Jakarta (ANTARA) - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencecar Direktur Utama PT Abadi Sentosa Perkasa Didi Laksamana perihal adanya penyerahan uang kepada pihak-pihak tertentu di PT Dirgantara Indonesia (PT DI).
KPK, Jumat (7/8) memeriksa Didi sebagai saksi untuk tersangka mantan Direktur Utama PT DI Budi Santoso (BS) dalam penyidikan kasus suap kegiatan penjualan dan pemasaran pada PT DI Tahun 2007-2017.
"Penyidik mengonfirmasi keterangan saksi terkait dengan dugaan adanya penyerahan uang dari mitra penjualan kepada pihak pemilik proyek (owner) dan ke pihak-pihak tertentu di PT DI," ucap Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri melalui keterangannya di Jakarta, Sabtu.
Selain Budi, KPK pada 12 Juni 2020 juga telah menetapkan bekas Asisten Direktur Bidang Bisnis Pemerintah PT DI Irzal Rinaldi Zailani (IRZ) sebagai tersangka.
Dalam konstruksi perkara disebut bahwa pada awal 2008, tersangka Budi dan tersangka Irzal bersama-sama dengan para pihak lain melakukan kegiatan pemasaran penjualan di bidang bisnis di PT. DI.
Dalam setiap kegiatan, tersangka Budi sebagai direktur utama dan dibantu oleh para pihak bekerja sama dengan mitra atau agen untuk memenuhi beberapa kebutuhan terkait dengan operasional PT. DI. Adapun proses mendapatkan dana untuk kebutuhan tersebut dilakukan melalui penjualan dan pemasaran secara fiktif.
Pada 2008 dibuat kontrak kemitraan/agen antara PT. DI yang ditandatangani oleh Direktur Aircraft Integration, Direktur PT. Angkasa Mitra Karya, PT. Bumiloka Tegar Perkasa, PT. Abadi Sentosa Perkasa, PT. Niaga Putra Bangsa, dan PT. Selaras Bangun Usaha.
Atas kontrak kerja sama mitra/agen tersebut, seluruh mitra/agen tidak pernah melaksanakan pekerjaan berdasarkan kewajiban yang tertera dalam surat perjanjian kerja sama sehingga KPK menyimpulkan telah terjadi pekerjaan fiktif.
Selanjutnya pada 2011, PT. DI baru mulai membayar nilai kontrak tersebut kepada perusahaan mitra/agen setelah menerima pembayaran dari pihak pemberi pekerjaan.
Selama 2011 sampai 2018, jumlah pembayaran yang telah dilakukan oleh PT. DI kepada enam perusahaan mitra/agen tersebut terdiri dari pembayaran Rp205,3 miliar dan 8,65 juta dolar AS atau sekitar Rp125 miliar, akibatnya total terjadi kerugian negara yang nilainya sekitar sekitar Rp330 miliar.
Setelah enam perusahaan mitra/agen tersebut menerima pembayaran dari PT. DI, terdapat permintaan sejumlah uang baik melalui transfer maupun tunai sekitar Rp96 miliar yang kemudian diterima oleh pejabat di PT. DI di antaranya tersangka Budi, tersangka Irzal, Arie Wibowo selaku Kepala Divisi Pemasaran dan Penjualan, dan Budiman Saleh selaku Direktur Niaga dan Restrukturisasi PT DI.
Berita Terkait
Korlantas Polri uji coba kirim surat tilang melalui aplikasi WhatsApp
Sabtu, 4 Mei 2024 7:30 Wib
Forkopimda dari tiga provinsi hadiri pisah sambut Pangdam XIV/Hasanuddin
Kamis, 4 Januari 2024 14:23 Wib
IPW minta Polda Metro Jaya menunda proses hukum kasus Aiman Witjaksono
Jumat, 1 Desember 2023 10:40 Wib
Liga 1 Indonesia - Persikabo 1973 raih kemenangan perdana di bawah pelatih Aji Santoso
Sabtu, 4 November 2023 20:32 Wib
Pangdam XIV/Hasanuddin: HUT TNI momentum tingkatkan kualitas personil
Jumat, 6 Oktober 2023 1:08 Wib
Ziarah makam pahlawan memperingati HUT ke-78 TNI
Rabu, 4 Oktober 2023 13:01 Wib
KPI memutuskan tayangan azan yang tampilkan Ganjar Pranowo bukan pelanggaran
Kamis, 14 September 2023 15:46 Wib
Liga 1 Indonesia - Pelatih Persebaya harapkan penggunaan VAR dipercepat musim ini
Selasa, 11 Juli 2023 22:37 Wib