Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS menjelang akhir pekan dibuka menguat seiring investor mencermati dan mencerna hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang diadakan pada 16-17 Januari 2024.
Di awal perdagangan Jumat, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta dibuka naik tipis empat poin atau 0,02 persen menjadi Rp15.620 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.624 per dolar AS.
"Dalam rapat BI Januari 2024, Bl menekankan pentingnya menjaga stabilitas rupiah," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.
Akibatnya, banyak investor memperkirakan Bl akan mempertahankan BI-Rate lebih lama, yang pada gilirannya akan menjaga perbedaan suku bunga. Ekspektasi tersebut mendukung pembukaan rupiah yang lebih kuat pada sesi awal perdagangan.
Saat ini, suku bunga acuan BI atau BI-Rate masih dipertahankan di level 6 persen. Suku bunga deposit facility ditahan tetap di posisi 5,25 persen, dan suku bunga lending facility juga tetap sebesar 6,75 persen.
Josua memproyeksikan nilai tukar rupiah akan berkisar Rp15.600 per dolar AS hingga Rp15.700 per dolar AS.
Sementara itu, obligasi Pemerintah Indonesia diperdagangkan beragam meskipun rupiah menguat pada Kamis (18/1/2024), di tengah kenaikan imbal hasil obligasi Pemerintah Amerika Serikat.
Volume perdagangan obligasi Pemerintah Indonesia membukukan Rp17,93 triliun, lebih tinggi dibandingkan volume perdagangan hari sebelumnya sebesar Rp14,47 triliun.
Sementara, sentimen global datang dari indikator ekonomi AS yang mencatat angka yang lebih baik dari perkiraan.
US Housing Starts pada Desember 2023 membukukan 1,46 juta unit, lebih rendah dari periode sebelumnya sebesar 1,53 juta unit, namun masih tercatat lebih baik dari perkiraan sebesar 1,43 juta unit.
US Building Permits Desember 2023 naik menjadi 1,50 juta unit, lebih tinggi dari perkiraan 1,48 juta. Data tersebut menunjukkan bahwa sektor konstruksi AS tetap solid pada Desember 2023.
Klaim Pengangguran Awal AS pada 13 Januari 2024 turun menjadi 187 ribu dari 205 ribu, menandakan masih ketatnya pasar tenaga kerja di AS.
Sentimen dari indikator perekonomian AS mendorong imbal hasil Pemerintah AS tenor 10 tahun naik menjadi 4,14 persen.