Pelindo IV jadi model kebangkitan BUMN di era pandemi
Makassar (ANTARA) - PT Pelindo IV yang membawahi Pulau Sulawesi, Maluku, Papua dan sebagian Kalimantan telah mengawal program pemerintah dalam menghubungkan satu wilayah dengan wilayah lainnya (interkonektivitas), khususnya mendukung Program Tol Laut yang dicanangkan Presiden Joko Widodo.
Ada banyak rintangan dan tantangan dalam mewujudkan hal tersebut, termasuk upaya mendorong pertumbuhan ekonomi Kawasan Timur Indonesia (KTI) dengan potensi Sumber Daya Alamnya.
Salah satu provinsi di KTI dan terdekat dengan sentra layanan PT Pelindo IV adalah Sulawesi Selatan dengan Ibu kotanya Makassar.
Daerah ini terkenal dengan komoditi ekspornya mulai dari jenis tambang, perkebunan, pertanian hingga perikanan.
Dalam perkembangannya, perusahaan milik negara ini pada Mei 2018 telah memberikan angin segar bagi para eksportir dan importir di KTI pada umumnya dan Sulsel khususnya.
Pasalnya, jika sebelumnya pengiriman ataupun mendatangkan barang dari luar negeri melalui Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta atau Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya, maka mulai 2018 sudah dilakukan pengiriman langsung ke luar negeri (Direct Call dan Direct Export).
Kondisi tersebut, mengurangi lama jarak tempuh dan biaya yang harus dikeluarkan. Sebagai gambaran, jika sebelumnya mengelspor komoditi andalan Sulsel ke China membutuhkan waktu 24 hari, maka dengan ‘Direct Call’ hanya 16 hari.
Begitu pula jika ke Jepang membutuhkan waktu 28 hari, maka dengan pengiriman langsung dari Pelabuhan Makassar cukup 18 hari waktu tempuhnya.
Kondisi ini pun mempengaruhi proses jangka waktu berlabuh (dwelling time) yang biasanya membutuhkan 5 – 9 hari.
Efisiensi waktu dan biaya itu, memberikan dampak positif baik bagi pengusaha juga pada petani yang berada di hulu seperti yang dikemukakan mulai Dirut Pelindo IV Doso Agung pada 2018, disusul Farid Padang 2019 dan kini di bawah nakhoda Prasetyadi.
Dengan adanya pengiriman barang langsung ke luar negeri itu, arus bongkar muat di PT Pelindo terus berkembang dari tahun ke tahun, apalagi dengan kehadiran Makassar New Port kapasitas bongkar muat yang pada 2018 tercatat 414 Gross Ton (GT) naik menjadi 466 juta GT pada 2019.
Sementara dari petikemas naik dari 2,11 juta Teus menjadi 2,25 juta teus pada 2019.
Dengan demikian, selain mampu memudahkan interkonektivitas antara satu pulau ke pulau lainnya, juga antara negara ke negara lainnya, juga memberikan efisiensi waktu dan biaya.
Tentu dengan kondisi ini, telah memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Sulsel yang selalu berada di kisaran 7 persen atau jauh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang pada kisaran 5 persen.
Bahkan Kota Makassar mampu mencatat pertumbuhan sekitar 9 persen sebelum badai pandemi COVID-19 melanda pada awal 2020.
Kembali bangkit
Akhir 2019 menjadi masa kelam di negara yang menjadi mitra dagang Indonesia, yakni Cina ketika pandemi COVID-19 melanda negeri habitat panda itu.
Tak lama berselang, COVID-19 pun masuk ke Indonesia dan hanya hitungan bulan merambah ke seluruh nusantara.
Tak terkecuali di Kota Makassar, sehingga pada Maret 2020 menjadi masa kelabu untuk semua sektor kehidupan, termasuk sektor perdagangan.
Apalagi ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang menutup semua aktivitas dan mengajak masyarakat berdiam diri di rumah.
Akibatnya, hal itu berimbas juga pada aktivitas Pelabuhan Makassar yang merupakan salah satu dari pelabuhan kelolaan PT Pelindo IV. Tak ada bongkar muat, tak ada penumpang yang berseliweran di terminal penumpang, sehingga pelabuhan lebih mirip dengan bangunan angker tak bertuan.
Sebenarnya, bukan hanya PT Pelindo IV yang merasakan dampak dari COVID-19 itu, namun perusahaan swasta, pemerintah hingga usaha kecil menengah pun merasakan dampaknya.
