Tarian terakhir Cristiano Ronaldo di Piala Eropa 2024
Jakarta (ANTARA) - Euro atau Piala Eropa 2024 di Jerman akan menjadi panggung terakhir Toni Kroos di kubu tuan rumah yang memutuskan pensiun.
Kroos yang baru saja menjuarai Liga Champions untuk keenam kalinya setelah membawa Real Madrid menang 2-0 dari Borussia Dortmund di partai final, akan mencari kepingan trofi Piala Eropa untuk melengkapi medali kejuaraan di lemarinya yang sudah banyak ia kumpulkan.
Selain Kroos, Piala Eropa juga sepertinya akan menjadi tarian terakhir mega bintang Portugal Cristiano Ronaldo yang kini sudah memasuki usia 39 tahun di pergelaran empat tahunan paling bergengsi di benua biru itu.
Ronaldo telah kehilangan trofi yang ia dambakan ketika ia hanya menyaksikan rivalnya Lionel Messi mengangkat trofi Piala Dunia 2022 Qatar bersama Argentina. Dan di Piala Eropa, pemilik lima Ballon d’Or tampaknya tak ingin menutup karier sepak bola indahnya dengan tanpa trofi bergengsi seperti Piala Eropa.
Apalagi, selepas kepergian Fernando Santos dari kursi pelatih Portugal, kini Os Navegadores sedang dalam kepercayaan diri tinggi seusai ditangani Roberto Martinez.
Martinez boleh gagal meramu generasi emas timnas Belgia di Piala Eropa 2016 dan Piala Dunia 2018. Namun, pelatih asal Spanyol itu tampaknya belajar dari pengalaman untuk tak mengulangi kesalahan yang sama ketika menukangi Portugal yang juga dihuni pemain-pemain bintang.
Martinez ditunjuk sebagai pelatih Portugal setelah negara yang memiliki ibu kota Lisbon itu tampil buruk di Piala Dunia 2022, setelah dihentikan Maroko pada perempat final dengan skor 0-1 yang membuat Ronaldo menangisi akhir kariernya yang diambang tanpa trofi Piala Dunia.
Pada 9 Januari 2023, Martinez ditunjuk sebagai pelatih Portugal dan sejak itu, tangan dingin pelatih 50 tahun itu membawa Portugal memenangi 13 laga dan hanya dua kalah dari 15 laga, dengan mencetak 49 gol dan hanya kemasukan 10 gol, dengan formasi andalan menggunakan formasi empat bek dalam pakem 4-3-3 yang juga bisa berubah 4-5-1 ketika bermain.
Catatan ini juga termasuk laju tak terkalahkan Portugal di babak kualifikasi Piala Eropa dengan menyapu bersih 10 laga, mencetak 36 gol dan hanya kebobolan dua gol.
Tak hanya kemenangan, hadirnya Martinez juga membuat Portugal bermain sebagai sebuah “tim” yang dimana hal ini jauh tidak terlihat dari apa yang ditampilkan saat masih diarsiteki Santos karena hanya berkutat mengandalkan skill individu para pemainnya dan minim kreativitas.
Dengan sumur pemain yang sangat dalam, Martinez membawa bakat-bakat terbaik Portugal dari segala umur. Ia mengatakan perpaduan usia ini akan membentuk tim Portugal sebagai tim yang sempurna.
Dari pemain-pemain muda, Martinez memanggil bomber Paris Saint-Germain Goncalo Ramos (22), bek Sporting Goncalo Inacio (22), winger Porto Francisco Conceicao (21), dan duo Benfica Joao Neves (19) dan Antonio Silva (20).
Darah-darah muda ini akan dikombinasikan bersama pemain-pemain yang sudah matang seperti gelandang kreatif Manchester Hnited Bruno Fernandes (29), striker haus gol Liverpool Diogo Jota (27), hingga duo Manchester City Ruben Dias (27) dan Bernardo Silva (29).
Sebagai pembimbing dan penjaga suasana ruang ganti, Martinez membawa tiga pemain berpengalaman Portugal yang menjadi pilar penting di Piala Eropa 2016 di Prancis, yaitu Rui Patricio (36), Pepe (41), dan Ronaldo (39).
Dengan Ronaldo yang akan menampilkan tarian terakhirnya, faktor pelatih Martinez yang sudah nyetel, dan pemain-pemain bintang dari segala usia, tampaknya trofi Piala Eropa 2024 bukan tidak mungkin berada di tangan Portugal.
