Jakarta (ANTARA) - Ibunda Presiden RI Joko Widodo, Sujiatmi Notomihardjo, meninggal dunia di Rumah Sakit Tentara Slamet Riyadi Kota Solo, Jawa Tegah, Rabu, pukul 16.45 WIB.
Presiden Jokowi langsung menuju RS di Solo, Rabu sore, dan membawa jenazah ibunya ke rumah duka di Jalan Pleret Raya Nomor 9 A, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Seiring dengan kabar wafatnya ibunda Presiden, beragam kalangan mulai dari pejabat hingga publik menyampaikan duka cita melalui media sosial dan mendoakan agar almarhumah ibunda Kepala Negara husnulkhatimah.
Lantas, seperti apakah sosok ibunda Presiden Jokowi, Sujiatmi Notomohardjo? Sujiatmi, lahir di Boyolali, Jawa Tengah, 15 Februari 1943 dan wafat pada usia 77 tahun.
Sujiatmi merupakan anak dari pasangan keluarga pedagang kayu, yakni Wirorejo dan Sani.
Sujiatmi adalah anak perempuan satu-satunya dari tiga bersaudara. Meskipun ia satu-satunya anak perempuan, orang tuanya tidak pernah membeda-bedakan perlakuannya terhadap anak-anak mereka.
Segala didikan yang diterima Sujiatmi dari orang tuanya, diterapkan pula olehnya dalam mendidik anak-anaknya.
Sujiatmi sudah menikah di usia muda dengan sang suami, Widjiatno Notomiharjo, kawan sepermainan kakak Sujiatmi, yang tiga tahun lebih tua darinya.
Orang tua Widjiatno Notomiharjo tinggal di Desa Kranggan, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, sekitar 25 kilometer dari Boyolali. Keluarga besarnya merupakan Lurah Kranggan.
Sujiatmi dan Widjiatno menikah dalam usia muda, pada 23 Agustus 1959. Kala itu, Sujiatmi masih berusia 16 tahun, sedangkan Widjiatno berumur 19 tahun.
Keduanya menikah meskipun belum lulus sekolah. Namun, pada masa itu, perempuan berusia 16 tahun sudah jamak yang menikah. Banyak pula kawan-kawan Sujiatmi yang lebih belia sudah menikah lebih dahulu.
Setelah menikah, Sujiatmi dengan suaminya, Widjiatno Notomihardjo, pada akhirnya juga mulai merintis usaha kayu di Solo, mengikuti jejak orang tuanya. Pada awal pernikahannya, Sujiatmi dan mendiang suaminya itu, sempat mengalami kesulitan keuangan.
Meskipun demikian, berkat kegigihan, kerja keras, dan kesederhanaan yang melekat dalam pribadinya, Sujiatmi dan suami dapat membesarkan keempat anaknya hingga sukses.
Dalam sebuah artikel wawancara yang dibagikan dalam laman www.kemdikbud.go.id, semasa hidupnya Sujiatmi tidak pernah membeda-bedakan keempat anaknya, yakni Jokowi, Iit Sriyantini, Titik Relawati, dan Ida Yati.
Sujiatmi juga dikenal sebagai sosok ibu yang tegas kepada anak-anaknya dan selalu memegang prinsip.
Dalam rumah tangganya, Sujiatmi memegang peran penting mendidik dan mengarahkan anak-anaknya dalam kedisiplinan.
Salah satu prinsip yang diajarkan Sujiatmi kepada anak-anaknya, yaitu kejujuran harus dipegang. Bagi Sujiatmi, apapun pekerjaan anak-anaknya, kejujuran harus diutamakan, selain juga kerja keras dan keikhlasan.
Sujiatmi juga berpesan kepada putra-putrinya agar jangan sekali-kali mengambil yang bukan menjadi haknya.
Saat muda, Sujiatmi dan suami, tidak berhasil lulus sekolah. Oleh karena itu, Sujiatmi memiliki tekad agar anak-anaknya dapat lulus perguruan tinggi.