Lesunya pasar akibat daya beli yang terus melemah pada masa COVID-19, menjadikan pihak perusahaan
ketika sudah ada sinyal lampu hijau dari Presiden RI Joko Widodo untuk kembali beraktivitas kembali demi mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), PT Pelindo IV pun tampil ke depan mencoba bangkit kembali mewakili jajarannya maupun lembaga besarnya bernama BUMN.
Posisi Pelindo IV jauh lebih baik dibandingkan yang lainnya, pasalnya ketika sudah ditetapkan penerapan kebiasaan baru (new normal), perusahaan plat merah ini berani membuka pengiriman langsung ke luar negeri sejumlah komoditi andalan Sulsel pada Agustus 2020.
Tentu ini prestasi yang luar biasa, karena mampu mendorong semua lini kembali bergerak, petani mulai bergairah kembali karena produknya dapat diekspor oleh para pengusaha di daerah ini.
"Berbulan-bulan kami bingung produksi kopra tidak bisa dikirim, karena adanya pembatasan perdagangan antarnegara, namun setelah dibuka kembali kami merasa lega," kata salah seorang petani di Kabupaten Sinjai, Mustakim.
Aktivitas perdagangan pun memberikan sumbangsih terhadap pertumbuhan ekonomi Sulsel yang sempat minus, namun jelang akhir tahun Bank Indonesia Sulsel melansir perekonomian di daerah ini berangsur pulih.
Setidaknya itu ditandai dengan lancarnya arus distribusi barang dan jasa di lapangan pada masa kebiasaan baru. Dalam hal ini, tidak terlepas dari peran PT Pelindo IV yang mampu menghubungkan ratusan pulau di KTI.
Termasuk menghimpun SDA yang potensial untuk menjadi komoditi ekspor yang dinantikan di pasar mancanegara.
Berkaitan dengan hal tersebut, PT Pelindo IV terus berbenah diri dengan mengembangkan kapasitas pelabuhan dan pergudangan, bahkan siap membangun kawasan industri dalam kawasan New Port Makassar.
Termasuk tol penghubung dan jalur kereta trans Makassar - Parepare akan memiliki satu stasiun di pelabuhan baru Makassar itu.
Hal ini akan memudahkan arus distribusi barang dengan menggunakan kereta api dari Kota Pelabuhan Parepare ke pelabuhan di Kota Makassar.
Dengan demikian, konektivitas jalur darat dan laut akan semakin lancar untuk mendukung Kota Makassar sebagai hub dan pintu gerbang KTI.
Ada banyak rintangan dan tantangan dalam mewujudkan hal tersebut, termasuk upaya mendorong pertumbuhan ekonomi Kawasan Timur Indonesia (KTI) dengan potensi Sumber Daya Alamnya.
Salah satu provinsi di KTI dan terdekat dengan sentra layanan PT Pelindo IV adalah Sulawesi Selatan dengan Ibu kotanya Makassar.
Daerah ini terkenal dengan komoditi ekspornya mulai dari jenis tambang, perkebunan, pertanian hingga perikanan.
Dalam perkembangannya, perusahaan milik negara ini pada Mei 2018 telah memberikan angin segar bagi para eksportir dan importir di KTI pada umumnya dan Sulsel khususnya.
Pasalnya, jika sebelumnya pengiriman ataupun mendatangkan barang dari luar negeri melalui Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta atau Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya, maka mulai 2018 sudah dilakukan pengiriman langsung ke luar negeri (Direct Call dan Direct Export).
Kondisi tersebut, mengurangi lama jarak tempuh dan biaya yang harus dikeluarkan. Sebagai gambaran, jika sebelumnya mengelspor komoditi andalan Sulsel ke China membutuhkan waktu 24 hari, maka dengan ‘Direct Call’ hanya 16 hari.
Begitu pula jika ke Jepang membutuhkan waktu 28 hari, maka dengan pengiriman langsung dari Pelabuhan Makassar cukup 18 hari waktu tempuhnya.
Kondisi ini pun mempengaruhi proses jangka waktu berlabuh (dwelling time) yang biasanya membutuhkan 5 – 9 hari.
Efisiensi waktu dan biaya itu, memberikan dampak positif baik bagi pengusaha juga pada petani yang berada di hulu seperti yang dikemukakan mulai Dirut Pelindo IV Doso Agung pada 2018, disusul Farid Padang 2019 dan kini di bawah nakhoda Prasetyadi.