Dan jika benar, tampakmya mereka tidak akan meraihnya dengan aroma keberuntungan seperti di Piala Eropa 2016, ketika mereka lolos ke fase gugur dengan menjadi salah satu peringkat tiga terbaik setelah hanya meraih tiga poin di bawah Hungaria dan Islandia.
Halaman berikut:adu kekuatan Republik Ceko dan Turki
Adu kekuatan Republik Ceko dan Turki
Satu tempat juara grup tampaknya sudah ditempati Portugal. Oleh karena itu runner-up sepertinya akan direbutkan dua negara yang cukup berpengalaman di Piala Eropa yaitu Republik Ceko dan Turki.
Ceko dengan pelatih Ivan Hasek, lolos ke putaran final Piala Eropa 2024 setelah mereka menduduki runner-up babak kualifikasi, di bawah Albania dengan koleksi poin yang sama.
Piala Eropa 2024 merupakan keikutsertaan kesebelas Ceko, dengan 20 tahun lalu mereka pernah membuat kejutan dengan lolos ke semifinal.
Dengan Milan Baros dan Jan Koller di lini serang, Ceko melaju ke semifinal sebelum disingkirkan juara saat itu yaitu Yunani.
Namun, empat edisi setelahnya, Ceko tak mampu mengulangi capaian edisi 2004 karena hanya mampu mencapai babak perempat final yang terakhir kali diraih pada edisi tahun 2021.
Di pergelaran paling bergengsi di Eropa tahun ini, Ceko ditopang tiga penggawa penting Bayer Leverkusen yang meraih double winners tak terkalahkan kompetisi domestik musim ini.
Tiga nama itu adalah penjaga gawang yang tampil 17 kali Matej Kovar, pencetak 13 gol dan tiga asia Patrick Schick, dan pencetak tujuh gol dan lima asis Adam Hlozek.
Di bawah asuhan Hasek, negara berjuluk Narodni tym (tim nasional) ini memainkan formasi tiga bek yang mana formasi ini sangat menguntungkan bagi Schick dan Hlozek yang sudah akrab memainkannya di Leverkusen.
Sama halnya dengan Ceko, Turki juga sama-sama berbahaya. Pelatih Vincenzo Montella banyak memanggil bakat-bakat muda terbaik di bawah usia 20 tahun dari negaranya seperti Semih Kilicsoy, Kenan Yildiz, dan Arda Guler yang akan diramunya dalam formasi 4-2-3-1.
Kilicsoy bersama Besiktas menjadi salah satu pemain muda terbaik di Liga Turki dimana dalam musim ini ia menyarangkan 12 gol dan tiga asis.
Bersama Juventus, Yildiz juga kerap bermain dengan membuat empat gol dan satu asis. Sementara Guler, pemain 19 tahun itu menyarangkan enam gol dari 12 penampilannya bersama Real Madrid untuk menggondol gelar Liga Spanyol dan Liga Champions.
Ketiga bakat muda terbaik Turki itu akan dibimbing oleh maestro lini tengah yang kini semakin mahir memainkan peran regista di Inter Milan, yaitu Hakan Calhanoglu.
Hakan sempat diragukan mengisi posisi yang khatam diemban Marcelo Brozovic itu. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mampu menunjukkan kelasnya dengan kini menjadi paket lengkap sebagai regista yang bisa memutus serangan, mengalirkan bola dengan baik melalui umpan presisinya, pandai mengambil tendangan bola mati, hingga lihai mencetak gol.
Total 15 gol dan tiga asis musim ini menjadi bukti kematangan Calhanoglu di Inter yang musim ini akhirnya ia merasakan Scudetto, sesuatu yang sebelumnya belum ia rasakan dan terus menghantuinya karena klub yang ditinggalkannya pada musim 2021/2022 yaitu rival sekota AC Milan mengangkat trofi Liga Italia pada musim yang sama.
Sejak itu, ia sempat dicap “pengkhianat” oleh Milanisti sebelum akhirnya pada musim ini ia membuktikan kepindahannya ke warna biru hitam adalah jalan yang tepat.
