"Tim penguji memutuskan untuk mengangkat saudara Bahlil Lahadalia menjadi Doktor dalam Studi Kajian Stratejik dan Global, dengan yudisium cumlaude," kata Prof I Ketut Surajaya, Ketua Sidang Promosi Doktor, di Kampus UI Depok, Jawa Barat, Rabu.
Dalam Sidang Terbuka Promosi Doktor, Menteri Bahlil menjelaskan, disertasi yang dirinya ambil berjudul Kebijakan, Kelembagaan, dan Tata Kelola Hilirisasi Nikel Yang Berkeadilan dan Berkelanjutan di Indonesia.
Dari hasil penelitiannya menunjukkan ada empat masalah utama dari dampak hilirisasi yang membutuhkan penyesuaian kebijakan.
Empat masalah tersebut antara lain ketidakadilan dana transfer daerah, keterlibatan pengusaha daerah yang minim, keterbatasan partisipasi perusahaan Indonesia dalam sektor hilirisasi bernilai tambah tinggi, serta belum adanya rencana diversifikasi pascatambang.
Dari disertasinya, Menteri Bahlil merekomendasikan adanya reformulasi alokasi dana bagi hasil terkait aktivitas hilirisasi, penguatan kebijakan kemitraan dengan pengusaha daerah, penyediaan pendanaan jangka panjang untuk perusahaan nasional di sektor hilirisasi, serta kewajiban bagi investor untuk melakukan diversifikasi jangka panjang.
Dirinya juga menekankan pentingnya pembentukan satuan tugas (satgas) yang dapat menjalankan implementasi kebijakan hilirisasi yang lebih efektif.
Lembaga tersebut perlu mendapat mandat dari presiden sehingga berwenang melakukan koordinasi seluruh pihak baik pemerintah maupun pelaku usaha dan mobilisasi sumber daya untuk menyukseskan hilirisasi di Indonesia.
Adapun sidang promosi doktor tersebut dihadiri oleh pejabat tinggi, dan tokoh nasional di antaranya Wakil Presiden RI Maruf Amin, Wakil Presiden ke-10 dan 12 RI Jusuf Kalla, Menko PMK Muhadjir Effendy, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, Abu Rizal Bakrie, para legislator, serta beberapa tokoh lainnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Bahlil raih gelar Doktor Kajian Stratejik Global UI dengan cumlaude