Pemilihan setting lokasi dalam penggambaran alur kisah heroik tokoh Thomas menjadi penguat dalam melukiskan kondisi kekinian yang terjadi di Indonesia dengan hiruk-pikuk pergulatan politik berbalut persoalan ekonomi, dan kemudian bermuara pada persoalan hukum.
Thomas dengan sang Opa yang harus berhadapan dengan persoalan hukum di Hong Kong, berjuang melepaskan diri dari tuduhan membawa 100 kilogram heroin dan bahan peledak C4 di kapalnya, termasuk kadek kapal dan seorang wartawati dari majalah ternama di Jakarta turut terseret karena berada di tempat kejadian peristiwa (TKP).
Kehadiran sosok wartawati dengan tampilan gesit dan berani terseret dalam persoalan Thomas, karena dia mendapat tugas dari kantornya untuk melakukan wawancana khusus dengan eksekutif muda yang kemudian menjadi konsultan politik salah seorang calon presiden dari partai terbesar.
Namun ternyata, sulitnya mengejar narasumber dengan jadwal yang padat, masih lebih sulit ketika harus berpetualang dengan Thomas, ke luar dari Hongkong menuju Jakarta lalu melanjutkan perjalanan ke Bali untuk menghadiri konvensi penting dari partai besar pengusung calon presiden.
Semua itu dikemas dalam 33 episode yang ditulis secara runtun dan apik oleh penulis Tere Liye dengan bahasa yang sederhana, meskipun di antaranya diselingi bahasa asing sesuai dengan kondisinya.
Buku "best seller" cetakan keenam pada Januari 2014 itu , juga menampilkan tokoh Lee yang menjadi "dewa penyelamat" ketika Thomas harus meloloskan diri dari penjara dan kejaran kesatuan khusus antiteror Hong Kong SAR.
Pergulatan batin tokoh Thomas terjadi ketika menerima telepon dari klien politiknya yang dipanggil dengan sebutan "Bapak Presiden". Dalam percakapan melalui telepon seluler antara Thomas dan kliennya itu, dipertanyakan siapa orang yang pantas dibela dalam kondisi carut-marutnya dunia perpolitikan.
"Apakah semua politikus itu jahat? Menjual omong kosong seperti yang aku bicarakan dalam konferensi kemarin siang di Hong Kong? Terus terang aku tidak tahu pasti jawabannya," kata Thomas membatin yang dituliskan pada halaman 112.
Buku dengan 359 halaman itu juga menampilkan segmen cerita penangkapan mantan gubernur ibu kota berinisial JD yang siap maju untuk kedua kalinya. JD merupakan salah seorang pejabat pemerintahan yang popular dan dikenal dekat dengan rakyat kecil, sekaligus adalah kandidat presiden konvensi partai besar.
Penangkapan klien politik Thomas itu dengan tuduhan terlibat kasus korupsi, erat kaitannya dengan pelaksanaan konvensi yang harus berhadapan dengan lawan-lawan politiknya, termasuk mafia hukum yang bermain cantik memanfaatkan situasi dan kondisi.
Dalam kondisi yang sangat sulit mendeteksi kawan dan lawan itu, Thomas akhirnya tampil pada konvensi partai besar itu di Bali, meskipun harus bertarung nyawa untuk memuluskan perjalanannya ke Pulau Dewata itu dengan stutus buron.
Gugah Kepekaan
Meskipun ide cerita fiksi ini sarat dengan persoalan politik, namun penulis bernama pena Tere Liye yang lahir dari keluarga sederhana di Sumatera ini, mencoba menyisipkan pesan-pesan moral dan berupaya menggugah kepekaan.
Hal itu dipaparkannya pada episode 5, "Tidak Ada Demokrasi untuk Orang Bodoh". Penulis memberikan ilustrasi sebuah perkampungan yang dikelilingi sungai besar. Satu-satunya akses keluar adalah jembatan beton yang dibangun pemerintah pusat.
