Pemkot Makassar dan "save the children" penanganan sampah elektronik
Makassar (ANTARA) - Pemerintah Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan menyatakan siap mengatasi sampah elektronik melalui kerjasama dengan “save the children” dalam penanganan e-waste atau sampah elektronik.
Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto bahkan menegaskan pihaknya siap menjadi yang pertama menangani e-waste sekaligus berupaya membentuk ekosistem e-waste yang baik, layaknya sampah plastik.
“Saya ingin kita menjadi yang pertama di Indonesia; ‘Kota pertama di Indonesia’. Buat semacam Sandbox, lalu trial and error, lalu kita sempurnakan bersama-sama,” kata Danny dalam pertemuan dengan Save The Children Indonesia dan Save The Anak-anak Swedia di Makassar, Jumat.
Ia juga memerintahkan agar Save The Children dapat membuat Sandbox serupa yang berfungsi sebagai rangkaian uji coba sebelum aksinya dirilis ke publik.
Selain itu, ia menyebutkan pihaknya siap dengan Save The Children untuk sosialisasi ke sekolah, komunitas, kelompok masyarakat bahkan pemerintah.
“Intinya dijelaskan dulu apa itu e-waste, bagaimana penanganannya, kaitannya dengan bahaya kesehatan. Juga apa saja yang menjadi limbah pada komponen motor, handphone, komputer, kipas angin, televisi dan sebagainya. Agar masyarakat umum Pahami. Selanjutnya yang baru lebih besar adalah membentuk ekosistem,” ujarnya.
Termasuk pengaturannya, dapat lebih bermanfaat dalam sirkulasi ekonomi jika dikelola-didaur ulang dengan baik. “Beri kami masukan agar kebijakan tersebut sesuai,”
Walikota juga menyebutkan, pihaknya terus menjalankan program Bank Sampah hingga saat ini. Nanti kalau sudah matang konsepnya bisa jadi seperti ekosistem bank sampah.
Senior Manager Growth Hub Save the Children Swedia Asa Mourn mengaku sangat senang dengan respon yang baik dari walikota.
Asa menilai isu e-waste sangat besar, tidak hanya di Swedia tapi juga di Indonesia, dan permasalahannya juga kompleks.
Selain itu, dalam penelitiannya, ia dan timnya juga menemukan anak-anak menjadi bagian dari aktivitas berbahaya di e-waste. Mereka menangani limbah elektronik tanpa penanganan khusus.
Asa mengatakan Makassar menjadi kota yang dipilihnya karena melihat kepedulian pemerintah yang luar biasa terhadap sampah.
“Makassar kami pilih sebagai pilot project penanganan e-waste ini. Apalagi sebelumnya kami telah menjalin hubungan baik dengan pemerintah, serta LSM di Makassar. Oleh karena itu, sangat mungkin Makassar menjadi yang pertama dalam penanganannya. limbah elektronik,” jelasnya.
Menanggapi respon walikota yang akan menjadikan Makassar sebagai kota pertama dalam ekosistem mengatasi e-waste, ia terkejut sekaligus senang.
“Luar biasa, kami senang. Itu sangat penting karena sampah elektronik sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat, tetapi semua orang juga bisa mencari solusi untuk jenis sampah ini,” ujarnya.
Menurutnya, jika pemerintah, perusahaan, dan masyarakat bergotong royong mengatasi sampah elektronik, maka hal itu membuka peluang besar, dan bisa segera disosialisasikan dan diterapkan di masyarakat.
Timnya sedang mengembangkan ide. Konsepnya adalah membangun kerjasama dengan berbagai pihak, terutama dengan pemerintah.
Sebelumnya telah diadakan workshop satu hari tentang e-waste yang dihadiri oleh OPD terkait. Mereka menilai, ini momen yang tepat apalagi selama ini belum banyak yang mengelola sampah elektronik, ini berbeda dengan plastik.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Danny Pomanto siap tangani sampah elektronik di Makassar
Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto bahkan menegaskan pihaknya siap menjadi yang pertama menangani e-waste sekaligus berupaya membentuk ekosistem e-waste yang baik, layaknya sampah plastik.
“Saya ingin kita menjadi yang pertama di Indonesia; ‘Kota pertama di Indonesia’. Buat semacam Sandbox, lalu trial and error, lalu kita sempurnakan bersama-sama,” kata Danny dalam pertemuan dengan Save The Children Indonesia dan Save The Anak-anak Swedia di Makassar, Jumat.
Ia juga memerintahkan agar Save The Children dapat membuat Sandbox serupa yang berfungsi sebagai rangkaian uji coba sebelum aksinya dirilis ke publik.
Selain itu, ia menyebutkan pihaknya siap dengan Save The Children untuk sosialisasi ke sekolah, komunitas, kelompok masyarakat bahkan pemerintah.
“Intinya dijelaskan dulu apa itu e-waste, bagaimana penanganannya, kaitannya dengan bahaya kesehatan. Juga apa saja yang menjadi limbah pada komponen motor, handphone, komputer, kipas angin, televisi dan sebagainya. Agar masyarakat umum Pahami. Selanjutnya yang baru lebih besar adalah membentuk ekosistem,” ujarnya.
Termasuk pengaturannya, dapat lebih bermanfaat dalam sirkulasi ekonomi jika dikelola-didaur ulang dengan baik. “Beri kami masukan agar kebijakan tersebut sesuai,”
Walikota juga menyebutkan, pihaknya terus menjalankan program Bank Sampah hingga saat ini. Nanti kalau sudah matang konsepnya bisa jadi seperti ekosistem bank sampah.
Senior Manager Growth Hub Save the Children Swedia Asa Mourn mengaku sangat senang dengan respon yang baik dari walikota.
Asa menilai isu e-waste sangat besar, tidak hanya di Swedia tapi juga di Indonesia, dan permasalahannya juga kompleks.
Selain itu, dalam penelitiannya, ia dan timnya juga menemukan anak-anak menjadi bagian dari aktivitas berbahaya di e-waste. Mereka menangani limbah elektronik tanpa penanganan khusus.
Asa mengatakan Makassar menjadi kota yang dipilihnya karena melihat kepedulian pemerintah yang luar biasa terhadap sampah.
“Makassar kami pilih sebagai pilot project penanganan e-waste ini. Apalagi sebelumnya kami telah menjalin hubungan baik dengan pemerintah, serta LSM di Makassar. Oleh karena itu, sangat mungkin Makassar menjadi yang pertama dalam penanganannya. limbah elektronik,” jelasnya.
Menanggapi respon walikota yang akan menjadikan Makassar sebagai kota pertama dalam ekosistem mengatasi e-waste, ia terkejut sekaligus senang.
“Luar biasa, kami senang. Itu sangat penting karena sampah elektronik sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat, tetapi semua orang juga bisa mencari solusi untuk jenis sampah ini,” ujarnya.
Menurutnya, jika pemerintah, perusahaan, dan masyarakat bergotong royong mengatasi sampah elektronik, maka hal itu membuka peluang besar, dan bisa segera disosialisasikan dan diterapkan di masyarakat.
Timnya sedang mengembangkan ide. Konsepnya adalah membangun kerjasama dengan berbagai pihak, terutama dengan pemerintah.
Sebelumnya telah diadakan workshop satu hari tentang e-waste yang dihadiri oleh OPD terkait. Mereka menilai, ini momen yang tepat apalagi selama ini belum banyak yang mengelola sampah elektronik, ini berbeda dengan plastik.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Danny Pomanto siap tangani sampah elektronik di Makassar