk dimakamkan di kampung halamannya. Sampai saat ini kasus pelanggaran HAM belum terungkap.