Mamuju (Antaranews Sulsel) - Kondisi bayi penderita hidrosefalus di Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, Rahma Safira (3), sangat memprihatinkan, karena selama dua bulan hanya dirawat di sebuah rumah kontrakan, tanpa peralatan medis maupun obat-obatan.
"Sejak keluar dari rumah sakit dua bulan lalu, anak saya sudah tidak bisa merespon makanan dan minuman. Bahkan membuka mata pun tidak bisa. Kalau bergerak sedikit, pasti akan keluar cairan putih dari mulutnya," kata Siti Sajrah (24), ibu Rahma Safira, di rumahnya di Kecamatan Karema, Kabupaten Mamuju, Sabtu.
Kondisi Rahma Safiri, kata Siti Hajrah, semakin parah pascaoperasi kedua di Rumah Sakit Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar Sulawesi Selatan, dua bulan lalu.
Ibu rumah tangga itu mengakui, jika anak sulungnya tersebut sudah dua kali menjalani operasi, yakni pada Juli 2017 dan Juli 2018.
"Pada operasi pertama Rahma masih merespon dan masih bisa makan. Tetapi, setelah operasi kedua, anak saya sudah tidak bisa merespon dan makan sehingga kalau dikasih makanan harus menggunakan selang yang dimasukkan melalui hidung," ujarnya.
"Kami keluar dari RS Wahidin Sudirohusodo Makassar karena kata dokter dan perawat kondisi anak saya sudah baik. Padahal saat itu Rahma tidak bisa merespon dan tidak bisa makan tetapi karena kata dokter dan perawat sudah baik sehingga saya terpaksa pulang dan membawa anak saya kembali ke Mamuju," tutur Siti Hajrah.
Selama dua bulan, Siti Sajrah dan Faisal (24) suaminya, harus tinggal di sebuah rumah kontrakan bersama kedua anaknya, salah satunya Rahma Safira yang setiap hari kondisinya semakin memburuk.
Walaupun sudah memiliki kartu BPJS, namun Siti Sajrah mengaku selama perawatan anaknya di rumah sakit masih harus membeli beberapa obat.
"Selama di rumah sakit kami tetap membeli beberapa obat, seperti obat mata karena katanya ada sejumlah obat yang tidak ditanggung BPJS. Kami tidak sanggup membiayai pengobatan Rahma Safira karena suami saya hanya bekerja sebagai karyawan toko yang gajinya hanya bisa membayar sewa kontrakan dan makan sehari-hari," kata Siti Sajrah.
Ia menceritakan, Rahma Safira awalnya lahir dengan sempurna, seperti bayi pada umumnya.
Namun di usia empat bulan, putri sulung pasangan Sitri Hajrah dengan Faisal tersebut mulai menunjukkan gejala aneh.
"Anak sulung saya itu lahir normal tetapi saat usia 4 bulan Rahma Safira mulai rewel dan harus digendong terus. Tidak lama, kepalanya mulai membesar dan saat itulah kami mengetahui kalau Rahma Safira menderita penyakit hidrosefalus," kenang Siti Hajrah.
Sejak saat itulah lanjut ibu dua anak ini, kepala Rahma safira terus membesar hingga akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Mitra Manakarra Mamuju.
Namun, karena perlengkapan rumah sakit swasta di Mamuju itu belum memadai, sehingga dirujuk Rumah Sakit Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar.
"Saya hanya berharap uluran tangan dari dermawan maupun pemerintah daerah agar bisa membantu kami. Saya hanya ingin anak saya bisa sembuh," harap Siti Sajrah.
Derita yang dialami Rahma Safira akhirnya direspon Kapolda Sulbar Brigjen Polisi Baharudin Djafar yang langsung memerihkan pihak Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sulbar Hoegeng Iman Santoso untuk merawat bayi penderita hidrosefalus tersebut.