Momen ini semakin mendewasakan Calhanoglu sebagai seorang pesepak bola. Dan hal ini tentu akan sangat berguna bagi negara berjuluk Ay-Yildizlilar (bintang bulan sabit) ini di pergelaran Piala Eropa 2024 untuk melangkah lebih jauh, setidaknya untuk lolos dari fase grup terlebih dahulu.
Celakanya, Ceko dan Turki akan saling bersua pada laga terakhir penyisihan grup tepatnya pada Kamis (27/6) pukul 02.00 WIB di Volksparkstadion, Hamburg, sehingga tensi laga ini diprediksi akan berlangsung sengit karena memperebutkan tiket lolos dari fase grup.
Laga hidup mati akan tersaji dan siapa yang dinaunhi keberuntungan akan melaju ke babak selanjutnya, entah sebagai runner-up grup atau menjadi salah satu tim dari empat peringkat tiga terbaik.
Halaman berikut: Menanti kejutan Georgia
Menanti kejutan Georgia
Georgia menjadi satu-satunya tim debutan di Piala Eropa 2024 setelah melalui perjuangan babak play-off menyingkirkan juara edisi 2004 Yunani.
Di Piala Eropa 2024, Georgia berada di Grup F, bersama juara edisi 2016 Portugal, Republik Ceko, dan Turki. Georgia merupakan negara peringkat dunia terendah di Grup F yaitu peringkat 75 dunia, di bawah Turki di peringkat 40 dunia, di bawah Republik Ceko di peringkat 36 dunia, dan Portugal di peringkat enam dunia.
Di atas kertas, grup itu merupakan grup sulit bagi Georgia yang diasuh legenda Bayern Muenchen Willy Sagnol. Namun, sepak bola bukanlah matematika yang bisa ditebak karena selalu menyajikan kejutan indah di dalamnya.
Di bawah asuhan pelatih Willy Sagnol, Georgia memainkan formasi tergantung level permainan lawannya. Apabila lawan adalah negara besar, Georgia memainkan formasi 5-3-2 dan apabila lawan memilik kekuatan setara, mereka akan memainkan formasi 3-5-2.
Bintang SSC Napoli Khvicha Kvaratskhelia akan menjadi andalan negara berjuluk Tentara Salib itu. Bersama I Partepopei musim ini, Kvaratskhelia masih produktif dengan 11 gol dan sembilan asis.
Catatan winger 23 tahun itu sedikit menurun dari musim sebelumnya saat ia membawa Napoli merengkuh Scudetto yang saat itu ia menyarangkan 14 gol dan 17 asis.
Georgia akan akan membuka petualangannya di Piala Eropa menghadapi Turki pada Selasa (18/6) pukul 23.00 WIB di Signal Iduna Park, Dortmund.
Empat hari kemudian mereka akan melawan Republik Ceko pada Sabtu (22/6) pukul 20.00 WIB di Volksparkstadion, Hamburg sebelum kemudian lima hari setelahnya akan melawan negara yang bertabur bintang Portugal pada Kamis (27/6) pukul 02.00 WIB di Volksparkstadion.
Berbicara soal kejutan, Islandia dan Wales pernah mengguncang dunia pada Piala Eropa 2016 di Prancis. Islandia yang saat itu dipimpin Gylfi Sigurdsson menjadi runner-up grup, di bawah Hungaria dan di atas Portugal yang akhirnya keluar sebagai juara.
Strakarnir okkar (anak laki-laki kami dalam bahasa Islandia) menaklukkan The Three Lions Inggris di babak 16 besar dengan skor 2-1 sebelum laju mengesankan mereka dihentikan tuan rumah Prancis dengan skor 2-5 di perempat final.
Laju Wales lebih mengesankan lagi karena mencapai semifinal. Dipimpin oleh Gareth Bale, mereka menjadi juara grup dan mengalahkan Irlandia Utara dengan skor 1-0 di babak 16 besar.
Di perempat final, mereka menghentiman laju Belgia yang sedang memasuki generasi emasnya dengan skor 3-1, dengan gol Hal Robson-Kanu yang mendunia. Namun, laju impresif Wales terhenti oleh Portugal di semifinal dengan skor 0-2 melalui gol Cristiano Ronaldo dan Nani.
Kini tinggal menghitung hari apa kejutan yang akan diberikan negara bekas republik di Uni Soviet ini di Piala Eropa 2024.
