AKPY melatih 209 petani sawit Lutra untuk pengembangan SDMPKS
Makassar (ANTARA) - Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian bersama Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY) melatih ratusan petani kelapa sawit dari Kabupaten Luwu Utara melalui program pengembangan Sumber Daya Manusia Petani Kelapa Sawit atau SDMPKS di Makassar, 7-11 Mei 2024.
"Untuk hari ini ada 209 orang, terdiri atas dua kelas program panen dan pascapanen, dan tiga kelas untuk teknis budidaya. Ini paling banyak dari semua," ujar Wakil Direktur AKPY Idum Satia Santi di sela-sela pelatihan di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa.
Ia menuturkan untuk wilayah Sulsel sudah tiga kali dilaksanakan pelatihan dan baru mencakup dua kabupaten yakni Luwu Timur dan Luwu Utara yang menjadi sentra penghasil kelapa sawit.
"Sekarang ini Luwu Utara. Nanti mungkin dua tiga minggu ke depan Luwu Timur lagi. Untuk lembaga sendiri sudah melakukan pelatihan SDMPKS ini sejak 2016, tapi pelatihan yang bergabung dengan Dirjenbun baru sejak 2019," paparnya.
Sedangkan program tahun ini, sebut dia, diberikan mandat melatih sebanyak 996 petani kelapa sawit yang tersebar di lima provinsi yakni Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sumatera Utara dan Kalimantan Tengah mencakup 10 kabupaten yang merupakan daerah sentra sawit.
Tujuan dari pelatihan ini, kata Idum, agar para petani kelapa sawit lebih paham cara mengelola sawit dengan benar. Sebab, rata-rata petani sawit belum tahu cara memberi pupuk maupun memelihara kelapa sawit dengan baik dan paling banyak kendala adalah hama penyakit.
"Harapannya dengan pelatihan ini bisa mendorong petani-petani yang lain mau mendaftar pelatihan. Tapi kadang-kadang mendaftar di pelatihan saja juga sulit, karena macam-macam alasannya. Tetapi dengan pelatihan ini ternyata manfaatnya banyak didapatkan," katanya.
Selain pelatihan, evaluasi juga dilaksanakan dinas terkait selama tiga tahun program berjalan. Kendati demikian, program untuk pelatihan berbeda, karena pelaksananya adalah lembaga pelatihan dengan materi panen, pascapanen hingga budidaya.
"Sejauh ini memang ada nilai positifnya. Karena pascapelatihan biasanya banyak petani bertanya melalui WA (WhatsApp) kepada instrukturnya terkait permasalahan. Artinya, mereka mulai sadar ternyata tanaman tidak hanya dibiarkan saja, tetapi ada perawatan intensif maka akan menghasilkan," ucapnya menekankan.
Sedangkan prospek bisnis pada sektor perkebunan kelapa sawit dari keseluruhan seluas 549.953 hektare atau 3,36 persen dari total luas perkebunan sawit nasional memiliki potensi penghasilan besar bila dikelola dengan baik.
Mengenai modul pengelolaan sawit, kata Idum menambahkan, sebetulnya sudah ada standar yang dibuat dinas terkait, namun Lembaga AKPY juga memiliki modul dan lebih spesifik dalam buku saku.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan Provinsi Sulsel Imran Jausi usai membuka acara memberikan apresiasi atas pelaksanaan kegiatan pelatihan oleh AKPY terkait dengan pengembangan SDM.
"Kami mengucapkan terima kasih kepada BPDPKS dan AKPY yang memberikan ruang kepada petani sawit untuk mengikuti pelatihan. Sebenarnya, kami memiliki lahan perkebunan 998 hektare, 500 hektare di antaranya ditanami kelapa sawit, hanya saja kurang terawat dengan baik. Solusinya, peningkatan SDM. Karena SDM harus menjadi sentral demi mendorong peningkatan produksi," ucapnya menegaskan.
"Untuk hari ini ada 209 orang, terdiri atas dua kelas program panen dan pascapanen, dan tiga kelas untuk teknis budidaya. Ini paling banyak dari semua," ujar Wakil Direktur AKPY Idum Satia Santi di sela-sela pelatihan di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa.
Ia menuturkan untuk wilayah Sulsel sudah tiga kali dilaksanakan pelatihan dan baru mencakup dua kabupaten yakni Luwu Timur dan Luwu Utara yang menjadi sentra penghasil kelapa sawit.
"Sekarang ini Luwu Utara. Nanti mungkin dua tiga minggu ke depan Luwu Timur lagi. Untuk lembaga sendiri sudah melakukan pelatihan SDMPKS ini sejak 2016, tapi pelatihan yang bergabung dengan Dirjenbun baru sejak 2019," paparnya.
Sedangkan program tahun ini, sebut dia, diberikan mandat melatih sebanyak 996 petani kelapa sawit yang tersebar di lima provinsi yakni Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sumatera Utara dan Kalimantan Tengah mencakup 10 kabupaten yang merupakan daerah sentra sawit.
Tujuan dari pelatihan ini, kata Idum, agar para petani kelapa sawit lebih paham cara mengelola sawit dengan benar. Sebab, rata-rata petani sawit belum tahu cara memberi pupuk maupun memelihara kelapa sawit dengan baik dan paling banyak kendala adalah hama penyakit.
"Harapannya dengan pelatihan ini bisa mendorong petani-petani yang lain mau mendaftar pelatihan. Tapi kadang-kadang mendaftar di pelatihan saja juga sulit, karena macam-macam alasannya. Tetapi dengan pelatihan ini ternyata manfaatnya banyak didapatkan," katanya.
Selain pelatihan, evaluasi juga dilaksanakan dinas terkait selama tiga tahun program berjalan. Kendati demikian, program untuk pelatihan berbeda, karena pelaksananya adalah lembaga pelatihan dengan materi panen, pascapanen hingga budidaya.
"Sejauh ini memang ada nilai positifnya. Karena pascapelatihan biasanya banyak petani bertanya melalui WA (WhatsApp) kepada instrukturnya terkait permasalahan. Artinya, mereka mulai sadar ternyata tanaman tidak hanya dibiarkan saja, tetapi ada perawatan intensif maka akan menghasilkan," ucapnya menekankan.
Sedangkan prospek bisnis pada sektor perkebunan kelapa sawit dari keseluruhan seluas 549.953 hektare atau 3,36 persen dari total luas perkebunan sawit nasional memiliki potensi penghasilan besar bila dikelola dengan baik.
Mengenai modul pengelolaan sawit, kata Idum menambahkan, sebetulnya sudah ada standar yang dibuat dinas terkait, namun Lembaga AKPY juga memiliki modul dan lebih spesifik dalam buku saku.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan Provinsi Sulsel Imran Jausi usai membuka acara memberikan apresiasi atas pelaksanaan kegiatan pelatihan oleh AKPY terkait dengan pengembangan SDM.
"Kami mengucapkan terima kasih kepada BPDPKS dan AKPY yang memberikan ruang kepada petani sawit untuk mengikuti pelatihan. Sebenarnya, kami memiliki lahan perkebunan 998 hektare, 500 hektare di antaranya ditanami kelapa sawit, hanya saja kurang terawat dengan baik. Solusinya, peningkatan SDM. Karena SDM harus menjadi sentral demi mendorong peningkatan produksi," ucapnya menegaskan.