Mamuju (ANTARA) - Wakil Gubernur Sulawesi Barat Salim S Mengga mengajak generasi muda menjadi pelopor perubahan melalui gaya hidup minim sampah sebagai upaya menyelamatkan lingkungan.
"Hanya dengan langkah kecil, seperti membawa tumbler, menolak plastik sekali pakai, mengomposkan sampah, hingga menjadi wirausaha lingkungan, sangat bermanfaat dalam menyelamatkan lingkungan," kata Salim Mengga pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Mamuju, Kamis.
Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 2025 yang mengangkat tema "Hentikan Polusi Plastik" kata Salim Mengga, sebagai refleksi mendalam atas kondisi bumi yang sedang menghadapi tiga krisis besar, yakni perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati dan polusi.
Perubahan iklim, kata Salim Mengga, menyebabkan hilangnya biodiversitas dan pencemaran yang memberi dampak luas terhadap kesehatan manusia, keberlanjutan pembangunan, dan kualitas hidup.
Aktivitas manusia yang eksploitatif, lanjutnya, mempercepat laju kerusakan alam, terutama melalui produksi dan konsumsi plastik yang tidak terkendali.
Jika tidak ada intervensi serius, jumlah plastik yang bocor ke laut akan meningkat drastis hingga dapat mencemari laut, membunuh biota dan mengancam ketahanan pangan laut.
"Kondisi ini diperparah oleh pola pengelolaan sumber daya alam yang tidak berkelanjutan," katanya.
Wagub menegaskan pentingnya kesadaran kolektif serta tindakan nyata dari seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta untuk menyelamatkan bumi dari ancaman plastik.
Ia berharap, peringatan Hari Lingkungan Hidup tidak hanya sebagai seremoni, tapi titik balik aksi nyata.
"Dengan semangat bumi tidak membutuhkan kita, tetapi kitalah yang membutuhkan bumi, saya mengajak masyarakat untuk memulai dari hal sederhana demi meninggalkan warisan lingkungan yang bersih dan sehat bagi generasi mendatang," kata Salim Mengga.
Sementara pada peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Kabupaten Polewali Mandar, puluhan murid SD dan siswa SMA bersama pegiat lingkungan, masyarakat pesisir, dan pemerintah setempat melakukan pelepasan 500 tukik (bayi penyu) dan penanaman mangrove di Pantai Mampie.
Founder Sahabat Penyu Polewali Mandar Muhammad Yusri mengatakan, aksi itu merupakan bentuk kepedulian terhadap pelestarian ekosistem pantai sekaligus mendukung penyerapan emisi karbon secara alami.
"Ini bagian dari edukasi lingkungan dan kontribusi nyata menuju pencapaian target Net Sink 2030, di mana Indonesia menargetkan sektor kehutanan dan penggunaan lahan menjadi penyerap emisi bersih," jelasnya.
Keterlibatan lintas kelompok dari murid SD, siswa-siswi SMA, masyarakat pesisir hingga pemerintah kata Muhammad Yusri, menunjukkan semangat kolaborasi dalam menjaga lingkungan dan meningkatkan kesadaran ekologis sejak usia dini.
"Pantai Mampie menjadi contoh nyata bagaimana komunitas lokal dapat berperan aktif dalam menjaga bumi demi generasi masa depan," ujarnya.