Entah akan bernasib seperti Islandia dan Wales di Piala Eropa 2016 atau malah bernasib seperti Finlandia dan Makedonia Utara yang gagal di Piala Eropa 2020 karena tak mampu lolos dari fase grup.
Kroos yang baru saja menjuarai Liga Champions untuk keenam kalinya setelah membawa Real Madrid menang 2-0 dari Borussia Dortmund di partai final, akan mencari kepingan trofi Piala Eropa untuk melengkapi medali kejuaraan di lemarinya yang sudah banyak ia kumpulkan.
Selain Kroos, Piala Eropa juga sepertinya akan menjadi tarian terakhir mega bintang Portugal Cristiano Ronaldo yang kini sudah memasuki usia 39 tahun di pergelaran empat tahunan paling bergengsi di benua biru itu.
Ronaldo telah kehilangan trofi yang ia dambakan ketika ia hanya menyaksikan rivalnya Lionel Messi mengangkat trofi Piala Dunia 2022 Qatar bersama Argentina. Dan di Piala Eropa, pemilik lima Ballon d’Or tampaknya tak ingin menutup karier sepak bola indahnya dengan tanpa trofi bergengsi seperti Piala Eropa.
Apalagi, selepas kepergian Fernando Santos dari kursi pelatih Portugal, kini Os Navegadores sedang dalam kepercayaan diri tinggi seusai ditangani Roberto Martinez.
Martinez boleh gagal meramu generasi emas timnas Belgia di Piala Eropa 2016 dan Piala Dunia 2018. Namun, pelatih asal Spanyol itu tampaknya belajar dari pengalaman untuk tak mengulangi kesalahan yang sama ketika menukangi Portugal yang juga dihuni pemain-pemain bintang.
Martinez ditunjuk sebagai pelatih Portugal setelah negara yang memiliki ibu kota Lisbon itu tampil buruk di Piala Dunia 2022, setelah dihentikan Maroko pada perempat final dengan skor 0-1 yang membuat Ronaldo menangisi akhir kariernya yang diambang tanpa trofi Piala Dunia.
Pada 9 Januari 2023, Martinez ditunjuk sebagai pelatih Portugal dan sejak itu, tangan dingin pelatih 50 tahun itu membawa Portugal memenangi 13 laga dan hanya dua kalah dari 15 laga, dengan mencetak 49 gol dan hanya kemasukan 10 gol, dengan formasi andalan menggunakan formasi empat bek dalam pakem 4-3-3 yang juga bisa berubah 4-5-1 ketika bermain.
Catatan ini juga termasuk laju tak terkalahkan Portugal di babak kualifikasi Piala Eropa dengan menyapu bersih 10 laga, mencetak 36 gol dan hanya kebobolan dua gol.
Tak hanya kemenangan, hadirnya Martinez juga membuat Portugal bermain sebagai sebuah “tim” yang dimana hal ini jauh tidak terlihat dari apa yang ditampilkan saat masih diarsiteki Santos karena hanya berkutat mengandalkan skill individu para pemainnya dan minim kreativitas.
Dengan sumur pemain yang sangat dalam, Martinez membawa bakat-bakat terbaik Portugal dari segala umur. Ia mengatakan perpaduan usia ini akan membentuk tim Portugal sebagai tim yang sempurna.
Dari pemain-pemain muda, Martinez memanggil bomber Paris Saint-Germain Goncalo Ramos (22), bek Sporting Goncalo Inacio (22), winger Porto Francisco Conceicao (21), dan duo Benfica Joao Neves (19) dan Antonio Silva (20).
Darah-darah muda ini akan dikombinasikan bersama pemain-pemain yang sudah matang seperti gelandang kreatif Manchester Hnited Bruno Fernandes (29), striker haus gol Liverpool Diogo Jota (27), hingga duo Manchester City Ruben Dias (27) dan Bernardo Silva (29).
Sebagai pembimbing dan penjaga suasana ruang ganti, Martinez membawa tiga pemain berpengalaman Portugal yang menjadi pilar penting di Piala Eropa 2016 di Prancis, yaitu Rui Patricio (36), Pepe (41), dan Ronaldo (39).
Dengan Ronaldo yang akan menampilkan tarian terakhirnya, faktor pelatih Martinez yang sudah nyetel, dan pemain-pemain bintang dari segala usia, tampaknya trofi Piala Eropa 2024 bukan tidak mungkin berada di tangan Portugal.
