Jakarta (ANTARA) - PT Pupuk Indonesia (Persero) yang merupakan produsen pupuk, terus menjalankan Program Makmur (Mari Kita Majukan Usaha Rakyat) yang dicetuskan Menteri BUMN Erick Thohir.
"Program ini adalah sebuah ekosistem yang dapat dimanfaatkan petani dalam memenuhi kebutuhan pertaniannya, mulai dari pupuk dan bibit berkualitas, hingga kawalan lengkap berupa budi daya dan teknologi pertanian," kata SVP Komunikasi Korporat Pupuk Indonesia Wijaya Laksana dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Melalui program ini, kebutuhan pupuk petani dipenuhi oleh perusahaan dengan pupuk nonsubsidi yang juga melibatkan seluruh rantai pasok bidang pertanian.
Mulai dari akses permodalan, agro input seperti benih, pupuk, pestisida, fasilitas uji tanah, dan rekomendasi dosis, jaminan pembelian hasil panen, pendampingan pemerintah daerah, hingga proteksi gagal panen (asuransi).
Dalam ekosistem ini, Pupuk Indonesia memastikan ketersediaan pasokan pupuk nonsubsidi, sedangkan benih disiapkan oleh produsen benih yang berasal dari sejumlah perusahaan BUMN, swasta, hingga pemanfaatan benih lokal.
Selain pasokan pupuk dan benih berkualitas, Program Makmur juga memberikan layanan konsultasi agronomi dan rekomendasi dosis pemupukan berdasarkan hasil analisis uji tanah. Tak hanya itu, petani juga mendapat kawalan lainnya, seperti pengendalian hama.
Hingga Maret 2022, Pupuk Indonesia telah merealisasikan program Makmur pada lahan seluas 92.884 hektare dari target 250.000 hektare. Adapun jumlah petani yang sudah mendaftar sebesar 37.818 orang.
Berdasarkan catatan Pupuk Indonesia, Program Makmur berhasil meningkatkan produktivitas tanaman padi dari rata-rata 5,7 ton per hektare menjadi 7,7 ton per hektare atau naik 34,78 persen.
Dengan angka tersebut, peningkatan keuntungan petani padi meningkat dari Rp15,9 juta per hektare menjadi Rp25 juta per hektare atau naik 56,65 persen.
Sedangkan tanaman jagung produktivitas meningkat dari rata-rata 5,6 ton per hektare menjadi 7,7 ton per hektare atau naik 37,74 persen.
Keuntungan petani jagung Program Makmur meningkat dari rata-rata Rp14,6 juta per hektare menjadi Rp22,5 juta per hektare atau naik 54,16 persen.
"Tidak hanya padi, Program Makmur juga menyasar komoditas pertanian penting lainnya, seperti tebu rakyat, kopi rakyat, sawit rakyat, dan sebagainya," ujar Wijaya.