Makassar (Antaranews Sulsel) - Lembaga Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Selatan mendesak Pemerintah Provinsi Sulsel mengevaluasi secara besar-besaran tata kelola lingkungan di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) serta sistem drainase perkotaan.
"Dari analisis Walhi Sulsel bencana banjir dan longsor yang terjadi ini adalah akibat dari buruknya pengelolaan sumber daya alam di daerah hulu dan hilir," Ucap Kepala Unit Desk Disaster WALHI Sulsel, Muh Akram Sulaiman di Makassar, Rabu.
Selain itu, berkurangnya daerah resapan air sebagai pemicu terjadinya banjir. Di daerah dataran tinggi misalnya, banyak alih fungsi hutan sehingga erosi dan sedimentasi meningkat.
Bahkan di sepanjang DAS Jeneberang juga banyak tambang pasir dan batu yang mengakibatkan sedimentasi meningkat sehingga terjadi pendangkalan sungai dan kemungkinan menumpuk di Bendungan Bili-bili.
"Laju air dari dataran tinggi semakin cepat bercampur material ini kemudian akhirnya sampai di dataran rendah, kawasan perkotaan yang kekurangan daerah resapan dan sistem drainase yang buruk," papar dia.
Untuk itu Pemprov Sulsel harus belajar dari bencana banjir dan longsor yang terjadi saat ini, menjadikannya bahan evaluasi dalam tata kelola sumber daya alam dan perlindungan lingkungan hidup dari hulu ke hilir.
"Bencana banjir dan tanah longsor yang menimbulkan kerugian ekonomi dan jatuhnya korban jiwa terjadi hampir setiap tahun terjadi di Sulsel, sehingga tentu memerlukan langkah antisipatif yang komprehensif dari Pemprov Sulsel dengan melakukan upaya-upaya serius dalam meminimalisir risiko bencana," katanya.
Pihaknya mendesak pemerinta harus mengeluarkan kebijakan-kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang memperhatikan kelestarian lingkungan hidup dari hulu ke hilir dengan menghentikan segala bentuk kegiatan yang merusak lingkungan, pemulihan daerah resapan air dan daerah aliran sungai.
Sebelumnya, tingginya intensitas hujan disertai angin kencang mengakibatkan terjadi bencana banjir dan longsor yang menerjang beberapa kabupaten kota di Sulsel diantaranya Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Maros, Pangkep, Barru, Wajo dan Soppeng, sejak Senin malam (21/01) hingga Rabu (23/01).
Hasil pemantauan tim Desk Disaster Walhi Sulsel menyebutkan banjir yang terparah terjadi di Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Jeneponto dan Maros. Ratusan rumah terendam banjir sehingga sebagian besar warga harus mengungsi dari kepungan air.
Di Kabupaten Gowa, ketinggian air di Bendungan Bili-bili sudah mencapai pada 103 meter sehingga pintu air harus dibuka dan menyebabkan Sungai Jeneberang meluap dan merembes masuk ke pemukiman warga setempat.
Daerah yang paling parah terkena dampak banjir dan tanah longsor di Kabupaten Gowa. Informasi yang terima ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Sebanyak sembilan kecamatan terendam banjir dan yang terparah di Kecamatan Pallangga hampir sebagian besar rumah warga terendam banjir.
Tidak hanya banjir, bencana tanah longsor juga terjadi di sepanjang jalan poros Malino Kecamatan Tinggimoncong dan Kecamatan Parigi. Tim terpadu saat ini turun ke lokasi untuk memberikan bantuan.
Berita Terkait
Pemerintah terus melakukan modifikasi cuaca antisipasi hujan ekstrem
Selasa, 10 Desember 2024 12:35 Wib
BMKG IV Makassar merilis peringatan dini untuk 5 daerah di Sulsel
Jumat, 6 Desember 2024 23:13 Wib
Presiden Prabowo ajak pengusaha Jepang terlibat bangun tanggul laut raksasa di Jakarta
Kamis, 5 Desember 2024 20:11 Wib
Sejumlah minibus hilang terseret arus banjir bandang di Sukabumi Jabar
Kamis, 5 Desember 2024 5:56 Wib
Kasdam XIV/HSN membuka pelatihan mitigasi dan penanggulangan bencana
Selasa, 3 Desember 2024 18:23 Wib
Korban tewas akibat banjir di sejumlah wilayah Thailand bertambah menjadi 12 orang
Senin, 2 Desember 2024 13:17 Wib
Pj Gubernur Sulbar serahkan bantuan rumah rehabilitasi terdampak banjir
Jumat, 29 November 2024 17:32 Wib
BMKG : Sebagian besar wilayah Indonesia berpotensi hujan lebat dalam sepekan ke depan
Jumat, 29 November 2024 9:27 Wib