Dan jika benar, tampakmya mereka tidak akan meraihnya dengan aroma keberuntungan seperti di Piala Eropa 2016, ketika mereka lolos ke fase gugur dengan menjadi salah satu peringkat tiga terbaik setelah hanya meraih tiga poin di bawah Hungaria dan Islandia.
Halaman berikut:adu kekuatan Republik Ceko dan Turki
Adu kekuatan Republik Ceko dan Turki
Satu tempat juara grup tampaknya sudah ditempati Portugal. Oleh karena itu runner-up sepertinya akan direbutkan dua negara yang cukup berpengalaman di Piala Eropa yaitu Republik Ceko dan Turki.
Ceko dengan pelatih Ivan Hasek, lolos ke putaran final Piala Eropa 2024 setelah mereka menduduki runner-up babak kualifikasi, di bawah Albania dengan koleksi poin yang sama.
Piala Eropa 2024 merupakan keikutsertaan kesebelas Ceko, dengan 20 tahun lalu mereka pernah membuat kejutan dengan lolos ke semifinal.
Dengan Milan Baros dan Jan Koller di lini serang, Ceko melaju ke semifinal sebelum disingkirkan juara saat itu yaitu Yunani.
Namun, empat edisi setelahnya, Ceko tak mampu mengulangi capaian edisi 2004 karena hanya mampu mencapai babak perempat final yang terakhir kali diraih pada edisi tahun 2021.
Di pergelaran paling bergengsi di Eropa tahun ini, Ceko ditopang tiga penggawa penting Bayer Leverkusen yang meraih double winners tak terkalahkan kompetisi domestik musim ini.
Tiga nama itu adalah penjaga gawang yang tampil 17 kali Matej Kovar, pencetak 13 gol dan tiga asia Patrick Schick, dan pencetak tujuh gol dan lima asis Adam Hlozek.
Di bawah asuhan Hasek, negara berjuluk Narodni tym (tim nasional) ini memainkan formasi tiga bek yang mana formasi ini sangat menguntungkan bagi Schick dan Hlozek yang sudah akrab memainkannya di Leverkusen.
Sama halnya dengan Ceko, Turki juga sama-sama berbahaya. Pelatih Vincenzo Montella banyak memanggil bakat-bakat muda terbaik di bawah usia 20 tahun dari negaranya seperti Semih Kilicsoy, Kenan Yildiz, dan Arda Guler yang akan diramunya dalam formasi 4-2-3-1.
Kilicsoy bersama Besiktas menjadi salah satu pemain muda terbaik di Liga Turki dimana dalam musim ini ia menyarangkan 12 gol dan tiga asis.
Bersama Juventus, Yildiz juga kerap bermain dengan membuat empat gol dan satu asis. Sementara Guler, pemain 19 tahun itu menyarangkan enam gol dari 12 penampilannya bersama Real Madrid untuk menggondol gelar Liga Spanyol dan Liga Champions.
Ketiga bakat muda terbaik Turki itu akan dibimbing oleh maestro lini tengah yang kini semakin mahir memainkan peran regista di Inter Milan, yaitu Hakan Calhanoglu.
Hakan sempat diragukan mengisi posisi yang khatam diemban Marcelo Brozovic itu. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mampu menunjukkan kelasnya dengan kini menjadi paket lengkap sebagai regista yang bisa memutus serangan, mengalirkan bola dengan baik melalui umpan presisinya, pandai mengambil tendangan bola mati, hingga lihai mencetak gol.
Total 15 gol dan tiga asis musim ini menjadi bukti kematangan Calhanoglu di Inter yang musim ini akhirnya ia merasakan Scudetto, sesuatu yang sebelumnya belum ia rasakan dan terus menghantuinya karena klub yang ditinggalkannya pada musim 2021/2022 yaitu rival sekota AC Milan mengangkat trofi Liga Italia pada musim yang sama.
Sejak itu, ia sempat dicap “pengkhianat” oleh Milanisti sebelum akhirnya pada musim ini ia membuktikan kepindahannya ke warna biru hitam adalah jalan yang tepat.
Momen ini semakin mendewasakan Calhanoglu sebagai seorang pesepak bola. Dan hal ini tentu akan sangat berguna bagi negara berjuluk Ay-Yildizlilar (bintang bulan sabit) ini di pergelaran Piala Eropa 2024 untuk melangkah lebih jauh, setidaknya untuk lolos dari fase grup terlebih dahulu.
