Ketua Dewan Pertimbangan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Cabang Cabang Makassar, Dr H Eddy R Moeljono SpOg-K, memaknai Hari Kesehatan Sedunia yang jatuh pada 10 April lalu dengan memberikan catatan kritis konstruktif terhadap BPJS Kesehatan.
"Dengan BPJS Kesehatan ini kita prihatin kualitas dokternya. Artinya kita mau bertindak maksimal tetapi terbatas ndak bisa dipenuhi BPJS Kesehatan karena keterbatasan dana BPJS. Kerjanya jadi ala kadarnya," ujar pemilik Rumah Sakit Bersalin Budi Mulia Makassar tersebut.
Ketua Forum Komunikasi Paguyuban Masyarakat Jawa (FKPMJ) di Sulsel ini merasa kasihan karena pasien menjadi korban dan tidak menerima penyembuhan maksimal padahal kasus-kasusnya cukup banyak.
"Kelas-kelas juga mempengaruhi. Banyak pasien tidak puas. Kalau saya praketk di RS Haji sengaja tangani pasien kelas tiga. Harapan saya terpenuhi. Nggak ada tunggakan dari pasien," kata dosen di Fakultas Kesokteran Unhas Departemen Obsterti Genekologi ini.
Eddy berpandangan kalau BPJS tidak mencari keuntungan akan menjadi bagus. "Biaya bersalin normal Rp600 ribu. Ini nggak normal. Ini perlu ditinjau kembali. Baiknya kelas tiga aja BPJS, kelas satu keatas bayar sendiri," katanya.
Eddy memberikan saran masyarakat harus memandang bahwa kesehatan itu mahal karena itu harus menyisihkan gajinya untuk perawatan kesehatan kalau sakit.
"Orang bisa beli hp tetapi ndak sisipkan dana kesehatan. Padahal sekarang orang mati pun susah nguburnya apalagi kesehatan. Rata-rata punya mobil namun urusan sakit nanti belakangan," katanya.
Dia berpandangan idealnya dana disiapkan pada tiga hari pertama saat sakit karena kalau masuk rumah sakit harus ada uang muka dan biaya obat-obatan.
"Asuransi depannya manis. Prakteknya tidak semua tercover. Jadi yang disiapkan tiap bulan 20 persen dari pendapatan," katanya.
Eddy saat ini fokus dengan pengembangan RS Bersalin Budi Mulia di Kelurahan Balaparang. Dia menjalankan rumah sakit dengan konsep sakinah yakni dengan biaya yang tidak "men-cekik leher".
RS Budi Mulia saat ini memiliki 30 orang tenaga medis terrmasuk dokter ahli dan 24 orang non medis.