Dengan adanya pengiriman barang langsung ke luar negeri itu, arus bongkar muat di PT Pelindo terus berkembang dari tahun ke tahun, apalagi dengan kehadiran Makassar New Port kapasitas bongkar muat yang pada 2018 tercatat 414 Gross Ton (GT) naik menjadi 466 juta GT pada 2019.
Sementara dari petikemas naik dari 2,11 juta Teus menjadi 2,25 juta teus pada 2019.
Dengan demikian, selain mampu memudahkan interkonektivitas antara satu pulau ke pulau lainnya, juga antara negara ke negara lainnya, juga memberikan efisiensi waktu dan biaya.
Tentu dengan kondisi ini, telah memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Sulsel yang selalu berada di kisaran 7 persen atau jauh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang pada kisaran 5 persen.
Bahkan Kota Makassar mampu mencatat pertumbuhan sekitar 9 persen sebelum badai pandemi COVID-19 melanda pada awal 2020.
Kembali bangkit
Akhir 2019 menjadi masa kelam di negara yang menjadi mitra dagang Indonesia, yakni Cina ketika pandemi COVID-19 melanda negeri habitat panda itu.
Tak lama berselang, COVID-19 pun masuk ke Indonesia dan hanya hitungan bulan merambah ke seluruh nusantara.
Tak terkecuali di Kota Makassar, sehingga pada Maret 2020 menjadi masa kelabu untuk semua sektor kehidupan, termasuk sektor perdagangan.
Apalagi ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang menutup semua aktivitas dan mengajak masyarakat berdiam diri di rumah.
Akibatnya, hal itu berimbas juga pada aktivitas Pelabuhan Makassar yang merupakan salah satu dari pelabuhan kelolaan PT Pelindo IV. Tak ada bongkar muat, tak ada penumpang yang berseliweran di terminal penumpang, sehingga pelabuhan lebih mirip dengan bangunan angker tak bertuan.
Sebenarnya, bukan hanya PT Pelindo IV yang merasakan dampak dari COVID-19 itu, namun perusahaan swasta, pemerintah hingga usaha kecil menengah pun merasakan dampaknya.
Lesunya pasar akibat daya beli yang terus melemah pada masa COVID-19, menjadikan pihak perusahaan
ketika sudah ada sinyal lampu hijau dari Presiden RI Joko Widodo untuk kembali beraktivitas kembali demi mendukung Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), PT Pelindo IV pun tampil ke depan mencoba bangkit kembali mewakili jajarannya maupun lembaga besarnya bernama BUMN.
Posisi Pelindo IV jauh lebih baik dibandingkan yang lainnya, pasalnya ketika sudah ditetapkan penerapan kebiasaan baru (new normal), perusahaan plat merah ini berani membuka pengiriman langsung ke luar negeri sejumlah komoditi andalan Sulsel pada Agustus 2020.
Tentu ini prestasi yang luar biasa, karena mampu mendorong semua lini kembali bergerak, petani mulai bergairah kembali karena produknya dapat diekspor oleh para pengusaha di daerah ini.
"Berbulan-bulan kami bingung produksi kopra tidak bisa dikirim, karena adanya pembatasan perdagangan antarnegara, namun setelah dibuka kembali kami merasa lega," kata salah seorang petani di Kabupaten Sinjai, Mustakim.
Aktivitas perdagangan pun memberikan sumbangsih terhadap pertumbuhan ekonomi Sulsel yang sempat minus, namun jelang akhir tahun Bank Indonesia Sulsel melansir perekonomian di daerah ini berangsur pulih.
Setidaknya itu ditandai dengan lancarnya arus distribusi barang dan jasa di lapangan pada masa kebiasaan baru. Dalam hal ini, tidak terlepas dari peran PT Pelindo IV yang mampu menghubungkan ratusan pulau di KTI.
Termasuk menghimpun SDA yang potensial untuk menjadi komoditi ekspor yang dinantikan di pasar mancanegara.
Berkaitan dengan hal tersebut, PT Pelindo IV terus berbenah diri dengan mengembangkan kapasitas pelabuhan dan pergudangan, bahkan siap membangun kawasan industri dalam kawasan New Port Makassar.
Termasuk tol penghubung dan jalur kereta trans Makassar - Parepare akan memiliki satu stasiun di pelabuhan baru Makassar itu.
Hal ini akan memudahkan arus distribusi barang dengan menggunakan kereta api dari Kota Pelabuhan Parepare ke pelabuhan di Kota Makassar.
Dengan demikian, konektivitas jalur darat dan laut akan semakin lancar untuk mendukung Kota Makassar sebagai hub dan pintu gerbang KTI.