Jakarta (ANTARA) - Novak Djokovic kembali mengatur pertemuan dengan Carlos Alcaraz dalam putaran final, setelah mengalahkan Alexander Zverev di semifinal ATP Cincinnati Open, Sabtu waktu setempat.
Servis Djokovic sempat terganggu dengan pertunjukan kembang api di taman hiburan dekat stadion, tetapi berhasil mendapatkan kembali fokusnya dan menyelesaikan pertandingan.
"Saya memainkan permainan yang sangat buruk, tetapi saya bangkit kembali dan mengunci kemenangan di gim ke-12 set kedua," kata Djokovic, seperti disiarkan AFP, Minggu.
Petenis nomor dua dunia Djokovic mengalahkan lawannya asal Jerman itu 7-6(7/5), 7-5 untuk mengulang final Wimbledon yang epik bulan lalu, yang dimenangi oleh petenis nomor satu dunia Alcaraz.
"Saya bisa melakukan beberapa hal dengan lebih baik, tapi saya cukup senang menang dalam dua set langsung," ujarnya.
"Final dengan petenis nomor satu dan dua dunia saling berhadapan adalah yang saya kira diinginkan semua orang. Jadi, inilah kami," ujar petenis asal Serbia itu.
Sementara Alcaraz, yang berusia 20 tahun, menjadi finalis Cincinnati termuda setelah Pete Sampras yang berusia 19 tahun pada 1991, Djokovic bisa saja menjadi juara Cincinnati tertua di Era Open.
Petenis berusia 36 tahun itu bisa mencatat sejarah baru tersebut melampaui Ken Rosewall yang berusia 35 tahun saat menang pada 1970.
Juara Australian Open dan French Open tahun ini, Djokovic, bermain di Amerika Serikat untuk pertama kalinya dalam dua tahun. Ia ditolak masuk AS setelah menolak untuk divaksinasi COVID-19.
Ia akan mengejar gelar Cincinnati ketiga untuk melengkapi trofi yang dimenangi pada 2018 dan 2020, sekaligus mencari mahkota Masters 1000 ke-39 untuk memperpanjang rekor.