Celakanya, Ceko dan Turki akan saling bersua pada laga terakhir penyisihan grup tepatnya pada Kamis (27/6) pukul 02.00 WIB di Volksparkstadion, Hamburg, sehingga tensi laga ini diprediksi akan berlangsung sengit karena memperebutkan tiket lolos dari fase grup.
Laga hidup mati akan tersaji dan siapa yang dinaunhi keberuntungan akan melaju ke babak selanjutnya, entah sebagai runner-up grup atau menjadi salah satu tim dari empat peringkat tiga terbaik.
Halaman berikut: Menanti kejutan Georgia
Menanti kejutan Georgia
Georgia menjadi satu-satunya tim debutan di Piala Eropa 2024 setelah melalui perjuangan babak play-off menyingkirkan juara edisi 2004 Yunani.
Di Piala Eropa 2024, Georgia berada di Grup F, bersama juara edisi 2016 Portugal, Republik Ceko, dan Turki. Georgia merupakan negara peringkat dunia terendah di Grup F yaitu peringkat 75 dunia, di bawah Turki di peringkat 40 dunia, di bawah Republik Ceko di peringkat 36 dunia, dan Portugal di peringkat enam dunia.
Di atas kertas, grup itu merupakan grup sulit bagi Georgia yang diasuh legenda Bayern Muenchen Willy Sagnol. Namun, sepak bola bukanlah matematika yang bisa ditebak karena selalu menyajikan kejutan indah di dalamnya.
Di bawah asuhan pelatih Willy Sagnol, Georgia memainkan formasi tergantung level permainan lawannya. Apabila lawan adalah negara besar, Georgia memainkan formasi 5-3-2 dan apabila lawan memilik kekuatan setara, mereka akan memainkan formasi 3-5-2.
Bintang SSC Napoli Khvicha Kvaratskhelia akan menjadi andalan negara berjuluk Tentara Salib itu. Bersama I Partepopei musim ini, Kvaratskhelia masih produktif dengan 11 gol dan sembilan asis.
Catatan winger 23 tahun itu sedikit menurun dari musim sebelumnya saat ia membawa Napoli merengkuh Scudetto yang saat itu ia menyarangkan 14 gol dan 17 asis.
Georgia akan akan membuka petualangannya di Piala Eropa menghadapi Turki pada Selasa (18/6) pukul 23.00 WIB di Signal Iduna Park, Dortmund.
Empat hari kemudian mereka akan melawan Republik Ceko pada Sabtu (22/6) pukul 20.00 WIB di Volksparkstadion, Hamburg sebelum kemudian lima hari setelahnya akan melawan negara yang bertabur bintang Portugal pada Kamis (27/6) pukul 02.00 WIB di Volksparkstadion.
Berbicara soal kejutan, Islandia dan Wales pernah mengguncang dunia pada Piala Eropa 2016 di Prancis. Islandia yang saat itu dipimpin Gylfi Sigurdsson menjadi runner-up grup, di bawah Hungaria dan di atas Portugal yang akhirnya keluar sebagai juara.
Strakarnir okkar (anak laki-laki kami dalam bahasa Islandia) menaklukkan The Three Lions Inggris di babak 16 besar dengan skor 2-1 sebelum laju mengesankan mereka dihentikan tuan rumah Prancis dengan skor 2-5 di perempat final.
Laju Wales lebih mengesankan lagi karena mencapai semifinal. Dipimpin oleh Gareth Bale, mereka menjadi juara grup dan mengalahkan Irlandia Utara dengan skor 1-0 di babak 16 besar.
Di perempat final, mereka menghentiman laju Belgia yang sedang memasuki generasi emasnya dengan skor 3-1, dengan gol Hal Robson-Kanu yang mendunia. Namun, laju impresif Wales terhenti oleh Portugal di semifinal dengan skor 0-2 melalui gol Cristiano Ronaldo dan Nani.
Kini tinggal menghitung hari apa kejutan yang akan diberikan negara bekas republik di Uni Soviet ini di Piala Eropa 2024.
Entah akan bernasib seperti Islandia dan Wales di Piala Eropa 2016 atau malah bernasib seperti Finlandia dan Makedonia Utara yang gagal di Piala Eropa 2020 karena tak mampu lolos dari fase grup.