UGM meluncurkan pesawat tanpa awak "Palapa S-1"
Yogyakarta (ANTARA) - Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) meluncurkan sebuah pesawat tanpa awak atau "unmanned aerial Viehicle" (UAV) dengan nama Palapa S-1 di Gedung Engineering Research and Innovation Center (ERIC) Fakultas Teknik UGM Yogyakarta, Selasa.
"Pesawat nirawak ini bisa diaplikasikan ke banyak hal. Badan Penanggulangan Bencana Daerah -BPBD- salah satunya yang akan memanfaatkan karena pesawat nirawak ini bisa memantau bila telah terjadi bencana, gempa bumi misalnya," kata Dekan Fakultas Teknik UGM Prof Selo saat peluncuran.
Selain untuk pemantauan dampak bencana gempa bumi, Selo mengatakan pesawat buatan para staf pengajar FT UGM itu bisa difungsikan untuk kepentingan surveilans dan pemetaan, hingga untuk kepentingan patroli kebakaran hutan.
Sementara itu, Ketua Tim Periset Palapa S-1 Prof Gesang Nugroho mengatakan, pesawat Palapa S-1 itu bisa dimanfaatkan untuk bermacam keperluan tergantung sensor yang dibawa.
Pesawat nirawak tersebut pun bisa digunakan untuk "recognition militer" yaitu mengintai kondisi musuh yang jaraknya masih jauh, patroli laut, pemantauan perkebunan, pemantauan pertambangan, dan masih banyak fungsi lainnya.
Menurut Gesang, pesawat yang awalnya hendak digunakan untuk deteksi dini kebakaran hutan itu mampu melakukan pemadaman setelah mendapat data yang valid terkait titik panas.
"Pada prinsipnya bisa untuk apa saja. Kalau militer ya membawa bom atau apa sehingga bisa dipergunakan untuk itu," ujarnya.
Gesang menegaskan bahwa pesawat itu telah melalui uji keandalan, sehingga sesuai rencana pesawat itu bakal dipromosikan ke berbagai instansi, salah satunya Kementerian Pertahanan RI.
Menurut dia, pesawat nirawak yang mendapat pendanaan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) itu memiliki tingkat efisiensi tinggi, karena untuk sekali terbang mampu bertahan di udara selama enam jam dengan jangkauan telemetri sejauh 500 kilometer.
"Enam jam terbang mampu melakukan mapping 3.500 hektare," katanya.
Gesang mengakui membutukan waktu selama tiga tahun untuk riset dan pengembangan Pesawat Palapa-S1 tersebut sejak 2021 agar strukturnya semakin ringan dan kuat sehingga "payload"-nya bisa semakin tinggi.
Saat awal pengembangannya, menurut Gesang, pesawat itu sempat disaksikan oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subiyanto yang menyatakan bakal memanfaatkan pesawat itu setelah melewati tahap pengujian.
"Cuma saat itu belum diuji kemudian Pak Prabowo saat itu mengatakan kalau sudah diuji akan dimanfaatkan. Ini pesawat sudah selesai, sudah tes, sudah diuji keandalannya maka UGM akan melakukan pembicaraan kelanjutan," katanya.
Gesang memastikan pesawat itu telah melalui uji aerodinamik, uji stabilitas, uji telematri, uji endurance, dan uji misi di lingkungan yang sebenarnya sehingga siap diproduksi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: UGM luncurkan pesawat tanpa awak "Palapa S-1"
"Pesawat nirawak ini bisa diaplikasikan ke banyak hal. Badan Penanggulangan Bencana Daerah -BPBD- salah satunya yang akan memanfaatkan karena pesawat nirawak ini bisa memantau bila telah terjadi bencana, gempa bumi misalnya," kata Dekan Fakultas Teknik UGM Prof Selo saat peluncuran.
Selain untuk pemantauan dampak bencana gempa bumi, Selo mengatakan pesawat buatan para staf pengajar FT UGM itu bisa difungsikan untuk kepentingan surveilans dan pemetaan, hingga untuk kepentingan patroli kebakaran hutan.
Sementara itu, Ketua Tim Periset Palapa S-1 Prof Gesang Nugroho mengatakan, pesawat Palapa S-1 itu bisa dimanfaatkan untuk bermacam keperluan tergantung sensor yang dibawa.
Pesawat nirawak tersebut pun bisa digunakan untuk "recognition militer" yaitu mengintai kondisi musuh yang jaraknya masih jauh, patroli laut, pemantauan perkebunan, pemantauan pertambangan, dan masih banyak fungsi lainnya.
Menurut Gesang, pesawat yang awalnya hendak digunakan untuk deteksi dini kebakaran hutan itu mampu melakukan pemadaman setelah mendapat data yang valid terkait titik panas.
"Pada prinsipnya bisa untuk apa saja. Kalau militer ya membawa bom atau apa sehingga bisa dipergunakan untuk itu," ujarnya.
Gesang menegaskan bahwa pesawat itu telah melalui uji keandalan, sehingga sesuai rencana pesawat itu bakal dipromosikan ke berbagai instansi, salah satunya Kementerian Pertahanan RI.
Menurut dia, pesawat nirawak yang mendapat pendanaan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) itu memiliki tingkat efisiensi tinggi, karena untuk sekali terbang mampu bertahan di udara selama enam jam dengan jangkauan telemetri sejauh 500 kilometer.
"Enam jam terbang mampu melakukan mapping 3.500 hektare," katanya.
Gesang mengakui membutukan waktu selama tiga tahun untuk riset dan pengembangan Pesawat Palapa-S1 tersebut sejak 2021 agar strukturnya semakin ringan dan kuat sehingga "payload"-nya bisa semakin tinggi.
Saat awal pengembangannya, menurut Gesang, pesawat itu sempat disaksikan oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subiyanto yang menyatakan bakal memanfaatkan pesawat itu setelah melewati tahap pengujian.
"Cuma saat itu belum diuji kemudian Pak Prabowo saat itu mengatakan kalau sudah diuji akan dimanfaatkan. Ini pesawat sudah selesai, sudah tes, sudah diuji keandalannya maka UGM akan melakukan pembicaraan kelanjutan," katanya.
Gesang memastikan pesawat itu telah melalui uji aerodinamik, uji stabilitas, uji telematri, uji endurance, dan uji misi di lingkungan yang sebenarnya sehingga siap diproduksi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: UGM luncurkan pesawat tanpa awak "Palapa S-1"