Makassar (ANTARA) - Kejadian orang yang tertusuk ikan sejenis marlin atau biasa disebut ikan Sori dari Buton Selatan merupakan kasus pertama ditangani Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Sulawesi Selatan.
"Kasus ini jarang. Saya sendiri selama di RS Wahidin baru pertama kali saya dapatkan orang yang tertusuk oleh ikan. Selama ini hanya tusukan-tusukan dari benda tajam, panah dan segala macam, itu yang kita dapatkan. Tapi kalau tertusuk ikan jarang sekali ada," tutur Direktur RSUP Wahidin Sudirohusodo, DR Khalid Saleh saat konferensi pers di RS setempat, Senin.
Menurut dia, kasus ini terbilang baru dan sangat jarang terjadi. Kalaupun ada, itu baru dialami pasien bernama Muhammad Idul, tanggal lahir 23 November 2003 yang kini berumur sekitar 16 tahun, tinggal di Dusun Lianogara, Desa Wakinamboro Kecamatan Siompu, Kabupaten Buton Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Idul diketahui bersekolah di SMP Negeri 3 Siompu, dan masih duduk di kelas II. Ia tertusuk sejenis ikan Marlin pada bagian lehernya, sehingga harus dirujuk ke RSUP Wahidin oleh RS Siloam, Bau-bau.
"Pasien masuk RSUP Wahidin 19 Januari 2020 pukul 20.45 WITA, dengan keluhan ada luka sebelah kiri, tertusuk moncong ikan Sori," sebut dia kepada awak media.
Menurut dia, pada prinsipnya setelah masuk di UGD. Setelah dilihat bahwa kondisi pasien waktu masuk relatif stabil dengan hemodinabid dan tanda-tanda vital lainnya itu stabil. Sehingga pasien ini dianggap bahwa statusnya urgensi (penting), bukan emergency (darurat).
Selain itu, langkah RS Siloam Bau-bau yang merujuk pasien ke RSUP Wahidin sudah sangat baik, bahkan moncong ikan tidak dikeluarkan adalah langkah tepat, sebab kalau dikeluarkan dan itu kena pas pembuluh darah, bisa terjadi pendarahan.
"Nantinya kita akan lihat perkembangannya (pascaoperasi). Saya lihat tadi kondisi pasiennya sudah bisa kontak, stabil, sadar, hanya memang agak demam. Memang demamnya agak tinggi 39 derajat Celcius. Tapi sudah ditindaki dengan pemberian obat, sehingga demamnya mulai menurun," kata Khalid.
Kendati demikian, lanjut dia, harus dilihat betul, meskipun sudah dilakukan operasi namun masih ada resiko lain yakni infeksi.
Jadi kalau ada risiko infeksi dan tidak ditangani bisa menjadi sepsis dan bisa lebih berat. Proses operasi berlangsung satu jam dimulai pukul 10.00 WITA.
Sementara tim dokter operasi, dr Jayarasti, spesialis bedah Toraks Cardiovaskular, menambahkan, pasien tiba pada Minggu (19/1) malam dan baru dioperasi pada Senin (20/1) pagi setelah semua persiapan disiapkan seperti kantong darah dan alat operasi. Tim operasi yakni dokter bedah dan anastesi.
Tusukan ikan dari moncong dari CT scan bisa diperkirakan masuk dari sebelah kiri sampai belakang leher. Awalnya diperkirakan mungkin kena pembuluh darah, atau syaraf utama, tapi ternyata tidak.
"Alhamdulillah, waktu operasi tadi mulai dari pagi jam 10.00 WITA, mulai kita iris. Semua yang kita perkirakan harus bisa kita antisipasi, kalau misalnya itu terjadi," sebutnya.
"Operasi berjalan lancar. Tidak ada pembuluh darah yang terkena, moncong ikan berjalan tepat di bagian bilateralar atau bagian sisi luar dari pembuluh darah. Sehingga meminimalkan pendarahan di meja operasi. Proses operasi berlangsung satu jam," ucap dia.
Untuk perawatan pascaoperasi, yang harus diwaspadai adalah infeksi akibat benda asing atau benda kotor yang telah masuk ke dalam tubuh. Itu telah dilakukan dengan pemberian obat antibiotik yang baik dan cukup.
"Dengan suhu agak tinggi. Pemeriksaan terus kita lakukan secara berkala, terutama pemeriksaan infeksi. Kita bisa melakukan pemberian obat-obat yang sesuai berdasar hasil pemeriksaan yang lakukan. Untuk masa perawatan bisa lima sampai tujuh hari," tambahnya.
Mengenai dengan biaya rumah sakit pasien, itu menjadi tanggungan BPJS Kesehatan. Pasien pun diminta agar tetap menjaga kebersihan agar lukanya cepat mengering dan tidak terinfeksi.
Sebelumnya, Muhammad Idul tertusuk ikan sejenis Marlin atau dalam bahasa Buton disebut ikan Sori. Ia tertusuk pada Sabtu, (18/1) saat memancing di laut, Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara. Sempat ditangani RS Siloam Bau-bau, namun akhirnya dirujuk ke RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar.