Moskow (ANTARA) - Otoritas Lebanon dan gerakan Hizbullah telah menyetujui usulan Amerika Serikat untuk gencatan senjata dengan Israel, namun dengan beberapa tanggapan mengenai isinya, lapor Reuters mengutip Ali Hasan Khalil, ajudan ketua parlemen Lebanon.
Menurut pejabat itu, ini upaya paling serius untuk mengakhiri permusuhan pada saat ini.
Lebanon telah menyerahkan tanggapan tertulis kepada duta besar AS untuk Lebanon pada Senin, sebut media itu mengutip Khalil.
Khalil mengatakan bahwa semua tanggapan yang disampaikan menegaskan kepatuhan ketat terhadap Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 dan semua ketentuannya. Ia juga menambahkan bahwa keberhasilan inisiatif tersebut kini bergantung pada Israel, yang menurutnya, "bisa memberikan 100 masalah" jika tidak menginginkan solusi.
Selain itu, Khalil menambahkan bahwa Israel mencoba berunding "sambil menyerang" mengacu pada eskalasi pengeboman di Beirut dan wilayah pinggirannya, namun hal ini tidak akan berpengaruh pada posisi Lebanon.
Pada Minggu, sumber politik Lebanon mengatakan kepada RIA Novosti bahwa utusan khusus Presiden AS untuk Timur Tengah, Amos Hochstein, berniat mengunjungi Beirut dalam beberapa hari ke depan karena pihak berwenang Lebanon telah menyiapkan tanggapan terhadap usulan AS untuk gencatan senjata dengan Israel.
Sumber tersebut, secara khusus mengatakan pihak AS menilai positif kemajuan negosiasi dan berharap kesepakatan gencatan senjata dapat dicapai sebelum 15 Desember.
Sejak 1 Oktober, Israel telah melakukan operasi darat terhadap pasukan Hizbullah di Lebanon selatan dan terus melakukan pemboman udara terhadap negara tetangga tersebut, di mana selain warga sipil, para pemimpin gerakan Syiah telah terbunuh dan lebih dari satu juta orang telah menjadi pengungsi.
Meski mengalami kehilangan, termasuk di antara staf komando, Hizbullah melakukan pertempuran darat dan tidak menghentikan serangan roket ke wilayah Israel.
Sputnik-OANA