Makassar (ANTARA) - Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Selatan, Muhammad Al Amin menyebutkan penyebab banjir di Kota Makassar dan sebagian wilayah Gowa dan Maros, akibat daerah aliran sungai terutama di hulu anak sungai telah rusak.
"Terjadi kerusakan di hulunya. Ada dua aliran anak sungai Jeneberang yang mengitari Kabupaten Gowa dan Maros. Kondisi anak sungai di dua daerah itu sudah mengalami degradasi atau penurunan kekuatan," ungkap Al Amin di Makassar, Sabtu.
Sehingga, warga yang bermukim di wilayah perbatasan daerah itu, kata dia, ikut terendam karena air anak sungai meluap tidak mampu menahan debit air yang sangat besar saat hujan deras mengguyur sejak beberapa hari terakhir.
Akibatnya, beberapa lokasi pemukiman warga Makassar di perbatasan terdampak, seperti Kompleks Kodam III, Kelurahan Katimbang, Kecamatan Tamalanrea dan Perumnas Antang, Kelurahan Tamangapa, Kecamatan Manggala karena air kiriman.
Sehingga pemukiman penduduk pada daerah yang di kelilingi anak sungai tadi pasti terdampak, karena hulunya sudah mengalami degradasi. Aliran hulu sungainya telah mengalami pendangkalan yang seharusnya berfungsi mengendalikan arus air.
"Airnya tentu meluap dan mengalir ke kawasan pemukiman warga setempat. Asumsi bahwa banjir terjadi akibat tingginya curah hujan itu keliru, tapi hanya pemicu, bukan penyebab," bebernya.
Untuk itu, pemerintah daerah maupun pusat diminta memperhatikan kondisi terkini di hulu sungai agar tidak terjadi bencana yang terus berulang-ulang tiap tahun. Tidak hanya itu, pemerintah segera melakukan tindakan cepat untuk memperbaiki agar masyarakat tidak was-was saat musim hujan datang.
"Pemerintah harus turun tangan mengatasi masalah kerusakan di hulu dan Daerah Aliran Sungai. Balai Pompengan dan gubernur punya tanggungjawab soal ini, apalagi banjir yang terjadi berada di lintas kabupaten," harapnya.
Selain masalah hulu sungai, faktor lain terjadinya genangan air di sebagian wilayah Kota Makassar, ungkap dia, disebabkan buruknya sistem penataan serta pengelolaan drainase, ditambah gencarnya pembangunan perumahan tanpa memikirkan sistem saluran pembuangan air.
Akibatnya, saat hujan deras bukan hanya di pemukiman warga biasa tergenang tapi juga berdampak di perumahan elit kelas menengah atas. Air yang seharusnya mengalir ke kanal-kanal menuju hulu pembuangan, terhambat karena sumbatan, membuat air meluber ke dataran rendah.
"Pemerintah Kota Makassar diminta segera evaluasi jajarannya memperbaiki sistem drainase dengan menata kembali saluran air. Aturan pembangunan perumahan juga harus diperketat utamanya terkait sistem drainasenya," ucapnya.
Berita Terkait
Hari Bumi Sedunia, Aktivis lingkungan Polewali Mandar gelar aksi sampling sampah
Senin, 22 April 2024 19:23 Wib
Aktivis lingkungan Sulsel mendukung penanaman pohon di Hari Bumi 2024
Senin, 22 April 2024 18:22 Wib
KPA mengedukasi para pemula jaga lingkungan saat Hari Bumi
Senin, 22 April 2024 10:46 Wib
SIEJ siapkan beasiswa jurnalis liputan efesiensi energi perubahan iklim
Sabtu, 20 April 2024 7:19 Wib
DLH Sulbar mengimbau masyarakat terapkan 3R atasi pencemaran lingkungan
Selasa, 16 April 2024 17:30 Wib
Dinas Kesehatan mengimbau masyarakat di Sulbar waspada DBD
Selasa, 2 April 2024 15:08 Wib
Adira Finance biayai kendaraan listrik sebanyak Rp200 miliar pada 2023
Minggu, 17 Maret 2024 7:37 Wib
Peneliti: Permasalahan lingkungan Laut China Selatan berdampak ke Indonesia
Jumat, 15 Maret 2024 18:22 Wib