Di tengah kepasrahan keluarga korban Sriwijaya Air tersembul asa keajaiban
Makassar (ANTARA) - Raut wajah Magdalena, ibu kandung Ricko Mahulette, korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air, terlihat tenang. Meski tertutupi masker, matanya telihat berkaca-kaca memancarkan kesedihan.
Dokter yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Labuang Baji ini tetap menunggu kepastian hasil pencarian tim penyelamat dan berharap ada keajaiban.
"Kami masih menunggu informasi, Bapak (Damianus Mahulette) bersama istri Ricko (Martasari) tadi sudah berangkat ke Jakarta. Kami berharap ada keajaiban dari Tuhan," kata Magdalena, Minggu.
Rumah di kompleks Puri Kencana Asri, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar Sulawesi Selatan yang ditempatinya mulai ramai dikunjungi kerabat dan rekan kuliah korban.
Karangan bunga pun mulai menghiasi di sekitar pekarangan rumahnya. Sesekali Mangdalena menarik napas panjang, terisak, saat menerima tamu yang datang untuk memberikan semangat.
Kepribadian Ricko, menurut dia, sangat baik dan manja. Bahkan, sering menganggu adiknya yang perempuan kini telah menjadi dokter di Rumah Sakit Pelamonia Makassar.
"Anak saya dua, Ricko anak pertama dan sudah bekerja di PLN Pontianak, adiknya perempuan dokter di RS Pelamonia. Selalu diganggu-ganggu adiknya kalau datang," kisahnya.
Ricko juga anak yang rajin, pintar, gigih serta tekun belajar. Ia tidak mau kuliah selain di Universitas Hasanuddin, Fakutas Teknik. Jurusan Teknik Sipil dan lulus pada tahun 2005.
Selanjutnya, melanjutkan pendidikan strata dua (S-2) di Institut Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat dengan jurusan yang sama. Selesai pada tahun 2008.
Usai menamatkan kuliah masternya, pendaftaran calon pegawai PT PLN terbuka, lalu dia mendaftar dan dinyatakan lolos seleksi PLN di Kalimantan Timur, hingga akhirnya ditempatkan di PLN Pontianak, Kalimantan Barat selama 8 tahun.
Sempat namanya bermasalah waktu lulus di PLN karena mengikutkan nama ayahnya, Ricko Mahulette. Memang sejak pindah di Makassar SD kelas dua sampai selesai sarjana namanya Ricko di ijazah, dan akhirnya nama Ricko saja dipakai.
Pindah Pesawat
Magdalena, wanita keturunan Maluku ini masih mengingat saat Ricko kini berusia 32 tahun memboyong anak dan istrinya dari Pontianak untuk ikut merayakan Natal 2020 dan Tahun Baru 2021 di Makassar.
Suasana ceria dan menyenangkan bersama cucu pertamanya, Gafi Borneo Mahulette (6), selama liburan masih berbekas di benaknya. Hingga akhirnya Ricko harus pulang terlebih dahulu ke Pontianak untuk menjalankan tugas.
Namun, nahas kabar duka itu datang setelah melihat dan mendengarkan informasi dari televisi, pesawat yang ditumpangi mengalami hilang kontak, kecelakaan di Perairan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (9-1-2021).
Dia sempat ambil cuti besar untuk liburan ke Makassar sekalian merayakan Natal, membawa istri dan anaknya.
"Sempat kasih kabar pesawat dia naiki Nam Air mau berangkat tetapi dipindahkan lagi ke Sriwijaya," tuturnya.
Terkait dengan pemindahan pesawat dari maskapai Nam Air ke Sriwijaya air SJ-182 disesalkan pula oleh sejumlah keluarga korban.
"Harusnya keluarga dan anak saya menggunakan maskapai Nam Air pada pukul 07.00 WIB. Akan tetapi, dipindahkan ke pesawat Sriwijaya Air pada pukul 14.00 WIB yang mengalami musibah," kata Iwan di Sungai Raya, Ahad.
Dalam musibah itu, dia kehilangan anak bungsunya, paman, bibi, serta keponakan yang harusnya menggunakan maskapai Nam Air.
Menurut dia, pihak maskapai Nam Air hingga kini belum memberikan alasan yang kuat terkait dengan pemindahan jadwal dan beda maskapai tersebut.
