Mamuju (ANTARA) - Akademisi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) mendukung program Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat untuk menjadikan Kabupaten Mamasa sebagai produsen anggrek nasional.
"Jadi kita harus bergerak menjadikan Mamasa sebagai kabupaten penghasil anggrek terbesar di Indonesia," kata Dosen Agronomi dan Hortikultura IPB Prof Dr Edi Santoso, pada diskusi daring, di Mamuju, Senin.
Selain Edi Santoso, diskusi daring yang mengangkat tema 'Mewujudkan Mamasa Sebagai Kabupaten Produsen Anggrek Yang Mendunia' itu juga menghadirkan akademisi IPB lainnya, yakni Prof Dr Dewi Sukma, yang juga dosen Agronomi Hortikultura IPB dan Ketua Umum Perhoti.
Menurut Edi Santoso, anggrek bukan hanya hobi, tapi bisa bagian dari bisnis.
Ia menyampaikan bahwa potensi yang dimiliki Kabupaten Mamasa ini sangat luar biasa.
"Dari segi geografis iklimnya sangat cocok, ketinggian tempat di Mamasa sangat pas tumbuhnya anggrek. Ini satu keunggulan yang luar biasa. Jadi, bagaimana kita mendorong menuju cita-cita itu melalui perbaikan ekosistem dan teknologinya," terang Edi Santoso.
Sementara, Dosen Agronomi Hortikultura IPB Prof Dr Dewi Sukma memberikan gambaran bagaimana strategi dan ciri khas agar anggrek dapat menjadi primadona dunia.
Ia menyampaikan bahwa Kabupaten Mamasa harus melakukan terobosan dalam mengembangkan anggrek.
"Mamasa harus lebih dulu membuat SOP perbanyakan dan budidaya anggrek untuk tujuan komersial. Perbanyakan seperti konvensional, kultur jaringan dan optimalisasi lingkungan tumbuh. Selain itu juga budidaya greenhouse," jelasnya.
Dewi Sukma juga mendorong agar dilakukan pembinaan kelompok tani seperti administrasi dan manajemen bisnis.
"Juga harus sering menggelar lomba lomba, pameran, festival dan gathering," kata Dewi Sukma.
Sementara, Penjabat Gubernur Sulbar Bahtiar Baharuddin mengatakan bahwa wilayah Kabupaten Mamasa merupakan salah satu daerah rawan bencana seperti longsor.
Sehingga lanjut Bahtiar, diperlukan antisipasi dini, salah satunya dengan memperbanyak program penanaman pohon, salah satunya melalui pengembangan anggrek.
"Ini akan memiliki efek ke alam, ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Namun, paling penting membangun ekosistemnya agar bisa bernilai besar di kancah nasional maupun internasional," jelas Bahtiar.
Sebelumnya, Penjabat Gubernur juga telah meluncurkan gerakan konservasi anggrek Mamasa di Desa Tondok Bakaru Kabupaten Mamasa.
"Kabupaten Mamasa yang diteguhkan sebagai kawasan anggrek di Indonesia, memiliki 400 jenis anggrek dan setiap saat melahirkan varietas baru," kata Bahtiar.
Kabupaten Mamasa yang berada di ketinggian 2.000 kaki di atas permukaan laut tersebut, menjadi kawasan subur berkembangnya berbagai jenis tanaman anggrek.
Bahkan, terdapat jenis anggrek yang tidak ditemui di negara lain, yakni anggrek Trichosoa Andreas dengan ciri, memiliki bulu-bulu halus berwarna putih dan sepanjang batangnya berwarna hijau.
Penjabat Gubernur mendorong Pemerintah Kabupaten Mamasa dan masyarakat agar menjadikan anggrek sebagai komoditas unggulan.
"Jangan sekedar melakukan penangkaran saja, tetapi harus skala industri agar dunia menatap Mamasa," ujar Bahtiar.