Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus memperbarui teknologi guna mengantisipasi perubahan iklim global yang semakin kompleks dan dinamis.
“BMKG terus berupaya mengembangkan teknologi sistem peringatan dini cuaca dan iklim, pun dengan sistem observasi yang didukung dengan sistem informasi. Dengan begitu, masyarakat yang kerap terdampak perubahan iklim seperti nelayan dan petani dapat memantau dan cepat beradaptasi pula,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Senin.
Dwikorita mengatakan, pembaruan teknologi menjadi sangat penting agar dampak perubahan iklim yang begitu cepat bisa dimitigasi dengan baik. Selain itu, untuk menentukan langkah serta aksi yang diperlukan untuk beradaptasi dengan situasi tersebut.
“Meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi salah satu penyebab perubahan iklim global. Kita harus cepat memahami, beradaptasi, dan menyesuaikan diri dengan fenomena ini,” ujar dia.
Dwikorita mencontohkan, salah satu fenomena perubahan iklim yang dapat dirasakan adalah masih turunnya hujan di sejumlah wilayah di Indonesia meskipun pada bulan Juli, Indonesia tengah berada di musim kemarau.
Fenomena ini, kata dia, telah diprediksi BMKG sejak Maret 2021 lalu, dimana hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa kondisi curah hujan di atas normal terjadi hampir di sebagian besar wilayah Indonesia. Kondisi ini agak mirip dengan tahun lalu, ketika curah hujan bulanan di atas normal terjadi di banyak wilayah Indonesia.
Situasi dan kondisi tersebut, kata Dwikorita, akibat letak geografis Indonesia yang berada di antara dua benua dan samudra sehingga cuaca dan iklim dipengaruhi interaksi yang terjadi diantara keduanya. Gangguan gelombang atmosfer dan gerak semu matahari juga memberi pengaruh terhadap situasi tersebut.
“Bulan Juli yang umumnya ditandai dengan kondisi kering di wilayah Indonesia bagian selatan, seperti Jawa, Bali, NTB (Nusa Tenggara Barat) dan NTT (Nusa Tenggara Timur), ternyata pada saat yang bersamaan justru merupakan periode puncak hujan bagi sebagian wilayah yang lain, yang berpotensi menimbulkan bencana banjir,” ujar dia.
Jadi, saat masyarakat sedang waspada pada potensi bencana kebakaran hutan dan lahan akibat kemarau, di saat bersamaan, masyarakat juga perlu waspada terhadap potensi bencana banjir, kata Dwikorita.
Dwikorita mengatakan, inovasi teknologi yang dilakukan BMKG saat ini diarahkan untuk mampu menangkap indikasi fenomena-fenomena cuaca dan iklim di luar kondisi iklim yang normal. Dengan demikian, informasi-informasi yang dihadirkan BMKG dapat mengantisipasi dampak negatif akibat anomali cuaca dan iklim tersebut di berbagai sektor.
Berita Terkait
Sulawesi Selatan dan sejumlah provinsi berpotensi diguyur hujan sedang-lebat pada Jumat
Jumat, 3 Mei 2024 7:16 Wib
BMKG : Hujan petir berpotensi landa sebagian wilayah ibu kota provinsi pada Kamis
Kamis, 2 Mei 2024 6:46 Wib
BMKG : Hujan lebat berpotensi guyur 26 provinsi pada awal Mei
Rabu, 1 Mei 2024 7:38 Wib
BMKG imengimbau warga pakai masker waspadai abu vulkanik Gunung Ruang Sulut
Selasa, 30 April 2024 12:01 Wib
BMKG : Mayoritas kota besar Indonesia berawan hingga hujan pada Senin
Senin, 29 April 2024 7:06 Wib
BMKG peringatkan gelombang tinggi di sejumlah perairan Indonesia dua hari kedepan
Senin, 29 April 2024 6:51 Wib
BMKG: Deformasi batuan dalam jadi pemicu gempa tektonik di selatan Jawa Barat
Minggu, 28 April 2024 11:28 Wib
BMKG sebut mayoritas kota besar berpotensi turun hujan ringan hingga lebat
Minggu, 28 April 2024 6:49 Wib