Jakarta (ANTARA) - Batalion Indonesia yang bergabung dengan Pasukan Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL) membatasi kegiatan bersama warga negara setempat guna mengurangi risiko penularan COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru (SARS-CoV-2).
"Banyak aktivitas dari batalion kami (Indonesia) yang dibatalkan, misalnya seperti agenda latihan bersama, seluruh kegiatan CIMIC (kerja sama sipil-militer) juga berhenti sementara, karena kami harus mematuhi aturan pembatasan sosial demi menghentikan dampak pandemi," kata Sersan Satu Imakulata Ngamel, anggota batalion Tentara Nasional Indonesia yang bergabung dengan pasukan perdamaian PBB di Lebanon.
Lewat sesi jumpa pers virtual yang diadakan Pusat Informasi PBB di Jakarta (UNIC), Imakulata menambahkan kegiatan seperti patroli gabungan dengan pasukan perdamaian dari negara lain juga dibatalkan.
Alhasil, pasukan perdamaian Indonesia, di bawah koordinasi dengan UNIFIL, menggelar patroli mandiri di wilayah perbatasan Lebanon dan Israel, kawasan yang dikenal dengan nama Blue Line.
Pandemi COVID-19, menurut Imaculata, juga membuat pasukan Indonesia tidak dapat mengikuti kegiatan patroli udara. "Ada beberapa kegiatan patroli udara, tetapi pasukan Indonesia tidak turut serta karena ada pengurangan jumlah penumpang. Itu yang kita sayangkan," terang dia.
Sejalan dengan keterangan Imakulata, prajurit TNI lainnya yang bergabung dengan UNIFIL, Letnan Satu Rima Eka Tiara Sari menyampaikan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan layanan kesehatan yang disediakan oleh pasukan perdamaian untuk warga terdampak perang sipil di Lebanon juga terhenti sementara.
Namun, menurut dia, warga setempat memahami kebijakan itu dibuat guna mengurangi risiko penyebaran virus.
"Banyak kerja-kerja pemberdayaan masyarakat yang tertunda. Mereka, warga setempat, mengerti, karena pandemi ini. Kegiatan kita, misalnya ingin celebration (hari raya) tertunda, teaching (kegiatan belajar-mengajar) dengan anak-anak tertunda," kata Rima.
Dalam pertemuan virtual yang diadakan PBB, Rabu, Letnan Satu TNI Rima Eka Tiara Sari, Sersan Satu TNI Imakulata Ngamel, dan Sersan Dua TNI Yazella Agustin berbagi pengalaman selama bertugas kurang lebih lima bulan dengan UNIFIL di Lebanon. Sesi bincang itu merupakan salah satu acara yang ditujukan menyambut Hari Pemeliharaan Perdamaian PBB yang diperingati tiap tahun pada 29 Mei.
"Peringatan tahun ini akan merayakan hari jadi ke-20 Pemeliharaan Perdamaian PBB dengan penghargaan khusus untuk para personel pemelihara perdamaian perempuan," kata PBB dalam pernyataan tertulisnya.
Setidaknya pada 2020, Indonesia mengirim 35 prajurit perempuan ke Lebanon, sementara jumlah prajurit pria yang dikirim mencapai lebih dari 400 orang.
UNIFIL atau Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon dibentuk oleh Dewan Keamanan PBB pada 19 Maret 1978 setelah adanya pendudukan tentara Israel ke negara di wilayah Asia Barat itu.
Data PBB menunjukkan per 31 Maret 2020, 10.180 anggota pasukan perdamaian dari 45 negara bertugas di Lebanon. Dari angka itu, 1.254 di antaranya berasal dari Indonesia.
Meskipun sebagian besar kegiatan UNIFIL dibatasi selama pandemi, pasukan perdamaian PBB itu terus melanjutkan misi kemanusiaannya dengan menyumbangkan alat pelindung diri dan persediaan medis ke rumah sakit serta masyarakat setempat.
"Para personel UNIFIL juga menyumbangkan obat-obatan hewan untuk para gembala dan petani di 13 desa di wilayah tenggara Lebanon," kata PBB lewat pernyataan tertulisnya.