"Pada 9 Mei 2018 telah terwujud Malaysia Baru, negara multi-ras dan multi-agama yang cinta damai, harmonis yang menjunjung tinggi demokrasi, kebebasan, hak asasi manusia dan supremasi hukum," kata Menteri Luar Negeri Malaysia, Saifuddin Abdullah dalam pernyataan pers memasuki 2019 di Putrajaya, Selasa.
Dia mengatakan aspirasi Malaysia tercermin dalam Kerangka Kerja Kebijakan Luar Negeri Malaysia Baru, perubahan dalam kontinuitas, di mana menjaga keamanan nasional, memelihara pertumbuhan, dan mencerminkan nilai-nilai rakyat adalah pilar kebijakan luar negeri.
"Untuk mencapai hal ini, Malaysia Baru akan secara aktif berpartisipasi di panggung dunia, melalui organisasi internasional seperti PBB, OKI, ASEAN, dan kelompok lain yang memengaruhi hukum, konvensi, dan aturan internasional," katanya.
Dia menegaskan Malaysia dapat melakukan ini dengan beberapa cara seperti dalam organisasi di mana Malaysia sudah menjadi anggota akan berpartisipasi dengan membuat keputusan, memimpin diskusi dan mensponsori resolusi.
"Di mana kita belum menjadi anggota, kita akan mendorong untuk memengaruhi keputusan, dan membentuk wacana tentang masalah yang muncul di mana kita telah mengembangkan keahlian lokal (local expertise)", katanya.
Partisipasi semacam itu, ujar dia, sangat penting di mana Malaysia harus bersinergi dan bekerja sama dengan negara-negara lain dalam masalah-masalah umum seperti perdamaian regional dan mencapai kesejahteraan bersama.
Salah satu masalah tersebut adalah Laut hina Selatan, yang menyangkut keamanan dan kelangsungan hidup banyak negara tetangga.
"Haruskah itu tetap menjadi area perdamaian, persahabatan dan perdagangan; daripada konfrontasi dan konflik. ASEAN dan seluruh dunia dapat memanfaatkan lokasi strategis kami dan keuntungan ekonomi masing-masing anggota ASEAN," katanya.
Dia mengatakan Malaysia Baru juga akan menggunakan suaranya untuk memupuk perdagangan intra-ASEAN yang sejalan dengan filosofi "Kesejahteraan Tetangga".
"Kami percaya bahwa dengan mengembangkan kapasitas masyarakat lokal, kami sebagai kawasan dapat memperkuat pasar bersama kami sebanyak 640 juta orang dan pada akhirnya mengubah ASEAN menjadi pusat produksi - tidak hanya untuk diri kami sendiri, tetapi juga untuk pasar global, membawa kemakmuran bersama bagi semua orang," katanya.
Tetapi untuk memainkan peran aktif secara internasional, ujar dia, Malaysia harus menjadi model dalam memastikan stabilitas di negara asal dan memberikan contoh bagi pembangunan ekonomi dan demokrasi untuk negara-negara lain yang berpikiran sama.
"Kita tidak bisa efektif jika kebijakan kita di luar negeri bertentangan dengan harapan dan kenyataan di dalam negeri. Kebijakan luar negeri dimulai di rumah. Sebagai negara yang multi-ras dan multi-agama, kesatuan populasi kami yang beragam adalah merek dagang kami. Kekuatan kita," katanya.
(T.A034/B/M. Anthoni/B/M. Anthoni) 01-01-2019 21:49:22