Akademisi ditantang hasilkan tanaman pangan yang adaptif
Makassar (ANTARA) - Akademisi ditantang untuk dapat menghasilkan tanaman pangan yang adaptif terhadap perubahan lingkungan akibat cuaca ekstrem, kata akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr Miftahudin di Makassar, Sabtu.
Ia, pada seminar nasional bertajuk "Peran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) dalam menghadapi Industri 4.0" di Aula Al Jibra Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar mengatakan, perubahan alam yang begitu drastis akibat pemanasan global menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa dan alumni MIPA untuk mencari solusi terbaik demi keberlangsungan hidup di masa depan.
Seminar itu digelar dalam memeriahkan kegiatan final Olimpiade Nasional MIPA (ON MIPA) 2019 di UMI Makassar.
"Selain perubahan cuaca dan iklim, semakin minimnya lahan pertanian karena berganti menjadi permukiman, pertanian yang dialihkan ke lahan marjinal menjadi hal yang juga tidak terhindarkan. Maka MIPA harus mengambil peran penting untuk menyiapkan pangan yang adaptif terhadap lingkungan yang kurang mendukung itu," katanya.
Ia menjelaskan, perubahan lingkungan akibat kemajuan peradaban memang hal yang harus dihadapi, karena itu, akademisi MIPA harus berperan dalam mencari sumber-sumber baru untuk memperkuat pangan nasional dengan tanaman yang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan tersebut.
Para mahasiswa dan alumni MIPA juga harus bisa memperbaiki ekosistem yang telah rusak, termasuk melakukan pemantauan terhadap berjalannya pembangunan berkelanjutan.
Begitu pula dengan upaya mengembangkan tanaman yang bisa menghasilkan biomassa yang bisa menjadi bahan bakar di masa depan setelah biofosil habis digunakan.
Seminar yang dibuka oleh Wakil Rektor 3 UMI Prof Laode Husen itu juga menghadirkan narasumber di bidang MIPA yaitu, Nanang Susyanto PhD (pakar matematika dari UGM), Dr Syamsu Rosid (pakar fisika dari UI) Prof Dr Purwatiningsih (pakar Kimia dari IPB) dan Dr Ir Miftahudin (pakar biologi dari IPB).
Ia, pada seminar nasional bertajuk "Peran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) dalam menghadapi Industri 4.0" di Aula Al Jibra Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar mengatakan, perubahan alam yang begitu drastis akibat pemanasan global menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa dan alumni MIPA untuk mencari solusi terbaik demi keberlangsungan hidup di masa depan.
Seminar itu digelar dalam memeriahkan kegiatan final Olimpiade Nasional MIPA (ON MIPA) 2019 di UMI Makassar.
"Selain perubahan cuaca dan iklim, semakin minimnya lahan pertanian karena berganti menjadi permukiman, pertanian yang dialihkan ke lahan marjinal menjadi hal yang juga tidak terhindarkan. Maka MIPA harus mengambil peran penting untuk menyiapkan pangan yang adaptif terhadap lingkungan yang kurang mendukung itu," katanya.
Ia menjelaskan, perubahan lingkungan akibat kemajuan peradaban memang hal yang harus dihadapi, karena itu, akademisi MIPA harus berperan dalam mencari sumber-sumber baru untuk memperkuat pangan nasional dengan tanaman yang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan tersebut.
Para mahasiswa dan alumni MIPA juga harus bisa memperbaiki ekosistem yang telah rusak, termasuk melakukan pemantauan terhadap berjalannya pembangunan berkelanjutan.
Begitu pula dengan upaya mengembangkan tanaman yang bisa menghasilkan biomassa yang bisa menjadi bahan bakar di masa depan setelah biofosil habis digunakan.
Seminar yang dibuka oleh Wakil Rektor 3 UMI Prof Laode Husen itu juga menghadirkan narasumber di bidang MIPA yaitu, Nanang Susyanto PhD (pakar matematika dari UGM), Dr Syamsu Rosid (pakar fisika dari UI) Prof Dr Purwatiningsih (pakar Kimia dari IPB) dan Dr Ir Miftahudin (pakar biologi dari IPB).