Makassar (ANTARA News) - Indeks Pembangunan Manusia dan Indeks Pembangunan Gender Sulawesi Selatan masih rendah akibat kebijakan yang belum fokus pada empat indikator IPM dan IPG.
"Meskipun sudah ada program pendidikan gratis yang dibuat Pemprov Sulsel, namun itu belum menyentuh pada akar indikator IPM dan IPG," kata Direktur Eksekutif Lembaga Lapismedik Makassar H Hatitah di Makassar, Kamis.
Berdasarkan data Susesnas 2005 - 2009 diketahui, peningkatan IPM Sulsel sangat lamban dari 68,06 pada 2005 menjadi 70,82 pada 2009. Bahkan pada tahun yang beriringan yakni 2008 IPM Sulsel tercatat 70,22 poin atau hanya berbeda tipis dengan tahun berikutnya.
Sementara dari sisi IPG pada periode yang sama, masih tertinggal jauh dengan IPM atau sekitar 9 - 10 poin. Sedang indikator pengukuran IPM dan IPG terdiri dari Angka Harapan Hidup, Rata-rata Lama Sekolah, Angka Melek Huruf dan Angka Pendapatan.
Mencermati kondisi itu, IPM Sulsel pada 2005-2009 terdapat kenaikan meskipun tipis, namun kesenjangan gender masih terjadi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai IPG yang masih lebih rendah dari nilai IPM-nya.
Menurut Hatitah, meskipun angka pertumbuhan ekonomi Sulsel cukup spektakuler diatas rata-rata nasional, termasuk perputaran uang di daerah ini yang mencapai triliunan rupiah, namun IPM dan IPGnya masih cukup memprihatinkan.
"Karena itu, kebijakan yang dikeluarkan Pemprov Sulsel seharusnya dapat menjawab persoalan itu, bukan hanya menghadirkan Program Pendidikan Gratis yang sesungguhnya belum mengarah pada perbaikan IPM ataupun IPG," katanya.
Berkaitan dengan hal tersebut, diharapkan kebijakan yang dikeluarkan Pemprov Sulsel yang masih dinakhodai H Syahrul Yasin Limpo, harus lebih menyentuh pada kebutuhan mendasar masyarakat, sehingga secara tidak langsung juga dapat mengangkat IPM dan IPG Sulsel. (T.S036/S016)