Makassar (ANTARA) - Ketua Tanfidziyah PC Nahdatul Ulama Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) Ustadz Muhammad Yusuf mengatakan berkurban pada hakikatnya membuang sifat kebinatangan dalam diri manusia yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
"Karena itu kurban selain mengandung ibadah sosial, juga untuk mendekatkan diri pada Allah SWT," kata dia di Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (16/6).
Dia mengatakan sebagai ibadah sosial maka daging hewan kurban selain yang berkurban mendapatkan, maka sebagian lainnya untuk sedekah pada tetangga, keluarga, atau kerabat.
Menurut Pimpinan Yayasan Pondok Pesantren Al Jamiyatu Nur Izzah Kulo Sidrap ini, ibadah tersebut penting untuk membantu umat Muslim dan juga sebagai dirindukan Allah SWT.
Bahkan, katanya, salah satu ibadah yang cepat diterima Allah, yakni kurban, karena sebelum darah menetes dan jatuh ke tanah saat menyembelih hewan kurban, pahala sudah sampai kepada mereka yang berkurban atau yang ditujukan sesuai niat.
Pada hari kemudian, ujar dia, binatang dikurbankan akan datang ke yang berkurban dalam kondisi tubuh sempurna.
"Karena itu saat akan berkurban, tidak dianjurkan memotong kuku dan bercukur, karena tubuh kita akan menyaksikan kurbannya, kedua dosa-dosa kita akan terhapuskan," katanya.
Secara hakikatnya, kata Muhammad Yusuf, kurban membuang sifat kebinatangan dalam diri manusia.
Berkurban, katanya, tidak mutlak harus mereka yang kaya dan mampu, karena orang miskin sekalipun jika mempersiapkan diri misalnya dengan menabung maka dapat berkurban.
Sebaliknya, katanya, meskipun orang mampu, namun tidak mempersiapkan diri jauh-jauh hari sebelumnya, maka saat Hari Raya Idul Adha hingga hari tasyrik ke-3 tidak tergerak hatinya untuk berkurban.
"Padahal perlu diketahui bahwa Nabi Muhammad sangat benci pada orang yang mampu namun tidak berkurban, bahkan diminta untuk tidak mendekati masjid," ujarnya..