"Realisasi pekerjaan di lapangan baru dapat dilaksanakan dengan sempurna pada 2011 dengan menelan biaya sebesar Rp34 miliar, dimana bersumber dari dana Otonomi khusus Tahun Anggaran 2010/2011," kata Adelison Sinaga saat menyampaikan laporannya pada peresmian gedung Percetakan Rakyat Papua, di Jayapura, Rabu.
Sedangkan untuk pengadaan mesin cetak, memakan biaya sebesar Rp45 miliar lebih, dan didatangkan langsung dari Heidelberg Jerman.
Pada kesempatan itu juga Adelison menyampaikan, gedung percetakan tersebut juga dibangun dengan menggunakan konstruksi rangka baja yang dirancang tahan gempa dengan pelat lantai beton, mengingat kantor ini terletak di tengah kota.
"Ini sebagai apresiasi terhadap predikat Papua sebagai paru-paru dunia. Dengan menghindari penggunaan kayu maka, nilai hutan yang dapat diselamatkan dapat bertambah. Itulah subangsi yang dapat diberikan bagi pelestarian alam sebagai warisan bagi generasi mendatang," ujarnya.
Dia mengatakan, mengingat kegiatan percetakan adalah sebuah industri yang juga menghasilkan limbah-limbah berbahaya. Oleh karena itu, pada bangunan ini didesain sebah Instalasi Pengelolahan Air Limbah (IPAL).
Bahkan air hujanpun dikendalikan dengan menyalurkan ke dalam sumur-sumur resapan yang diletakkan di sekeliling gedung. Dimana kapasitas masing-masing sumur resapan adalah 3 m3, sehingga bila hujan tidak ada limpahan air hujan yang keluar area gedung.
"Limbah yang telah diolah IPAL berupa air yang dijamin sudah tidak tercemar dan dapat dimanfaatkan kembali. Dengan begitu tidak limbah hasil kegiatan percetakan yang membebani lingkungan. Demikian juga limbah dari kamar mandi dan toilet," katanya.
Selain bebas limbah, ujar Adelison, gedung percetakan juga dilengkapi dengan anti rayap, mengingat material produksi percetakan sebagian besar adalah kertas.
Sementara untuk melengkapi perlindungan gedung dari bahaya kebakaran maka dilengkapi dengan anti kebakaran seperti, fire hydrant, fire extinguiser, fire alarm, dan smoke detector," katanya. (T.KR-ALX/M019)