Makassar (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan memperkuat sinergi dengan berbagai pihak dalam mengendalikan laju inflasi khususnya menghadapi akhir tahun 2024.
Sekretaris Provinsi Sulsel Jufri Rahman dalam keterangannya di Makassar, Rabu, mengatakan Pemprov Sulsel atas arahan Pj Gubernur Sulsel Zudan Arif Fakrulloh menjalankan dan mengimplementasikan apa yang seharusnya dilakukan sebagai pemerintah sehingga inflasi bisa tetap terkendali dengan baik.
Olehnya itu, lanjut Jufri Rahman, ia meminta seluruh pihak berkepentingan untuk siap bersinergi dan mengikuti apa yang menjadi mapping dari BPS.
“Ke depan ini akhir tahun November-Desember itu akan terjadi eskalasi aktivitas masyarakat karena Natal dan tahun baru. Telur, beras dan transportasi adalah hal yang akan mempengaruhi inflasi, kami siap berkolaborasi mengendalikan hal ini sesuai mapping dari BPS,” katanya di Makassar, Rabu.
Dirinya menganalogikan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam proses pengendalian inflasi ibarat marka jalan.
"Kami di Pemprov, sedangkan Bapak yang mewakili BI, Diskominfo dan Perindustrian Perdagangan adalah pengguna jalan. Wajib kami semua melihat rambu-rambu apa yang harus dilakukan. Kapan pelan, kapan lurus, kapan belok,” jelas Jufri Rahman saat menghadiri acara BPS Sulsel.
Sementara itu, Kepala BPS Sulsel Aryanto mengatakan tingkat inflasi tahunan atau year on year (y-on-y) September 2024 sebesar 1,67 persen, masih lebih rendah dari angka inflasi nasional yang mencapai 1,84 persen. Sedangkan inflasi year to date (y-to-d) sebesar 0,52 persen.
Terkait perkembangan inflasi Sulsel pada Bulan September 2024, Aryanto menjelaskan pada September 2024 terjadi deflasi month to month (m-to-m) di Sulsel sebesar 0,09 persen dengan Indeks Harga Konsumen sebesar 105,52. Dari delapan kota IHK di Sulsel, lima kota mengalami deflasi secara (m-to-m).
"Deflasi terdalam terjadi di Watampone dan Kabupaten Luwu Timur sebesar 0,21 persen, sedangkan deflasi terendah terjadi di Kabupaten Wajo yaitu sebesar 0,07 persen. Sementara itu kota IHK yang mengalami inflasi tertinggi yaitu Kota Parepare sebesar 0,35 persen," jelas Aryanto.
Deflasi di Sulsel secara (m-to-m), ungkap Aryanto, didorong karena turunnya indeks harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau.
"Komoditas utama penyumbang deflasi (m-to-m) pada September 2024, antara lain cabai rawit, cabai merah, tomat, beras dan bensin," imbuhnya.