Magdalena, ibu Ricko Mahulette, mengisahkan kembali dengan menyampaikan informasi bahwa masa cuti kerja anaknya sudah selesai dan kembali aktif kerja pada hari Senin. Rencananya, istri dan anaknya, akan menyusul ke Pontianak pada hari Senin (11-1-2021).
"Sudah ada tiket pulang dibeli istrinya. Tapi Ricko memilih pulang terlebih dahulu ke Pontinak karena masuk kerja besok. Tidak ada tanda-tanda atau firasat apa pun tetapi ada sedikit rasa gelisah," ungkapnya.
Status di Media Sosial
Magdalena mengemukakan ada harapan besar Ricko tahun ini menginginkan bisa memiliki anak kembar, bahkan sudah diunggah di media sosial.
"Postingan terakhir di Facebooknya dengan tulisan besar 'Punya anak kembar' dengan foto sedang mengukur di lokasi kerjanya. Itu yang terakhir saya lihat," ucapnya bersedih sembari menunjukkan gambar dan status itu.
Kendati demikian, pihak keluarga masih berharap adanya keajaiban Tuhan. Namun, bila itu sudah menjadi surat takdir, pihaknya akan menerimanya secara lapang dada.
Selain itu, perwakilan keluarga, ayahnya (Damianus Mahulette) dan istri Ricko (Martasari) sudah menuju Jakarta guna memastikan statusnya.
Bila nantinya hasil penemuan dinyatakan meninggal dunia, keluarga akan merasa kehilangan meski tetap menerimanya sebab itu adalah musibah.
"Kami belum tahu bagaimana nanti. Mudah-mudahan masih ada harapan. Kalaupun hasilnya nanti begitu (meninggal), akan kembali dibicarakan keluarga bagaimana nantinya," katanya.
Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air tipe SJ-182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada tanggal 9 Januari 2021 pukul 14.40 WIB di Perairan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta.
Penumpang pesawat tersebut 50 orang dengan perincian 40 penumpang dewasa, tujuh anak-anak, dan tiga bayi, serta 12 orang terdiri atas enam kru aktif dan enam orang kru ekstra. Dengan demikian, totalnya ada 62 orang di dalam pesawat.
Kecelakaan pesawat di awal tahun ini menoreh duka yang dalam di hati keluarga korban. Atas peristiwa ini perlu diambil hikmah oleh pemangku kepentingan penerbangan.
Dokter yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Labuang Baji ini tetap menunggu kepastian hasil pencarian tim penyelamat dan berharap ada keajaiban.
"Kami masih menunggu informasi, Bapak (Damianus Mahulette) bersama istri Ricko (Martasari) tadi sudah berangkat ke Jakarta. Kami berharap ada keajaiban dari Tuhan," kata Magdalena, Minggu.
Rumah di kompleks Puri Kencana Asri, Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar Sulawesi Selatan yang ditempatinya mulai ramai dikunjungi kerabat dan rekan kuliah korban.
Karangan bunga pun mulai menghiasi di sekitar pekarangan rumahnya. Sesekali Mangdalena menarik napas panjang, terisak, saat menerima tamu yang datang untuk memberikan semangat.
Kepribadian Ricko, menurut dia, sangat baik dan manja. Bahkan, sering menganggu adiknya yang perempuan kini telah menjadi dokter di Rumah Sakit Pelamonia Makassar.
"Anak saya dua, Ricko anak pertama dan sudah bekerja di PLN Pontianak, adiknya perempuan dokter di RS Pelamonia. Selalu diganggu-ganggu adiknya kalau datang," kisahnya.
Ricko juga anak yang rajin, pintar, gigih serta tekun belajar. Ia tidak mau kuliah selain di Universitas Hasanuddin, Fakutas Teknik. Jurusan Teknik Sipil dan lulus pada tahun 2005.
Selanjutnya, melanjutkan pendidikan strata dua (S-2) di Institut Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat dengan jurusan yang sama. Selesai pada tahun 2008.
Usai menamatkan kuliah masternya, pendaftaran calon pegawai PT PLN terbuka, lalu dia mendaftar dan dinyatakan lolos seleksi PLN di Kalimantan Timur, hingga akhirnya ditempatkan di PLN Pontianak, Kalimantan Barat selama 8 tahun.
Sempat namanya bermasalah waktu lulus di PLN karena mengikutkan nama ayahnya, Ricko Mahulette. Memang sejak pindah di Makassar SD kelas dua sampai selesai sarjana namanya Ricko di ijazah, dan akhirnya nama Ricko saja dipakai.
