Makassar (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan mencatat selama proses rapid test tahap dua dilaksanakan sejak 23 April 2020, terdapat ratusan orang yang hasilnya reaktif Coronavirus Disease (COVID-19).
"Dari 10 ribu alat rapid test yang ada, telah digunakan enam ribuan. Hasilnya ada 316 orang reaktif," sebut Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar, Naisyah Tun Azikin di posko Induk COVID-19 Makassar, Kamis.
Menurut dia, dari hasil tersebut menunjukkan penyebaran virus korona sudah melalui transmisi lokal atau penularan wilayah setempat. Kendati demikian, pihaknya akan terus melakukan tracing kepada orang-orang yang pernah kontak dengan pasien tersebut.
Selain itu, pihaknya kembali mengajak warga kota bagi yang memiliki gejala COVID-19, bisa langsung memeriksakan diri di Puskesmas terdekat, mengingat alat rapid test sudah disediakan pemerintah untuk pemeriksaan serta diketahui statusnya.
Selanjutnya, untuk penanganan pasien terkonfirmasi positif maupun sudah melakukan rapid test berstatus reaktif, akan dibawa ke hotel Swis Bell in yang disediakan Pemerintah Provinsi Sulsel guna menjalani isolasi selama 14 hari. Ini dilakukan untuk memutus mata rantai penularan COVID-19.
Pihaknya berharap apabila daya tahan tubuh pasien selama masa isolasi itu baik, tentu diperkirakan statusnya bisa menjadi negatif saat rapid test berikutnya.
"Pasien yang sudah rapid test ini, kita intervensi gizinya dan istirahat total di hotel yang sudah disediakan. Nantinya, setelah masa isolasi akan berakhir maka di rapid test ulang dan tidak mesti tes swab, selanjutnya bisa pulang" katanya.
Namun bila rapid tes nanti hasil positif, kata dia, maka dilanjutkan ke tindakan tes swab guna memastikan status pasien, selanjutnya ditambah masa isolasi. Dan bilamana kondisi kesehatan pasien turun, langsung dirujuk ke rumah sakit yang menangani COVID-19 untuk dirawat intensif.
Meski begitu, masih banyak pasien yang belum sadar untuk diisolasi di hotel dan memilih isolasi mandiri, padahal kondisi tempat tinggalnya tidak mendukung standar penanganan virus korona baru itu.
"Kalau kondisi rumahnya berlantai dua misalnya, dan tinggal berdua itu bisa saja isolasi mandiri. Tapi kalau kondisi rumahnya sempit dan banyak orang di keluarganya, apalagi hanya satu toilet, tentu sangat riskan penularannya. Makanya diminta isolasi di hotel," tambah Naisyah.
Oleh karena itu, diprioritaskan pasien seperti itu isolasi di hotel, selain memenuhi syarat standar penanganan COVID-19, juga menghindari penularannya baik di keluarga maupun tentangganya, mengingat saat ini penyebarannya sudah transmisi lokal.
Data pemantauan perkembangan COVID-19 melalui situs infocorona.makassar.go.id, Kamis, 7 Mei 2020, tercatat mengalami peningkatan 14 kasus. Jumlah data pada Selasa, 5 Mei, 2020 sebanyak 440 kasus positif, dan hari ini mencapai 454 positif
Dari jumlah 454 kasus itu, 235 orang masih dirawat, 185 orang sembuh dan 34 orang meninggal. Sedangkan status Pasien Dalam Pengawasan (PDP) sebanyak 464 kasus, 177 masih dirawat, 222 sehat dan pulang, meninggal dunia 68 orang. Untuk Orang Dalam Pemantauan (ODP) masih dipantau 101 orang dan 881 orang selesai dipantau.
Berita Terkait
Konten Revolusi Pendidikan Makassar melengkapi Program Merdeka Belajar
Kamis, 2 Mei 2024 11:56 Wib
Polrestabes Makassar amankan lima orang saat memperingati Hari Buruh
Kamis, 2 Mei 2024 5:54 Wib
Dinsos minta tim PKH dukung penurunan prevalensi stunting di Makassar
Rabu, 1 Mei 2024 20:37 Wib
Kemenkumham Sulsel monitoring layanan pengaduan di Lapas Makassar
Rabu, 1 Mei 2024 20:35 Wib
Wali Kota Makassar dan Pj Bupati Jeneponto MoU soal pengendalian inflasi
Rabu, 1 Mei 2024 20:02 Wib
Kejati Sulsel ajak santri Ponpres DDI Abrad Makassar jauhi narkoba
Rabu, 1 Mei 2024 19:09 Wib
Unhas dan Universitas Jember jalin kerja sama pendidikan kesehatan
Rabu, 1 Mei 2024 18:52 Wib
Rektor UNM ingin segera bangun kampung halamannya di Sulawesi Barat
Rabu, 1 Mei 2024 17:49 Wib