Oleh karena ibunya selalu memegang prinsip, Jokowi dan adik-adiknya pun selalu patuh dengan arahan Sujiatmi.
Dalam mendidik anak-anaknya, Sujiatmi juga tidak mudah menjanjikan imbalan atau iming-iming, sehingga anak-anaknya juga tidak mudah merengek-rengek kepada orang tua.
Meskipun tegas dalam mendidik anak, Sujiatmi juga sangat pengertian terhadap anak-anaknya. Ketika anaknya mendapat persoalan, Sujiatmi bukan tipikal orang tua yang menyalahkan anak-anaknya.
Menurut Sujiatmi, seseorang yang sedang dilanda persoalan artinya orang tersebut sedang kesusahan, sehingga tidak perlu ditambah kesusahannya.
Dalam perannya sebagai orang tua, Sujiatmi dan suaminya selalu juga menunjukkan sikap pekerja keras. Betapa sulitnya dalam berusaha, mereka tak pernah berkeluh kesah di depan anak-anak.
Mendoakan putra-putrinya
Layaknya orang tua pada umumnya, Sujiatmi juga selalu mendoakan segala urusan anak-anaknya.
Saat Jokowi mencalonkan diri sebagai Presiden RI pada 2014, Sujiatmi bersama keluarga besar menggagas acara doa bersama dengan anak yatim, agar putranya tersebut dapat menghadapi segala macam tantangan dalam pencalonan sebagai Presiden RI.
"Dengan berdoa bersama anak-anak yatim ini, semoga kemenangan Jokowi-JK tercapai," ujar Sujiatmi kala itu.
Sujiatmi saat itu juga kerap mendoakan putranya agar senantiasa diberikan ketenangan dan kekuatan dalam menghadapi pelaksanaan Pilpres 2014.
Jauh sebelum Jokowi mencalonkan diri sebagai Presiden, Sujiatmi selalu menekankan apapun hasilnya semuanya merupakan pemberian dari Allah SWT yang harus selalu disyukuri.
"Pesan saya, semoga Jokowi bisa menghadapi segala macam tantangan yang ada dengan tenang dan damai. Sebagai orang tua, tentu saya wajib optimistis bahwa Jokowi akan memenangi Pilpres 2014," ujarnya saat itu.
Saat putranya didera berbagai macam fitnah saat Pilpres 2014, Sujiatmi sama sekali tidak menunjukkan kemarahannya. Yang bersangkutan justru dengan ramah mendoakan orang-orang yang memfitnah putranya agar segera sadar dan mendapatkan bimbingan dari Allah SWT.
"Saya mendoakan orang yang memfitnah mendapat pembimbingan dari Allah SWT karena yang dituduhkan tidak ada buktinya dan keluarga saya tidak ada yang terlibat," kata dia.
Saat Jokowi terpilih dan ditetapkan sebagai Presiden ketujuh RI, Sujiatmi selalu berpesan kepada putranya itu, untuk selalu amanah.
Sujiatmi juga merupakan sosok yang mengingatkan Jokowi bahwa setelah terpilih menjadi Presiden, Jokowi bukan lagi hanya menjadi milik keluarga melainkan juga menjadi milik bangsa Indonesia.
Meski putranya sudah terpilih sebagai Presiden, Sujiatmi semasa hidupnya tetap tidak berhenti menularkan prinsipnya agar Jokowi tidak melakukan hal aneh-aneh dengan kepercayaan yang sudah diberikan rakyat dan Allah SWT.
Sosok Sujiatmi memang tecemin jelas dalam pribadi Presiden Jokowi.
Kesederhanaan dan kerja keras serta prinsip yang kerap ditunjukkan Presiden dalam memimpin bangsa, merupakan cerminan kerja keras Sujiatmi dan suami dalam mendidik keempat anaknya.
Kini, Sujiatmi sudah tiada. Dia wafat meninggalkan empat orang anak, sembilan cucu, dan tiga cicit.