Pindah Pesawat
Magdalena, wanita keturunan Maluku ini masih mengingat saat Ricko kini berusia 32 tahun memboyong anak dan istrinya dari Pontianak untuk ikut merayakan Natal 2020 dan Tahun Baru 2021 di Makassar.
Suasana ceria dan menyenangkan bersama cucu pertamanya, Gafi Borneo Mahulette (6), selama liburan masih berbekas di benaknya. Hingga akhirnya Ricko harus pulang terlebih dahulu ke Pontianak untuk menjalankan tugas.
Namun, nahas kabar duka itu datang setelah melihat dan mendengarkan informasi dari televisi, pesawat yang ditumpangi mengalami hilang kontak, kecelakaan di Perairan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (9-1-2021).
Dia sempat ambil cuti besar untuk liburan ke Makassar sekalian merayakan Natal, membawa istri dan anaknya.
"Sempat kasih kabar pesawat dia naiki Nam Air mau berangkat tetapi dipindahkan lagi ke Sriwijaya," tuturnya.
Terkait dengan pemindahan pesawat dari maskapai Nam Air ke Sriwijaya air SJ-182 disesalkan pula oleh sejumlah keluarga korban.
"Harusnya keluarga dan anak saya menggunakan maskapai Nam Air pada pukul 07.00 WIB. Akan tetapi, dipindahkan ke pesawat Sriwijaya Air pada pukul 14.00 WIB yang mengalami musibah," kata Iwan di Sungai Raya, Ahad.
Dalam musibah itu, dia kehilangan anak bungsunya, paman, bibi, serta keponakan yang harusnya menggunakan maskapai Nam Air.
Menurut dia, pihak maskapai Nam Air hingga kini belum memberikan alasan yang kuat terkait dengan pemindahan jadwal dan beda maskapai tersebut.
Magdalena, ibu Ricko Mahulette, mengisahkan kembali dengan menyampaikan informasi bahwa masa cuti kerja anaknya sudah selesai dan kembali aktif kerja pada hari Senin. Rencananya, istri dan anaknya, akan menyusul ke Pontianak pada hari Senin (11-1-2021).
"Sudah ada tiket pulang dibeli istrinya. Tapi Ricko memilih pulang terlebih dahulu ke Pontinak karena masuk kerja besok. Tidak ada tanda-tanda atau firasat apa pun tetapi ada sedikit rasa gelisah," ungkapnya.
Status di Media Sosial
Magdalena mengemukakan ada harapan besar Ricko tahun ini menginginkan bisa memiliki anak kembar, bahkan sudah diunggah di media sosial.
"Postingan terakhir di Facebooknya dengan tulisan besar 'Punya anak kembar' dengan foto sedang mengukur di lokasi kerjanya. Itu yang terakhir saya lihat," ucapnya bersedih sembari menunjukkan gambar dan status itu.
Kendati demikian, pihak keluarga masih berharap adanya keajaiban Tuhan. Namun, bila itu sudah menjadi surat takdir, pihaknya akan menerimanya secara lapang dada.
Selain itu, perwakilan keluarga, ayahnya (Damianus Mahulette) dan istri Ricko (Martasari) sudah menuju Jakarta guna memastikan statusnya.
Bila nantinya hasil penemuan dinyatakan meninggal dunia, keluarga akan merasa kehilangan meski tetap menerimanya sebab itu adalah musibah.
"Kami belum tahu bagaimana nanti. Mudah-mudahan masih ada harapan. Kalaupun hasilnya nanti begitu (meninggal), akan kembali dibicarakan keluarga bagaimana nantinya," katanya.
Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air tipe SJ-182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada tanggal 9 Januari 2021 pukul 14.40 WIB di Perairan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu, Jakarta.
Penumpang pesawat tersebut 50 orang dengan perincian 40 penumpang dewasa, tujuh anak-anak, dan tiga bayi, serta 12 orang terdiri atas enam kru aktif dan enam orang kru ekstra. Dengan demikian, totalnya ada 62 orang di dalam pesawat.
Kecelakaan pesawat di awal tahun ini menoreh duka yang dalam di hati keluarga korban. Atas peristiwa ini perlu diambil hikmah oleh pemangku kepentingan penerbangan.