Makassar (ANTARA) - Sekretaris Jenderal (Sesjen) Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Laksamana Madya TNI Dr Harjo Susmoro MTr Opsla (Magister Terapan Strategi Operasi Laut) memaparkan “Strategi Keamanan Nasional dalam Rangka Mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia” dalam kuliah umum secara daring dan luring terbatas di Unhas, Kamis.
Laksdya TNI Harjo Susmoro menjelaskan bangsa Indonesia adalah bangsa yang kuat sebagai negara dengan kepulauan terbesar di dunia.
Berdasarkan letak geografisnya, Indonesia berada di antara Benua Asia dan Australia serta di antara Samudera Hindia dan Pasifik. Sehingga wilayah Indonesia berada pada posisi silang yang memiliki arti penting dalam iklim dan perekonomian.
“Dari sembilan titik strategis di dunia, terdapat empat selat yang menjadi jalur transportasi dan perdagangan dunia yang berada pada wilayah kedaulatan Indonesia, yakni Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok, dan Selat Makassar,” jelasnya.
Ia mengatakan Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas dengan cakupan wilayah bagian daratan dan lautan. Letak posisi yang strategis ini berpengaruh pada berbagai hal, mulai dari kegiatan ekonomi, seperti jalur lintas perdagangan, kekayaan alam, seperti tanah yang subur, hingga keberagaman budaya.
Dalam materinya Laksdya TNI Harjo Susmoro menuturkan bahwa dalam catatan sejarah terekam bukti-bukti bahwa nenek moyang bangsa Indonesia telah menguasai lautan nusantara, bahkan mampu mengarungi samudera luas hingga ke pesisir Madagaskar dan Afrika Selatan.
"Kebesaran maritim Indonesia tercatat terjadi pada masa Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 sampai abad ke-13 Masehi yang pada saat itu pengendalian jalur perdagangan internasional melintasi selat Malaka dan di masa Kerajaan Majapahit di abad ke-13 hingga ke-15 Masehi yang menggunakan pasukan ekspedisi untuk menguasai wilayah lautan,” ujarnya.
Sementara itu, dalam upaya mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, pemerintah telah menetapkan lima pilar Indonesia, yakni membangun kembali budaya maritim, dan menjaga dan mengelola sumber daya laut.
Selanjutnya prioritas pada pembangunan infrastruktur dan konektivitas maritim, diplomasi maritim, dan kewajiban untuk membangun kekuatan maritim.
Setelah memberikan pemaparannya, kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab. Para peserta yang didominasi oleh jajaran pimpinan maupun sivitas akademika Unhas secara aktif memberikan saran dan masukan.