Mars-Unhas Gelar Seminar Literasi Kewirausahaan Sektor Perkebunan
Makassar (Antara Sulsel) - PT MARS bersama Universitas Hasanuddin menggelar seminar dan workshop literasi kewirausahaan Industri kreatif Sektor Pertanian - Perkebunan bagi mahasiswa dan generasi muda.
"Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi sekaligus berbagi pengalaman tentang upaya menggairahkan kembali produktivitas kakao Sulsel yang pernah mencapai masa gemilangnya di era 1990-an," kata Director Corporate Affairs PT Mars Arie Novel Iskandar di Makassar, Rabu.
Dia mengatakan, perusahaannya yang bergerak di bidang industri kakao, tergerak untuk mendorong minat generasi muda untuk menjadi petani milineal, tanpa meninggalkan sektor perkebunan yang sebenarnya potensial jika dikelola dengan baik.
"Salah satunya adalah melirik kembali perkebunan kakao yang belakangan ini sudah mulai ditinggalkan," katanya.
Berkaitan dengan hal tersebut, MARS sebagai produsen kembang gula berbahan baku kakao, selain mengembangkan industrinya, MARS juga membangun ekosistem kakao.
"Dalam hal ini, tidak hanya mendorong pengadaan biji kakao yang unggul, tetapi juga bagaimana meningkatkan pendapatan petani," katanya.
Sementara itu, Pakar pertanian dari Universitas Hasanudin Dr Untung Suropati mengatakan, masa gemilang produksi kakao Sulsel yang pernah mencapai 700 ribu ton per tahun pada era 1990-an, namun kini tinggal kisaran 300 ton per ha dan akan terus menurun tahun berikutnya, perlu kebijakan taktis untuk menyikapi kondisi di lapangan.
Dia mengatakan, pemerintah hendaknya memantapkan dan mengacu pada hasil riset sebelum menetapkan dan menerapkan kebijakan.
"Jangan sampai terulang lagi, kebijakan dengan tiga teknologi pertanian yang hasilnya belum optimal dirasakan petani hingga saat ini," katanya.
Ketiga teknologi pertanian itu adalah semantic embryogenesis, sambung samping dan sambung pucuk. Sementara itu, Bupati Luwu Utara Indah Putri Indrayani yang menjadi salah satu pembicara pada seminar tersebut mengatakan, perlu mengubah mind set petani untuk mengembalikan kejayaan Sulsel sebagai produsen kakao terbesar skala nasional.
"Selain itu, generasi muda harus diarahkan menjadi petani milenial dengan mengubah mind set, setelah keluar dari perguruan tinggi bukan lagi mencari kerja, tetapi menciptakan lapangan pekerjaan," ujarnya.
Pada seminar yang digelar di Aula Prof Mattulada, Unhas ini juga menghadirkan peneliti INSIST Nurhasyim Sirimorok dan Cocoa Doctors Nahrul dari Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara.
Ketua panitia yang juga Humas Unhas Ishak Rahman, PhD mengatakan, kegiatan tersebut terselenggara atas kerja sama dua pihak dan mendapat sambutan positif dari sedikitnya 700 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Makassar yang antusias menyimak paparan narasumber.
"Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi sekaligus berbagi pengalaman tentang upaya menggairahkan kembali produktivitas kakao Sulsel yang pernah mencapai masa gemilangnya di era 1990-an," kata Director Corporate Affairs PT Mars Arie Novel Iskandar di Makassar, Rabu.
Dia mengatakan, perusahaannya yang bergerak di bidang industri kakao, tergerak untuk mendorong minat generasi muda untuk menjadi petani milineal, tanpa meninggalkan sektor perkebunan yang sebenarnya potensial jika dikelola dengan baik.
"Salah satunya adalah melirik kembali perkebunan kakao yang belakangan ini sudah mulai ditinggalkan," katanya.
Berkaitan dengan hal tersebut, MARS sebagai produsen kembang gula berbahan baku kakao, selain mengembangkan industrinya, MARS juga membangun ekosistem kakao.
"Dalam hal ini, tidak hanya mendorong pengadaan biji kakao yang unggul, tetapi juga bagaimana meningkatkan pendapatan petani," katanya.
Sementara itu, Pakar pertanian dari Universitas Hasanudin Dr Untung Suropati mengatakan, masa gemilang produksi kakao Sulsel yang pernah mencapai 700 ribu ton per tahun pada era 1990-an, namun kini tinggal kisaran 300 ton per ha dan akan terus menurun tahun berikutnya, perlu kebijakan taktis untuk menyikapi kondisi di lapangan.
Dia mengatakan, pemerintah hendaknya memantapkan dan mengacu pada hasil riset sebelum menetapkan dan menerapkan kebijakan.
"Jangan sampai terulang lagi, kebijakan dengan tiga teknologi pertanian yang hasilnya belum optimal dirasakan petani hingga saat ini," katanya.
Ketiga teknologi pertanian itu adalah semantic embryogenesis, sambung samping dan sambung pucuk. Sementara itu, Bupati Luwu Utara Indah Putri Indrayani yang menjadi salah satu pembicara pada seminar tersebut mengatakan, perlu mengubah mind set petani untuk mengembalikan kejayaan Sulsel sebagai produsen kakao terbesar skala nasional.
"Selain itu, generasi muda harus diarahkan menjadi petani milenial dengan mengubah mind set, setelah keluar dari perguruan tinggi bukan lagi mencari kerja, tetapi menciptakan lapangan pekerjaan," ujarnya.
Pada seminar yang digelar di Aula Prof Mattulada, Unhas ini juga menghadirkan peneliti INSIST Nurhasyim Sirimorok dan Cocoa Doctors Nahrul dari Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara.
Ketua panitia yang juga Humas Unhas Ishak Rahman, PhD mengatakan, kegiatan tersebut terselenggara atas kerja sama dua pihak dan mendapat sambutan positif dari sedikitnya 700 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Makassar yang antusias menyimak paparan narasumber.