Makassar (Antara Sulsel) - Koordinator Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) International Labour Organisation (ILO-Promote) Rasyidi Bakry mengimbau agar pekerja anak tetap melanjutkan pendidikan mereka.
"Saat ini hampir tidak ada alasan bagi anak untuk tidak lagi melanjutkan pendidikan apalagi dengan alasan ekonomi, karena pemerintah telah menyediakan berbagai program untuk memastikan setiap anak bisa mendapatkan haknya atas pendidikan," kata Rasyidi yang dihubungi di Makassar, Rabu.
Untuk itu, kata dia, diharapkan semua anak bisa kembali bersekolah atau mengikuti program pendidikan di pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) yang relevan dengan kebutuhan mereka.
Lebih lanjut, Rasyidi menjelaskan terdapat perbedaan defenisi antara "pekerja anak" yang bekerja layaknya seperti orang dewasa dan "anak yang bekerja" atau anak melakukan pekerjaan karena membantu orangtua dan merupakan bagian dari proses belajar. Salah satu bentuk pekerjaan terburuk bagi anak, kata dia, dimana anak bekerja sebagai Pekerja Rumah Tangga (PRT).
Ia menuturkan, dalam rangka mengeliminir pekerja anak, pihaknya diundang oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sulawesi Selatan (UPT Bone, Watampone) sebagai narasumber dalam rangkaian kegiatan Program Pengurangan Pekerja Anak Dalam Rangka Mendukung Program Keluarga Harapan (PPA-PKH) Tahun 2017.
Kegiatan tersebut, lanjutnya, berlangsung di Kota Watampone dan Sinjai pada tanggal 16 - 17 Mei 2017. Di Watampone kegiatan diikuti oleh sekitar 180 orang pekerja anak, sementara di Sinjai, kegiatan serupa diikuti oleh sekitar 120 pekerja anak.
Melalui program tersebut, kata dia, diketahui ada banyak cerita pilu yang dialami oleh para pekerja anak. Ita (bukan nama sebenarnya), misalnya,yang baru berumur 15 tahun bekerja di tempat foto copy dari jam 8 pagi sampai jam 10 malam. Ironisnya dia hanya diupah sebanyak 500 ribu rupiah per bulan.
Lina (juga bukan nama sebenarnya) salah seorang pekerja anak di SInjai, ditarik dari salah satu pabrik roti di Makassar. Masih berusia 15 tahun, Lina terpaksa putus sekolah dan bekerja layaknya orang dewasa. Menurutnya dia tidak ada pilihan lain, karena harus membantu orang tua dan empat orang adik-adiknya yang masih kecil.
Selain masalah ekonomi, beberapa anak juga mengemukakan alasan tidak lagi melanjutkan sekolah karena sudah merasa nyaman bisa mencari uang sendiri. Namun ada juga yang karena diminta untuk membantu orang tua yang bekerja sebagai nelayan atau tukang bangunan.
"Anak-anak inilah yang kita harapkan bisa tetap bersekolah di sela kegiatan mereka membantu orang tua," pungkasnya.
Berita Terkait
ILO-Promote : PRT anak rawan alami kekerasan
Senin, 26 Desember 2016 21:03 Wib
Makassar Holds Jet Ski Championship To Promote Maritime Tourism
Kamis, 27 Oktober 2016 5:18 Wib
ILO-Promote latih pekerja rumah tangga K3
Rabu, 28 September 2016 16:20 Wib
ILO-Promote diskusi film dokumenter tentang PRT
Jumat, 5 Februari 2016 21:21 Wib
ILO-Promote luncurkan aplikasi PRT berbasis Android
Minggu, 12 Juli 2015 21:41 Wib
S Sulawesi To Promote Cultural Tourism To Attract Foreign Visitors
Selasa, 2 September 2014 13:07 Wib
West Sulawesi To Promote Trade With China
Jumat, 28 Juni 2013 8:49 Wib
S Sulawesi to Promote Makassar as New National Capital
Kamis, 17 Februari 2011 21:21 Wib