Sorowako (ANTARA) - PT Vale Indonesia melibatkan PT Hati Murni dalam mengolah limbah sampah menjadi bahan baku melalui sistem pemilahan sampah (segregasi) yang diperoleh dari kawasan sekitar di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel).
"Limbah plastik dipilah di Segregation Plant, selanjutnya diserahkan ke Bank Sampah milik Pemda. Jumlah sampah plastik yang sudah dipilah per bulan sekitar 1,2 ton. Data Januari-Juli 2025, sudah kita donasikan sekitar sembilan ton," kata Foreman Ground Work Segregation Plant PT Vale, Hery Sudarto di area Segregation Plant Kompleks PT Vale Sorowako, Jumat.
Ia menjelaskan sampah plastik setelah dipilah, sebelum didonasikan kepada Bank Sampah Pemerintah Daerah terlebih dahulu di press menggunakan alat khusus, lalu diikat menggunakan kawat. Berat per satu ikat bervariasi antara 16 hingga 18 kilogram.
Sampah plastik ini kemudian diambil Bank Sampah untuk didaur ulang sebagai bagian dari penerapan sirkular ekonomi bagi masyarakat sekitar area pertambangan PT Vale.
Selanjutnya, untuk sampah sisa makanan yang diperoleh dari kawasan kompleks perumahan setempat, diolah kembali di Segregation Plant untuk dijadikan maggot atau larva dari lalat hitam sebutan Black Soldier Fly (BSF) dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Maggot yang dihasilkan ini mengandung nutrisi dan protein yang sangat tinggi serta berperan mengurai limbah organik. Maggot ini juga didonasikan ke bank sampah setempat.
Sedangkan untuk limbah kayu palet dan kayu sisa di lokasi tambang, kata dia, diolah dengan dicacah dengan mesin khusus, selanjutnya menjadi potongan kecil, lalu di simpan di tempat khusus untuk dijadikan pupuk kompos bagi reklamasi lahan tambang.
Sementara itu, MGR Ops dan Reclamation Segregation Area PT Vale Indonesia Muh Firdaus Muttaqi menjelaskan kepada wartawan saat media visit rangkaian HUT ke-57 PT Vale di area Segregation Plant, sampah yang dikumpulkan itu dari organik dan nonorganik serta limbah B3, semua dipisahkan.
"Untuk organik kita manfaatkan kembali. Di sini sekitar 500-700 kilogram per hari sampah organik (makanan sisa,) sama organik (kayu bekas) di buat jadi kompos. Tujuannya, mengurangi volume sampah," katanya.
Sedangkan untuk nonorganik dipilah-pilah, ada plastik, botol plastik yang memiliki nilai ekonomis dikerjasamakan dengan bank sampah. Selanjutnya, dijual oleh bank sampah setelah didonasikan untuk didaur ulang perusahaan lain menjadi bahan plastik baru.
Untuk kapasitas penampungan seluruh limbah sampah di area Segregation Plant, sebut dia, sekitar 10-20 ton per hari. Ia menjelaskan untuk sampah organik diolah menjadi pupuk, seperti magagot langsung habis, karena sebagai pakan ikan atau pupuk setelah didonasikan ke peternak.
"Bahan baku yang nilai paling tinggi saat ini masih plastik dan botol kaca. Untuk palet kayu dan sisa kayu lainnya (setelah dicacah) kita manfaatkan untuk pembibitan, kadang juga donasi kita bantu untuk pupuk kompos," tuturnya.
Kendati demikian, mayoritas serbuk kayu hasil olahan digunakan menjadi pupuk kompos untuk pembibitan pohon sebagai bagian dari upaya reboisasi (penanaman pohon) bekas lokasi galian tambang, kebutuhannya sejauh ini masih kurang.
"Kebutuhan pupuk kompos itu sekitar 2.500 kilogram dipakai untuk reklamasi penghijauan. Satu karung serbuk kayu pupuk kompos itu seberat 20 kilogram," katanya.
Melalui Segregation Plant tersebut, PT Vale Indonesia berkomitmen terus menjaga lingkungan dan sekitarnya sekaligus turut andil dalam menjalankan ekonomi sirkular melalui pengolahan sampah menjadi bahan baku bernilai ekonomis.

