Kemarau panjang BMKG Sulsel imbau masyarakat tetap waspada
Makassar (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sulawesi Selatan memperkirakan puncak musim kemarau berakhir pada Oktober dan mengimbau masyarakat terus waspada akan dampaknya, kendati diprediksi hujan baru akan terjadi pada November 2019.
"Musim kemarau diperkirakan masih akan berlangsung hingga Oktober, dan prediksi hujan mulai masuk pada November nanti," sebut Kepala Stasiun Klimatologi Maros, dan meliputi Wilayah Sulawesi dan Maluku, Hartanto, Senin.
Mengingat musim kemarau masih berlangsung, pihaknya menghimbau agar masyarakat terus waspada sebab bisa berpotensi terjadinya kekeringan di berbagai daerah bahkan bisa memicu terjadinya kebakaran hutan, lahan hingga pemukiman warga.
Hartanto menjelaskan saat ini terjadi kekeringan meteorologis, seperti adanya krisis kualitas dan kuantitas air bersih, hingga bisa berdampak pada kesehatan diakibatkan cuaca yang panas dengan temperatur di atas 40 derajat celcius, kekeringan dan angin kencang.
Untuk itu, pihaknya tetap mengimbau masyarakat yang berada di daerah terdampak kekeringan mesti mewaspadai dampak kekeringan meteorologis.
Mengenai dengan daerah yang terjadi kekeringan saat ini, kata dia berpotensi di sebagian besar wilayah Sulsel khususnya pada bagian selatan dan pantai barat Sulsel.
"Dari monitoring dasarian II Agustus, seluruh wilayah Sulsel bagian selatan dan pantai barat telah masuk kategori kemarau sangat panjang hingga ekstrim," katanya.
Berdasarkan monitoring, di wilayah Sulsel sebagian daerah telah memasuki kemarau ekstrim atau Hari Tanpa Hujan (HTH) dengan jumlahnya antara 31 sampai 72 hari. Apabila terjadi hujan, tentu hitungannya akan kembali kepada hitungan nol.
"Bila terpantau 60 hari tanpa hujan, berarti daerah tersebut terjadi hujan terakhir 60 hari yang lalu. Sesuai pengamatan BMKG, sebagian besar wilayah di Sulsel didominasi HTH dengan kategori panjang antara 31 sampai 60 hari tanpa hujan," ungkapnya.
Saat ditanyakan apakah kondisi musim kemarau saat ini diperlukan modifikasi hujan buatan, Hartanto menambahkan, untuk upaya tersebut seperti modifikasi cuaca menghasilkan hujan buatan, tergantung dari kebutuhan suatu wilayah akan berdampak musim kemarau, namun biasanya itu dilaksanakan BPPT bila dianggap darurat.
Hingga saat ini sejumlah daerah di Sulsel mengalami kekeringan seperti di Kabupaten Jeneponto, Takalar, Maros, Kepulauan Pangkep, Kepulauan Selayar, wilayah sebagai Luwu, hingga sebagai Kota Makassar.
"Musim kemarau diperkirakan masih akan berlangsung hingga Oktober, dan prediksi hujan mulai masuk pada November nanti," sebut Kepala Stasiun Klimatologi Maros, dan meliputi Wilayah Sulawesi dan Maluku, Hartanto, Senin.
Mengingat musim kemarau masih berlangsung, pihaknya menghimbau agar masyarakat terus waspada sebab bisa berpotensi terjadinya kekeringan di berbagai daerah bahkan bisa memicu terjadinya kebakaran hutan, lahan hingga pemukiman warga.
Hartanto menjelaskan saat ini terjadi kekeringan meteorologis, seperti adanya krisis kualitas dan kuantitas air bersih, hingga bisa berdampak pada kesehatan diakibatkan cuaca yang panas dengan temperatur di atas 40 derajat celcius, kekeringan dan angin kencang.
Untuk itu, pihaknya tetap mengimbau masyarakat yang berada di daerah terdampak kekeringan mesti mewaspadai dampak kekeringan meteorologis.
Mengenai dengan daerah yang terjadi kekeringan saat ini, kata dia berpotensi di sebagian besar wilayah Sulsel khususnya pada bagian selatan dan pantai barat Sulsel.
"Dari monitoring dasarian II Agustus, seluruh wilayah Sulsel bagian selatan dan pantai barat telah masuk kategori kemarau sangat panjang hingga ekstrim," katanya.
Berdasarkan monitoring, di wilayah Sulsel sebagian daerah telah memasuki kemarau ekstrim atau Hari Tanpa Hujan (HTH) dengan jumlahnya antara 31 sampai 72 hari. Apabila terjadi hujan, tentu hitungannya akan kembali kepada hitungan nol.
"Bila terpantau 60 hari tanpa hujan, berarti daerah tersebut terjadi hujan terakhir 60 hari yang lalu. Sesuai pengamatan BMKG, sebagian besar wilayah di Sulsel didominasi HTH dengan kategori panjang antara 31 sampai 60 hari tanpa hujan," ungkapnya.
Saat ditanyakan apakah kondisi musim kemarau saat ini diperlukan modifikasi hujan buatan, Hartanto menambahkan, untuk upaya tersebut seperti modifikasi cuaca menghasilkan hujan buatan, tergantung dari kebutuhan suatu wilayah akan berdampak musim kemarau, namun biasanya itu dilaksanakan BPPT bila dianggap darurat.
Hingga saat ini sejumlah daerah di Sulsel mengalami kekeringan seperti di Kabupaten Jeneponto, Takalar, Maros, Kepulauan Pangkep, Kepulauan Selayar, wilayah sebagai Luwu, hingga sebagai Kota Makassar.