Suatu hari seorang pemancing melihat pondasi jembatan itu retak, lalu melaporkan ke kepala kampung. Kemudian warga pun dikumpulkan untuk dimintai pendapatnya oleh kepala desa. Demokrasi! Namun kemudian muncul pertanyaan jembatan itu segera diperbaiki dengan iuran warga atau menunggu dana dari pemerintah pusat?
Walhasil, dilakukan pemungutan suara dan ternyata suara terbanyak menolak memperbaiki jembatan dari iuran warga dengan berbagai macam alasan. Palu pun diketukkan di meja, perbaikan ditunda.
Tiga minggu berlalu, di pagi yang cerah saat banyak-banyaknya warga melintas di jembatan itu, tiba-tiba jembatan itu runtuh. Korban pun berjatuhan, mulai dari anak-anak sekolah yang melintasi jembatan hingga tiga mobil angkutan pedesaan beserta isinya, meluncur deras dengan kepingan beton.
Penggambaran pemilihan suara terbanyak sebagai buah dari keputusan demokratis yang lebih dikenal "Suara Rakyat adalah Suara Tuhan" pun kemudian digugat. "Apakah demokrasi sistem terbaik yang diberikan Tuhan? Difirmankan Tuhan dalam kitab suci? Jelas Tidak. Demokrasi adalah hasil ciptaan manusia".
Begitu pula ketika tokoh Thomas tampil di podium konvensi partai di Bali, dengan lantang menanyakan pada peserta konvensi, "Siapa yang sebenarnya memiliki sebuah partai politik? Karena banyak partai politik di negeri ini yang tak ubahnya seperti perusahaan, apa kata Presdirnya semua anggotanya harus taat".
Juga banyak partai politik yang dikuasai elitenya saja. Sementara kadernya harus berkorban membesarkan partai, namun yang menikmati madu partai adalah elite partai. Dengan pertanyaan itu, Thomas berhasil menggugah peserta konvensi untuk menyatukan sikap dan suara bahwa merekalah sebetulnya pemilik partai dimaksud.
Tak heran jika di akhir buku terbitan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta tersebut dicantumkan tiga bait puisi yang dapat menggugah pembaca dalam mencermati fenomena negeri ini.
Di negeri di Ujung Tanduk, kehidupan makin rusak, bukan karena orang jahat semakin banyak, tetapi semakin banyak orang yang memilih tidak peduli lagi. Di negeri di Ujung Tanduk, para penipu menjadi pemimpin, para pengkhianat menjadi pujaan, bukan karena tidak ada lagi yang memiliki teladan, tetapi mereka memutuskan menutup mata dan memilih hidup bahagia sendirian.
Pada akhir cerita dengan tokoh lakon Thomas, juga digambarkan bahwa di negeri di Ujung Tanduk, seorang petarung akan memilih jalan suci, meski habis seluruh darah di badan, menguap segenap air mata, dia akan berdiri paling akhir, demi membela kehormatan. Kaswir
Berita Terkait
Surya Paloh: Saatnya tutup buku lama dan buka buku baru
Senin, 22 April 2024 18:38 Wib
Pemprov dan BKKBN Sulsel gunakan buku pedoman percepatan penurunan stunting
Minggu, 31 Desember 2023 23:20 Wib
KPP DPRD Sulsel meluncurkan buku perjalanan politik legislator perempuan
Sabtu, 16 Desember 2023 22:02 Wib
Menko Airlangga : Buku Putih Strategi Nasional menjadi acuan transformasi digital RI
Rabu, 6 Desember 2023 12:44 Wib
Telkom optimistis kinerja tahun buku 2023 tumbuh positif
Sabtu, 2 Desember 2023 15:05 Wib
Dandim 1402 Polewali Mandar sosialisasikan buku netralitas TNI
Kamis, 9 November 2023 22:32 Wib
Balai TN Taka Bonerate Selayar menyiapkan buku panduan wisatawan
Kamis, 19 Oktober 2023 1:53 Wib
251 dosen Unhas ikut uji sertifikasi penulis dan editor buku oleh BNSP
Kamis, 5 Oktober 2023 19:32 Wib