Makassar (ANTARA) - Festival Pinisi di Bulukumba dan Festival Taka Bonerate di Kepulauan Selayar Provinsi Sulawesi Selatan tidak masuk Kalender Kharisma Event Nusantara (KEN) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) 2023, padahal keduanya tercatat sebagai event KEN 2022.
Kepala Dinas Pariwisata Sulsel Asriady Sulaiman di Makassar, Rabu, mengakui bahwa Tim Kurasi Kemenparekraf sangat selektif dalam pemilihan event yang tercatat sebagai daftar Kalender KEN 2023.
"Semua masih diberi kesempatan, tim kurasi memberikan catatan yang bisa diperbaiki untuk diusulkan kembali pada Kalender KEN 2024," ujarnya.
Dari 110 KEN di Indonesia, ada empat event yang berhasil masuk dari Sulawesi Selatan. Antara lain, Kabupaten Gowa yaitu Beautiful Malino, kemudian F8 di Kota Makassar, Toraja International Festival di Kabupaten Tana Toraja dan Salo Karajae di Kota Parepare.
Guna meningkatkan giat pariwisata, Dinas Pariwisata Sulsel mendorong Desa Wisata semakin bertambah di Sulawesi Selatan sesuai program utama Kemenparekraf, menghadirkan destinasi wisata dari desa.
Kendati masa pandemi COVID-19 belum sepenuhnya berakhir, Dinas Pariwisata Sulsel mencatat peningkatan kunjungan wisatawan ke Sulawesi Selatan di tahun 2022. Sekitar 1 juta wisatawan domestik dan 70 ribu lebih wisatawan mancanegara tercatat mengunjungi Sulsel selama 2022.
"Kita berharap betul-betul pulih agar kunjungan pariwisata juga bisa kembali pulih seperti sebelum COVID-19 merebak, agar keraguan para wisatawan berkunjung ke Indonesia dan Sulsel juga kembali pulih," kata dia.
Saat ini, Dinas Pariwisata sedang menyiapkan Pulau Samalona sebagai destinasi wisata di Sulsel, serta mendorong desa wisata lebih banyak terbentuk dengan masing-masing nilai khas dan keunikannya untuk menarik pengunjung datang.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gowa Andi Tenriwati Tahri menjelaskan bahwa sebelumnya seluruh event di Sulawesi Selatan dijaring oleh Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan yang kemudian diusulkan ke pusat untuk diseleksi. Setelah itu, kabupaten dan kota mengirimkan video, agenda dan proposal hingga presentasi.
“Beautiful Malino dianggap bagus karena dilaksanakan secara terus menerus mulai 2017, walaupun sempat terhenti akibat Pandemi COVID-19," ujarnya.
Daya tarik lain yakni pagelaran musik seperti musik hutan yang dilakukan di Hutan Pinus dengan kondisi alam Malino yang sejuk sehingga dipandang menarik untuk dikunjungi.
Masuknya Beautiful Malino dalam KEN Kemenparekraf ini, maka pelaksanaan Beautiful Malino akan mendapatkan dukungan dari Kemenparekraf RI secara langsung, salah satunya mempromosikan Event Beautiful Malino ke seluruh Indonesia.
“Kalau kita masuk dalam KEN berarti ada dukungan dari kementerian. Tapi kita belum tahu dukungannya nanti dalam bentuk apa,” ungkapnya.
Ia berharap ada dukungan dari seluruh SKPD lingkup Pemkab Gowa pada gelaran Beautiful Malino yang sudah masuk level nasional, sehingga harus dipersiapkan dengan baik untuk menerima pengunjung dari seluruh Indonesia.