Jakarta (ANTARA) - Peneliti Bidang Hukum The Indonesian Institute Muhammad Aulia Y. Guzasiah memandang perlu Presiden RI Jokowi bersikap lebih tegas terkait dengan upaya pengusutan kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Naswedan.
"Presiden perlu mengambil sikap yang lebih tegas," kata Aulia dihubungi di Jakarta, Sabtu.
Sebelumnya, Presiden menyatakan bahwa pihaknya memberikan waktu 3 bulan kepada Kapolri Jenderal Pol. Tito Karnavian agar jajarannya bisa menindaklanjuti temuan Tim Gabungan Pencari Fakta terkait dengan kasus Novel Baswedan.
Menurut Aulia, akan sulit untuk mengatakan bahwa pelaku penyiraman air keras Novel Baswedan akan segera terungkap meski Presiden Jokowi telah memerintahkan pemangkasan waktu pengungkapan yang sebelumnya dinyatakan berlangsung paling lama 6 bulan oleh Polri.
"Jika dinalar secara jernih, baik hasil maupun perintah tersebut, tampaknya memang lebih terlihat sebagai upaya penguluran waktu untuk memudarkan ingatan kolektif kita, ketimbang sebagai niatan yang konkrit dan solutif dalam mencari pelaku dan fakta sebenarnya," kata Aulia.
Aulia mengatakan bahwa pembentukan tim khusus atau tim teknis juga terkesan terlalu administratif, ambigu, dan bertele-tele.
Selain itu, menurut dia, selama pembentukan tim tersebut masih mengakar terhadap suatu instansi yang memiliki keterkaitan atau kepentingan langsung dengan kasus tersebut, penuntasan kasusnya akan sulit dilakukan.
Ia berpendapat bahwa solusi yang paling konkret adalah yang sebagaimana masif digaungkan oleh publik, yaitu dengan membentuk tim pencari fakta independen yang dibentuk langsung oleh Presiden sendiri.
"Sebab sebagaimana ungkapan Novel Baswedan sendiri, kasus kekerasan yang menimpanya ini, begitu sarat akan konflik kepentingan," kata dia.
Aulia mengatakan bahwa ketegasan Jokowi untuk membentuk tim independen menjadi salah satu pekerjaan rumah sekaligus ujian bagi Jokowi setelah berhasil melalui tahun-tahun politik yang begitu kental akan pertarungan politik dan dalam memasuki periode keduanya.
"Ketegasan itu setidaknya akan membuktikan pernyataan Presiden Jokowi sendiri bahwa dia adalah presiden terpilih dari kepentingan rakyat, bukan kepentingan elite politik tertentu, dan presiden yang tidak memiliki beban apa-apa, bukan yang meninggalkan beban ke depan," ujarnya. ***2***
Berita Terkait
Y-Publica : Elektabilitas Menhan Prabowo Subianto tempati posisi teratas
Jumat, 2 Juni 2023 5:55 Wib
Korsel dan AS sedang bahas latihan nuklir bersama
Senin, 2 Januari 2023 15:19 Wib
Survei Y-Publica: Ganjar-Yenny pasangan capres paling banyak didukung
Selasa, 8 November 2022 15:53 Wib
Survei Y-Publica: Ganjar, Prabowo dan Anies tiga besar elektabilitas bursa capres 2024
Selasa, 8 November 2022 15:52 Wib
Dubes AS sampaikan dukacita atas WNI korban salah tembak di San Antonio Texas
Selasa, 11 Oktober 2022 15:43 Wib
Menparekraf: Generasi Z dan Y akan membuat transformasi digital Indonesia lebih cepat
Jumat, 7 Oktober 2022 14:53 Wib
PN Makassar eksekusi putusan MA soal status UVRI
Jumat, 25 Maret 2022 17:53 Wib
Survei Y-Publica: Simulasi Prabowo-Puan unggul tipis atas Ganjar-Airlangga
Sabtu, 13 November 2021 13:41 Wib