Mamuju (ANTARA) - Tim Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) RSUD Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) menggelar penyuluhan kepada masyarakat dan pengunjung rumah sakit tentang deteksi dini gangguan pada mata.
"Penyuluhan deteksi dini gangguan pada mata ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Penglihatan Sedunia," kata Direktur RSUD Sulbar Marintani Erna Dochi di Mamuju, Jumat.
Marintani menekankan pentingnya penyuluhan dan deteksi dini gangguan pada mata sebagai upaya pencegahan kebutaan dan penurunan kualitas hidup masyarakat.
"Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya deteksi dini gangguan pada mata. Penyuluhan ini memberikan informasi seputar deteksi dini gangguan pada mata serta pentingnya pemeriksaan mata secara rutin," jelas Merintani.
Menurutnya, banyak gangguan penglihatan yang dapat dicegah atau diobati apabila dideteksi sejak dini. Deteksi dini, lanjutnya, sangat penting karena banyak masalah mata yang seringkali tidak disadari hingga mencapai tahap lanjut, seperti katarak dan glaukoma.
Ia berharap melalui edukasi yang tepat, masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan mata mereka dan rutin melakukan pemeriksaan mata. "Melalui penyuluhan ini, kami ingin meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan mata," kata Marintani.
Sementara dokter spesialis mata RSUD Sulbar Sarkiah Huseng menjelaskan penglihatan merupakan fungsi yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan.
Ia menekankan pentingnya deteksi dini terhadap gangguan penglihatan. "Umumnya orang melakukan tes atau pemeriksaan mata hanya jika ada keluhan, padahal juga perlu sebelum timbul keluhan untuk mencegah munculnya gangguan yang lebih berat," ucapnya.
Sarkiah menyampaikan Indonesia termasuk dalam negara dengan prevalensi kebutaan yang tinggi dan secara global berada di atas satu persen, sebanyak 0,79 persen katarak, glaukoma 0, 20, dan gangguan refraksi 0,14 persen. Kemudian gangguan retina 0,13 persen, gangguan pada kornea 0, 10 ,persen serta lain-lain 0,15 persen.
Pemeriksaan rutin, menurut Sarkiah, merupakan bentuk deteksi dini gangguan penglihatan, terutama yang berisiko, pasien atau dengan keluarga riwayat penyakit sistemik, yaitu diabetes/ kencing manis atau darah tinggi, genetik, anak lahir prematur dan lain-lain.
"Dengan upaya ini dapat mengurangi risiko kerusakan mata akibat penyakit yang belum terdeteksi,” ujarnya.
Pada kegiatan itu Sarkiah menyampaikan beberapa jenis penyakit mata yakni katarak dengan gejala pandangan menjadi kabur perlahan-lahan, awalnya seperti tertutup asap atau awan.
Kemudian gangguan refraksi atau mata dipicingkan, kepala dimiringkan untuk melihat/membaca dalam jarak dekat dan pandangan kabur saat melihat jauh, serta mata merah yang disebabkan kotoran mata berlebih, air mata berlebih, terasa lengket, terasa mengganjal/berpasir, gatal, dan dapat disertai dengan penglihatan kabur.
"Penyakit lainnya yakni nyeri pada mata, sekitar mata, bengkak atau muncul benjolan, pandangan kabur mendadak dan trauma pada mata," kata Sarkiah.
Berita Terkait
Polisi tetapkan manajer RS Mata Makassar tersangka dugaan pelecehan
Jumat, 4 Oktober 2024 0:11 Wib
PERDAMI bahas katarak di pertemuan Ahli Kesehatan Mata se-Asia
Rabu, 2 Oktober 2024 17:27 Wib
Pj Gubernur komitmen bangun mata rantai bisnis durian di Sulbar
Kamis, 19 September 2024 15:38 Wib
Presiden Jokowi soal Kaesang ke KPK: Semua sama di mata hukum
Rabu, 18 September 2024 10:53 Wib
Aparat menembakkan peluru gas air mata ke arah massa aksi
Kamis, 22 Agustus 2024 17:26 Wib
Dekan Pascasarjana Unhas jadi pembicara Kongres Mata Sedunia di Kanada
Selasa, 20 Agustus 2024 20:24 Wib
Erick Thohir tegaskan tidak tutup mata pada kasus-kasus BUMN
Jumat, 7 Juni 2024 18:27 Wib
Wali Kota Makassar meresmikan RS Mata JEC-Orbita pertama di KTI
Sabtu, 3 Februari 2024 15:27 Wib