Makassar (ANTARA) - Perwakilan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) di Provinsi Sulawesi Selatan menyatakan tren perkembangan perekonomian di provinsi itu masih tetap menjanjikan berdasarkan kinerja APBN periode September 2023.
"Kinerja pendapatan Sulsel tetap solid dan positif dalam menjaga pemilihan ekonomi dan melindungi masyarakat," kata Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan Sulawesi Selatan/Kanwil Ditjen Perbendaharaan Supendi di Makassar, Sabtu.
Ia memaparkan bahwa ekonomi Sulawesi Selatan Triwulan II-2023 terhadap Triwulan II-2022 mengalami pertumbuhan sebesar 5,00 persen (yoy). Pertumbuhan YoY secara kumulatif ini sedikit di atas nasional.
Selain itu, pendapatan Sulsel mencapai Rp11,36 triliun atau 75,25 persen dari target, dan mengalami pertumbuhan sebesar 1,47 persen (yoy) hingga 31 September 2023.
Inflasi September 2023 digabungan lima kota IHK (Makassar, Palopo, Parepare, Watampone dan Bulukumba) di Sulsel mencapai 2,33 persen (yoy). Angka ini menunjukkan tren positif dari tahun sebelumnya dengan periode yang sama yaitu 5,77 persen (yoy).
Adapun komoditas dominan yang memberikan andil/sumbangan terhadap inflasi yakni bensin, beras, rokok kretek filter, dan angkutan dalam kota.
Wajah perekonomian Sulsel yang menunjukkan tren meningkat terlihat dari surplus neraca perdagangan di daerah ini yang terus berlanjut hingga memasuki bulan ke-45 mencapai 80,57 juta dollar Amerika. Kendati terdapat penurunan pada kinerja ekspor sampai dengan September 2023 dibandingkan tahun sebelumnya sebesar -18,88 persen, sehingga mencapai 1,68 miliar dolar Amerika.
Sementara kinerja impor juga menurun menjadi 82 juta dolar Amerika, turun sebesar 13,93 persen jika dibandingkan 2022. Perlambatan kinerja devisa ekspor TA 2023 akibat harga-harga komoditas utama Indonesia seperti minyak sawit mentah (CPO) yang sempat tinggi tahun lalu menunjukkan penurunan harga yang berdampak pada nilai ekspor.
Selain itu, total Surplus Neraca Perdagangan per September 2023 pada perusahaan-perusahaan pengguna fasilitas Kawasan Berikat di Sulawesi Selatan sebesar 222,70 juta dolar Amerika.
Perbaikan ekonomi Sulsel juga terlihat dari tingkat pengangguran yang semakin menurun dari 5,75 persen menjadi 5,26 persen.
Hanya saja, pada kesempatan tersebut, Pakar Ekonomi Sulsel Prof Marsuki DEA optimistis perekonomian Sulsel ke depan tetap menjanjikan kendati sebanyak 56 persen perekonomian Sulsel masih digerakkan oleh pusat. Kapasitas fiskal daerah masih rendah, dan hanya beberapa yang tumbuh seperti Makassar, Luwu Timur dan Selayar (karena adanya TKD) dan Bone.
"Maka dari itu masa depan Sulsel harus didorong melalui investasi. Perekonomian juga harus dengan peran pemerintah, misalnya dari sisi belanja," kata dia.