Majene (Antara Sulbar) - Karakter bangsa sangat penting bagi kehidupan keseharian, malah dapat diibaratkan karakter itu laksana kemudi pada dinamika berbangsa dan bernegara. Proses pewarisan karakter bangsa belum maksimal dilaksanakan, akibatnya hasil yang ingin dicapai juga belum optimal dirasakan dalam kondisi kekinian.
Demikian pokok pikiran Guru Besar Sosiologi Antropologi Universitas Negeri Makassar, Prof.Dr.Andi Agustang, M.Si dalam seminar nasional digelar Pemerintah Provinsi Sulbar, Selasa 25 Maret di Gedung LPMP Kabupaten Majene.
Seminar yang dibuka Gubernur Sulbar diwakili Kadis Pendidikan, Dr.H.Djamil Barambangin, M.Pd ini juga menampilkan nara sumber Guru Besar Sosiologi Pedesaan Universitas Hasanuddin, Prof.Dr.Ir.Darmawan Salman, M.Si.
Seminar sehari bertemakan, Meningkatkan Kemampuan Profesional Tenaga Pendidik dalam Rangka Mewujudkan Pelayanan Pendidikan Berkualitas dan Berdaya Saing. Peserta seminar berjumlah lima ratusan orang berasal dari para kepala sekolah TK,SD,SLTP dan SLTA serta para guru-guru lainnya.
Fenomena keseharian tandas Ketua Prodi S3 Sosiologi PPs-UNM ini, menunjukkan perilaku masyarakat belum sejalan dengan karakter bangsa yang dijiwai oleh falsafah Pancasila.
Nilai karakter bangsa itu, mencakup di antaranya; pembiasaan akhlak mulia; MOS, OSIS, Tatakrama dan Tata Tertib Kehidupan Sosial Sekolah, Kepramukaan, Upacara Bendera, Pendidikan Pendahuluan Bela Negara, Pendidikan Berwawasan Kebangsaan, UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), PMR (Palang Merah Remaja) serta Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba.
Nilai-nilai karakter bangsa yang perlu diwariskan kepada generasi muda termasuk di antaranya; kemandirian; kemitraan/kerjasama; partisipasi; transparansi; akuntabilitas, perilaku jujur, cerdas dan bertanggungjawab, peduli dan kreatif dalam berbagai konteks secara konsisten, ungkap Ketua Dewan Redaksi Jurnal Ilmiah Dialektika Kontemporer diterbitkan PPs UNM ini.
Pada akhir pemaparan pokok pikirannya, Profesor pertama dari alumni SMA Negeri Mare Bone ini mengungkapkan semacam falsafah dalam pendidikan karakter menggunakan bahasa Mandar berbunyi, Pa’issangan ma’bati di pau, pau mabbati dikedo, anna kedo ma’bati’ di inggannana panggauang, artinya dalama bahasa Indoensia kurang lebih, “Ilmu Pengetahuan terpancar pada perkataan, perkataan terpancar pada perbuatan, perbuatan terpancar pada prilakuâ€, tegas Guru Besar Luar Biasa FKM UVRI Makassar ini.
Berita Terkait
Sosiolog: fenomena begal dampak kesenjangan sosial
Jumat, 18 Maret 2016 5:33 Wib
Pengamat: Orang Terdidik Kerap Rusak Citra Pendidikan
Rabu, 30 April 2014 15:50 Wib
Pakar: Kemiskinan, Napza, Hiv/aids Jadi "lingkaran Setan"
Sabtu, 29 Maret 2014 14:23 Wib
Tiga Kabupaten di Sulsel Bentuk Perda Napza
Minggu, 9 Maret 2014 18:35 Wib
Sulsel Dikepung Ancaman Napza Dan HIV/AIDS
Rabu, 5 Maret 2014 13:12 Wib
Pakar : Paket Jokowi-SYL Layak Pimpin Indonesia
Minggu, 9 Februari 2014 20:50 Wib
Jurnal Dialektika Memuat Artikel Silariang
Jumat, 10 Januari 2014 14:16 Wib
Pakar: Strukturan Dan Kultural Pemicu Ketimpangan Sosial
Kamis, 9 Januari 2014 16:12 Wib